5 Fakta Hage Geingob, Presiden Namibia yang Baru Saja Meninggal

Jakarta, IDN Times - Presiden Namibia Hage Geingob meninggal dunia saat menerima perawatan medis di rumah sakit. Pada Minggu (4/2/2024), dia meninggal saat berada di sebelah istri dan anak-anaknya.
Tim medis Rumah Sakit Lady Pohamba di ibu kota Windhoek mengatakan telah melakukan yang terbaik untuk membantunya. Sang presiden dilaporkan menderita penyakit kanker.
Berikut ini adalah lima fakta Hage Geingob, pemimpin salah satu negara Afrika yang paling demokratis dan stabil.
1. Selamat dari kanker prostat

Geingob lahir pada 3 Agustus 1941. Dia merupakan presiden ketiga Namibia yang memimpin sejak 2015. Tahun ini adalah tahun terakhir periode kedua pemerintahannya.
Dilansir Associated Press, dia pernah menderita kanker prostat. Pada 2014, dia mengatakan selamat dari penyakit tersebut. Sebelumnya, pada 2013 dia pernah melakukan operasi otak. Pada 2023, dia juga menjalani operasi aorta.
Sayangnya, kanker lain menyerangnya. Pada bulan lalu, kantor Kepresidenan Namibia mengatakan bahwa Geingob sebenarnya telah menjalani kolonoskopi, gastroskopi serta biopsi.
Pada 31 Januari, dia juga baru kembali dari Amerika Serikat (AS) untuk menjalani uji coba pengobatan sel kanker selama dua hari.
2. Salah satu penyusun Konstitusi Namibia

Geingob menyelesaikan Kursus Pelatihan Guru pada 1961. Dia kemudian kuliah di Fordham University dan meraih gelar BC.
Dia melanjutkan kuliah di Institute Relations dari University of New School for Social Research dan meraih gelar MA. Dia mendapatkan gelar Ph.D dari University of Leeds, Inggris.
Dilansir Oceanpanel, Presiden Ketiga Namibia tersebut merupakan perwakilan South West Africa People's Organization (SWAPO) di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1970-an. Geingob juga terpilih sebagai Ketua Majelis Konstituante sebelum kemerdekaan.
Majelis tersebut bertanggung jawab menyusun Konstitusi Namibia.
Negara ini terbilang masih muda, merdeka pada 21 Maret 1990. Namibia dulu merupakan bagian dari Afrika Selatan yang dijajah Jerman.
3. Pemilu bersejarah di Afrika

Nama lengkapnya adalah Hage Gottfried Geingob. Sebelum menjadi politikus, dia adalah aktivis anti-apartheid.
Pemilu yang membuatnya terpilih sebagai Presiden Namibia adalah pemilu yang bersejarah. Dilansir BBC, ini karena pemilu tersebut menggunakan sistem pemungutan suara elektronik pertama kalinya di Afrika.
Para pemilih di seluruh negeri menggunakan mesin e-voting di 4 ribu tempat pemungutan suara.
Sebelum menjadi presiden, dia adalah Perdana Menteri (PM) pada 1990 hingga 2002. Dia kembali menjadi PM pada 2012 setelah sempat menjabat posisi sebagai Menteri Perdagangan dan Industri.
4. Skandal korupsi penangkapan ikan

Pria yang memiliki istri bernama Madame Monica Geingos ini lahir dari sebuah desa di sebelah utara Namibia. Dia merupakan presiden pertama yang berasal dari luar kelompok etnis Ovambo, yang merupakan mayoritas.
Menurut The Guardian, Geingob merupakan pemimpin yang tenang namun tegas dalam berbicara. Dia kerap mengenakan kacamata berbingkai lebar.
Selama menjadi Presiden Namibia di periode pertama, negaranya sedang mengalami resesi, angka pengangguran tinggi dan skandal korupsi.
Para menteri dan pejabat tinggi dituduh menerima suap dari perusahaan Islandia sebagai imbalan atas pemberian kuota penangkapan ikan, dikenal juga sebagai skandal fishrot.
Skandal ini menghantam prospek masa jabatan kedua Geingob. Namun, dia masih bisa memenangkan pemilu meski suaranya turun drastis. Pada 2014, dia memperoleh 87 persen suara, namun pada 2019 dia hanya memperoleh 56 persen suara.
5. Pemimpin partai penguasa

Partai penguasa di Namibia adalah SWAPO. Partai ini merupakan partai pejuang yang mempromosikan wilayah independen Afrika Barat Daya yang kemudian jadi Namibia.
Sejarah perjuangan SWAPO di masa lalu dalam menentang apartheid telah menjadi narasi heroik bagi partai tersebut, yang terus bisa mendulang banyak suara dalam pemilu.
Dilansir BBC, pengamat politik Namibia Henning Melber mengatakan, selama tiga dekade setelah kemerdekaan narasi itu mulai kehilangan daya tariknya.
SWAPO adalah organisasi yang didirikan sejak 19 April 1960. Ketika berjuang untuk memerdekakan diri dari Afrika Selatan, organisasi ini menggunakan taktik gerilya.
Lalu pada 1972, PBB mengakui SWAPO sebagai perwakilan resmi Namibia yang belum merdeka. Ketika negara itu meraih kemerdekaan, SWAPO berubah menjadi partai politik yang sangat dominan. Geingob memimpin partai ini sejak 2015 sampai dia meninggal dunia.