[WANSUS] Menguak Gagasan Gede Pasek di Balik Berdirinya PKN

PKN lolos sebagai peserta Pemilu 2024

Jakarta, IDN Times - Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) jadi salah satu partai politik (parpol) yang lolos sebagai peserta pemilihan umum (Pemilu) 2024. Partai yang diketuai I Gede Pasek Suardika ini, didirikan sejumlah loyalis eks Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.

Awalnya, PKN bernama Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan) yang terdaftar pada 2008 berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Menkumham RI) Nomor: M.HH-23.AH.11.01 Tahun 2008 tertanggal 3 April 2008.

Kemudian, Pakar Pangan dideklarasikan ulang bernama PKN pada 28 Oktober 2021. Partai ini tercatat sebagai parpol baru peserta Pemilu 2024 bersama Partai Gelora dan Partai Buruh.

Lantas, bagaimana pandangan dan buah pikir Gede Pasek sebagai Ketua Umum PKN? Simak selengkapnya dalam wawancara khusus bersama IDN Times!

Baca Juga: Gaya Nyentrik Gede Pasek Naik Motor ke KPU Ambil Nomor Urut Pemilu

Apa target PKN di Pemilu 2024?

Jadi yang pertama ketika partai ini didirikan kemudian bergerak, kita siapkan tiga etape perjuangan. Ini sudah disepakati pengurus daerah dan pusat, pertama adalah lolos dan lulus badan hukum Kemenkumham, itu akhirnya lolos 7 Januari 2022.

Target kedua adalah bagaimana lolos dan lulus verifikasi KPU, ini paling berat karena harus menyiapkan segala persyaratan secara Sipol (platform milik KPU berbasis web yang digunakan untuk menginput data parpol, seperti profil, kepengurusan, domisili, dan keanggotaan).

Ini kan sistem yang bekerja, sehingga harus presisi persyaratannya, termasuk KTA, nama, NIK, itu gak boleh salah, foto sekertariat juga harus ada. Itu juga akhirnya 14 Desember 2022 resmi jadi pesert pemilu dengan dapat nomor urut 9.

Boleh dikatakan kami mulai bekerja 7 Januari sampai 14 Desember, jadi kurang setahun kita bisa lalui ini. Ini menurut kami keajaiban juga, ada kerja semesta dan doa-doa orang teraniaya, sehingga prosesnya lebih lancar.

Kemudian etape ketiga ini lolos dan lulus parlemen daerah, kalau dilihat runut dari target yang ada, maka 2/3 target ini kan sudah berjalan. Lolos parlemen ini ditentukan dua hal. Satu, bagaimana kita menyikapi program, isu, visi, dan misi yang diketahui publik. Kedua, bagaimana kita mengatur formasi caleg-caleg dari pusat sampai daerah.

Tentu karena targetnya parlemen nasional dan daerah, parlemen nasional bisa tembus kalau lulus parliamentary threshold, maka mau tidak mau target kami lolos PT (parliamentary threshold). Kami sudah hitung, kami puncak pertumbuhan partai di 2029 jadi 2024 adalah proses tumbuh.

Baca Juga: Gede Pasek: Anas Urbaningrum Bebas Pilih Jabatan Apapun di PKN

Sebagai partai yang berlandaskan budaya, bagaimana tanggapan PKN terhadap keberadaan agama lokal atau penghayat kepercayaan?

[WANSUS] Menguak Gagasan Gede Pasek di Balik Berdirinya PKNPartai Kebangkitan Nusantara (pimnas-pkn.or.id)

Concern kami di situ, bahkan kami sudah punya ketua bidang agama dan penghayat kepercayaan, jadi secara khusus ada ketua yang membidangi agama dan penghayat kepercayaan. Artinya, kita concern terhadap penghayat kepercayaan yang jumlahnya cukup banyak, belasan juta saat ini beranjak ke dua puluh juta, karena mereka beranjak satu per satu ke kepercayaan lokalnya. Kita harus hargai, kita harus berikan mereka ruang untuk berkembang secara baik.

