Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

WALHI Minta Pemerintah Tentukan Status Bencana Banjir Sumatra

Manajer Penanganan dan Pencegahan Bencana WALHI, Melva Harahap. (Dok. IDN Times/Regina Sofya).
Manajer Penanganan dan Pencegahan Bencana WALHI, Melva Harahap. (Dok. IDN Times/Regina Sofya).
Intinya sih...
  • Pemerintah perlu menetapkan status bencana nasional
  • Ekosistem di Sumatra memiliki fungsi ekologis penting
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) menilai pemerintah belum menunjukkan langkah yang tepat dalam menyikapi rangkaian bencana ekologis yang melanda tiga provinsi di Sumatra.

Manajer Penanganan dan Pencegahan Bencana WALHI, Melva Harahap, menyoroti pentingnya penetapan status bencana nasional serta tanggung jawab negara dalam perlindungan warga.

“Penting juga rasanya negara atau pemerintah pengambil kebijakan itu menentukan status bencana ini. Karena kalau status bencana ini seperti hari ini masih darurat bencana, terkesan kemudian masing-masing pemerintah daerah melakukan versinya," kata Melva dalam konferensi pers bertajuk “Siklon Senyar, Bencana Ekologis, dan Masa Depan Kita: Apa Makna Hasil COP 30 bagi Indonesia?” Senin (1/12/2025).

"Tapi kalau ini dikatakan sebagai bencana nasional, maka akan ada kekuatan besar dari kementerian dan lembaga terkait untuk menangani bencana ini,” lanjut dia.

1. Pemerintah dinilai perlu menetapkan status bencana nasional

Wilayah terdampak banjir di Sumatra Barat
Wilayah terdampak banjir di Sumatra Barat (instagram.com/kemenkopangan.ri)

Melva mengatakan, selama status bencana masih dianggap darurat biasa, penanganan di lapangan cenderung berbeda-beda antardaerah.

Jika ditetapkan sebagai bencana nasional, kementerian dan lembaga terkait akan memiliki kewenangan dan sumber daya yang lebih kuat untuk menangani bencana secara terpadu, termasuk pemenuhan hak dasar korban dan percepatan pemulihan.

Menurut Melva, status bencana nasional juga mendorong penegasan tanggung jawab negara serta korporasi yang berkontribusi pada kerusakan ekologis. Melva menegaskan, pemulihan jangka panjang hanya dapat dilakukan jika pihak-pihak tersebut bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan.

“Termasuk kemudian konsennya adalah memastikan tanggung jawab negara, termasuk korporasi-korporasi, harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi hari ini,” ujar dia.

2. Ekosistem di Sumatra memiliki fungsi ekologis penting

kondisi jembatan yang terputus akibat banjir di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara
kondisi jembatan yang terputus akibat banjir di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara (bnpb.go.id)

Melva mengatakan, ekosistem di Sumatra, khususnya rangkaian Bukit Barisan, memiliki fungsi ekologis penting, termasuk menopang siklus air dan kehidupan masyarakat.

Ketika ekosistem rusak, kata dia, dampaknya langsung dirasakan warga. Menurut dia, jika ekosistem dibiarkan alami tanpa dirusak, maka Sumatra dalam kondisi aman.

“Semua ekosistem yang ada saat ini tidak perlu diapa-apain, juga sebenarnya kita akan baik-baik saja. Semua ekosistem itu justru sebenarnya menjaga hidup kita,” ujar Melva.

3. Tiga provinsi terdampak jadi bukti skalanya nasional

Tim Basarnas saat melakukan pencarian korban banjir dan longsor di Aceh. (Dokumentasi Basarnas untuk IDN Times)
Tim Basarnas saat melakukan pencarian korban banjir dan longsor di Aceh. (Dokumentasi Basarnas untuk IDN Times)

Dalam satu hari, bencana ekologis terjadi serentak di tiga provinsi di Sumatra, meliputi 33 kabupaten/kota. WALHI mempertanyakan mengapa kondisi sebesar itu tidak dianggap bencana nasional, meskipun jumlah korban jiwa mungkin tidak sebanyak peristiwa besar seperti Palu atau NTT.

“Mungkin secara angka tidak banyak kalau dibandingkan misalnya dengan bencana Palu atau NTB atau Siklon yang ada di NTT, tapi satu nyawa kan berarti,” kata dia.

Melva mengungkapkan, hingga saat ini terdapat 292 pengungsi yang hak dasar hidupnya belum tentu terpenuhi oleh negara. Kondisi wilayah yang masih terisolasi memperburuk situasi sehingga penanganan darurat membutuhkan dukungan struktural yang lebih besar.

4. Negara wajib melindungi warga sebelum dan sesudah bencana

Tim pendistribusian paket MBG kepada korban banjir di Tapanuli Selatan. (dok. BGN)
Tim pendistribusian paket MBG kepada korban banjir di Tapanuli Selatan. (dok. BGN)

Bagi WALHI, lanjut Melva, ketika satu pranata kehidupan hilang dan ekosistem rusak, maka negara berkewajiban turun tangan.

Melva mengatakan, tugas negara adalah memastikan setiap warga terlindungi baik sebelum, saat, maupun setelah bencana terjadi. Oleh karena itu, WALHI menilai kondisi di Sumatra sudah memenuhi syarat untuk disebut sebagai bencana nasional.

“Misalnya BNPB juga mengatakan belum bisa dikatakan sebagai bencana nasional. Tapi bagi WALHI, ketika ada pranata kehidupan yang sudah hilang di situ, lalu ada ekosistem yang sudah dirusak di situ, itu bagian dari yang harus diselesaikan oleh negara dalam merespon bencana. Karena tugas negara juga memastikan warga negaranya bisa terlindung dari semua bencana yang terjadi, baik sebelum maupun sesudah terjadi bencana,” ucap dia.


Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us

Latest in News

See More

Menteri LH Menyesal Tak Mampu Deteksi Dini Bencana di Sumatra

01 Des 2025, 18:25 WIBNews