AS Batasi Penerbangan di Puerto Riko karena Alasan Keamanan

- Pembatasan penerbangan di Puerto Riko berlaku hingga Maret 2026
- Trump tidak percaya AS akan berperang dengan Venezuela
- Nelayan Venezuela khawatir serangan AS di Laut Karibia
Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS), pada Minggu (2/11/2025), mengumumkan pembatasan penerbangan atau Notice to Air Missions (NOTAM) di pesisir Ceiba, Puerto Riko. Langkah ini dilakukan dengan alasan keamanan di kawasan Karibia.
Pekan lalu, AS sudah mengirimkan sebuah kapal induk ke pesisir Trinidad-Tobago. Aksi itu disambut keras oleh Venezuela dengan memutus perjanjian gas alam dengan Trinidad-Tobago.
Hubungan AS-Venezuela terus memanas imbas pengiriman kapal perang AS di Laut Karibia. Militer AS disebut tidak untuk mengintimidasi Venezuela melainkan meringkus penyelundupan narkoba.
1. Pembatasan diberlakukan hingga Maret 2026
Kebijakan pembatasan penerbangan di Puerto Riko ini ditetapkan selama 5 bulan, mulai 1 November hingga 31 Maret 2026. Sementara, NOTAM adalah peringatan kepada pilot dan maskapai terkait ancaman di udara, seperti aktivitas militer, keamanan operasional atau bencana alam.
Dilansir The Latin Times, kebijakan ini ditetapkan beberapa saat setelah Presiden AS, Donald Trump mengatakan tidak akan menyerang Venezuela. Namun, sejumlah pengamat melihat NOTAM diimplementasikan karena adanya kemungkinan target militer di dalam teritori Venezuela.
Sebelumnya, Trump sudah menunjukkan target potensial di dalam Venezuela yang berhubungan dengan jaringan Cartel de los Soles. Langkah ini diduga untuk menekan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro untuk mundur dari jabatannya.
2. Trump tidak percaya AS akan berperang dengan Venezuela

Pada saat yang sama, Trump mengaku tidak percaya bahwa AS akan berperang melawan Venezuela. Namun, ia tidak bersedia menjawab pertanyaan soal adanya rencana serangan ke dalam teritori Venezuela.
“Saya ragu dan saya tidak berpikir demikian. Namun, mereka sudah memperlakukan kami sangat buruk setelah kasus penyelundupan narkoba dan imigrasi ilegal dari pelaku kriminal asal Venezuela ke AS,” ujarnya, dikutip dari EFE.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio ikut menampik adanya rencana serangan Venezuela. Meskipun, Washington terus meningkatkan keberadaan militer di Karibia yang bertujuan untuk menekan Caracas.
3. Nelayan Venezuela khawatir serangan AS di Laut Karibia
Serangan militer AS kepada puluhan terduga penyelundup narkoba di Karibia, sejumlah nelayan di Sucre, Venezuela mengaku khawatir. Mereka takut akan menjadi target dari serangan AS di Laut Karibia padahal mereka hanya mencari ikan.
Tak hanya itu, sejumlah perdagangan barang oleh warga lokal seperti makanan, pakaian, dan sepatu ke Trinidad-Tobago terpaksa dihentikan sementara. Warga takut bepergian menggunakan kapal boat ke Trinidad-Tobago karena adanya militer AS.
“Kapal boat tidak lagi pergi ke Trinidad-Tobago, tidak juga dengan migran. Warga lokal takut akan ditembak dan mati karena serangan yang menargetkan kapal boat,” terangnya.