Kalau kita dipercaya memimpin, kita akan buatkan semacam sistem yang bisa mereka tumbuh kembang dengan dunia mereka, tanpa harus bergesekan. Karena itu adalah yang menjadi kearifan spiritual yang berada di nusantara, wajib diperjuangkan karena nilai spiritual yang dibangun oleh mereka, baik kejawen, Sunda Wiwitan, Kaharingan, dan sebagainya, itu harus kita berikan ruang tumbuh.

Terbukti mereka menjadi pribadi-pribadi yang luhur, bisa dicontoh bagaimana spiritualitas berjalan dengan humanisme, karena tidak bisa semua orang bisa lakukan itu. Banyak orang mengaku beragama tapi kehilangan humanisme, banyak yang mengaku teori agama tapi kehilangan spiritual.

Kalau mereka (penghayat kepercayaan) mungkin teori tidak mengerti, tapi bahawa dia dekat alam dan bisa menghormati semesta, itu harus kita rangkul dan lindungi karena menjadi kekayaan nusantara. Itu jelas, dan justru memang jadi salah satu perjuangan PKN.

Baca Juga: Profil PKN yang Didirikan Eks Elite Demokrat Loyalis Anas Urbaningrum

Apa menurut Anda yang menjadi kelebihan orang Bali ketika memimpin partai?

Itu tentu yang bisa jawab orang lain ya, di Bali itu ada filosofi eda ngaden awak bisa, depang anake ngadanin. Artinya, jangan menganggap diri bisa, biarkan orang lain yang menilai. Jadi penilaian ada di orang lain, tetapi prinsipnya begini, ketika kita bicara nusantara maka kita sudah tidak lagi membedakan latar belakangnya, karena kita bicara masa depan.

Karena kenusantaraan kita ini sudah terbangun lewat bhineka tunggal ika, jadi di kami sudah tidak lagi bicara suku, agama. Yang kita bicarakan bagaimana nusantara ini bangkit siapapun dia, masa kita kalah dengan Inggris, di sana walikotanya bisa muslim, perdana menterinya bisa hindu, mayoritas mereka nasrani. Kerennya lagi mereka tidak masalahkan agama, politik identitas itu politik purba, tapi kalau sudah berpikir modern maka humanisme yang dipakai.

Saya pun tidak pernah berpikir menjadi ketua umum partai, tapi ini kehendak sejarah saja. Mungkin kalau Mas Anas keluar dia bisa jadi ketum langsung. Tapi karena Mas Anas ada di dalam (penjara), saya dulu lah membangun ini semua, berjalan dan sebagainya, akhirnya menjadi ketum.

Memang ini pertama kali orang Bali, orang Hindu, suku kecil juga. Tetapi kan esensinya bukan di sana, tapi apakah kita bisa merangkul, meramu, dan manage teman-teman sehingga bergerak.

Saya juga siapa sih, konglomerat gak, punya media massa gak, pengusaha juga gak. Tapi yang kita punya persahabatan, integritas, track record, itu yang mungkin dilihat teman-teman. Kayaknya kalau saya memimpin, mereka (kader di daerah) merasa nyaman untuk mengembangkan diri, tidak khawatir seperti tempat lain.

Kalau tempat lain bisa saja mungkin saya dianggap karyawan, karena semua pegawai. Atau mungkin di partai lain, ada yang nilai abdi dalam, karena parpol punya keluarga. Seperti kerajaan saja, ini diwariskan ke anak jadi kerajaan. Parpol tapi napasnya kerjaan, berarti yang lainnya jadi abdi dalam.

Tapi kalau di PKN semua jadi teman, saya ini hanya kapten kesebelasan, artinya gak ada perbedaan dengan pemain lain, bedanya hanya saja bisa protes ke wasit. Itu saja bedanya, tapi intinya kita sama, yang cetak gol siapa terserah, saya pun gak mimpi jadi presiden, kita hanya ingin kelola partai, menjadi arsitek, membangun gedung politik dengan bagus, kemudian siapapun di dalamnya terserah, silakan.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya