Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Gak Mau Israel Perang Berlarut dengan Hizbullah Lebanon 

Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) tak menghendaki keinginan Israel untuk berkonflik lebih lama dengan Hizbullah di Lebanon. Menteri Luar Negeri (Menlu), Antony Blinken, mengatakan bahwa tindakan Israel untuk memulangkan warganya di sepanjang perbatasan dengan Lebanon tepat, tetapi tidak dengan konflik yang belarut-larut.

"Ketika Israel melancarkan operasi untuk menghilangkan ancaman terhadap Israel dan rakyatnya di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, kami sudah sangat jelas bahwa hal ini tidak boleh mengarah pada kampanye yang berlarut-larut," kata Blinken di Doha, Qatar, pada Kamis (24/10/2024), dilansir dari Reuters.

Blinken mengatakan, Israel harus mengambil langkah untuk meminimalisir jatuhnya korban sipil, pasukan penjaga perdamaian PBB, serta pasukan dari Lebanon.

1. Pesan berbahaya yang ditujukan ke Iran

Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS (twitter.com/Secretary Antony Blinken)

Pernyataan Blinken muncul hampir sebulan setelah serangan militer besar Israel terhadap Hizbullah Lebanon dan juga serangan Iran ke Israel. Blinken berharap Iran mendapat pesan yang jelas bahwa serangan lebih lanjut terhadap Israel pada dasarnya membahayakan kepentingannya sendiri.

Iran kini menanti serangan balasan Israel. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, telah berjanji akan membalas serangan Israel.

Israel melancarkan serangan ke Lebanon dengan dalih untuk memastikan pulangnya warga sipil Israel ke kampung halamannya di sepanjang perbatasan. Iran pada 1 Oktober menyerang Israel sebagai pembalasan tewasnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang dibunuh oleh Israel.

Hingga kini, serangan udara masih terus dilancarkan Israel ke wilayah Lebanon. Israel telah menggempur Lebanon selatan, pinggiran selatan Beirut, dan Lembah Bekaa, serta mengirim pasukan darat ke daerah-daerah dekat perbatasan.

Pihak berwenang Lebanon mengatakan operasi tersebut telah menewaskan lebih dari 2.500 orang. Sementara 1 juta orang lainnya juga mengungsi.

2. Israel siap gencatan senjata dengan Hizbullah, tapi dengan beberapa syarat

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant (kiri), bersama Kepala IDF, Herzi Halevi (tengah), saat operasi penargetan Pemimpin Tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah. (instagram.com/israeliairforce)

Israel belakangan disebut menginginkan gencatan senjata dengan Hizbullah. Israel telah mengajukan syarat gencatan senjata kepada AS.

Dilansir Times of Israel, salah satu syaratnya adalah meminta keterlibatan militer Israel atau IDF dalam pelucutan senjata Hizbullah. Israel ingin terlibat dalam penerapan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengharuskan Angkatan Bersenjata Lebanon menjadi satu-satunya pasukan yang memiliki senjata di Lebanon selatan.

"Kita berbicara tentang 1701 dengan penegakan hukum yang lebih ketat. Pesan utama kami adalah jika tentara Lebanon dan UNIFIL berbuat lebih banyak, IDF akan berbuat lebih sedikit dan sebaliknya," kata seorang pejabat Israel.

Selain itu, Israel juga menuntut Angkatan Udara memiliki kebebasan beroperasi di wilayah udara Lebanon. Seorang pejabat AS mengatakan, sangat tidak mungkin Lebanon dan masyarakat internasional akan menyetujui persyaratan Israel itu.

3. Pembicaraan soal gencatan senjata Gaza akan kembali dilanjutkan

Ilustrasi pasukan Hamas (mfa.gov.il/Israel Ministry of Foreign Affairs)

Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, di Doha pada Kamis, Blinken juga membahas soal gencatan senjata di Gaza. AS masih optimis terkait perundingan tersebut. 

Upaya perundingan tampaknya akan kembali berlangsung pada Minggu. Kepala Mossad David Barnea akan bertolak ke Doha hari itu untuk kembali memulai perundingan. Dia akan bertemu dengan kepala intelijen AS (CIA), Bill Burns, dan Al Thani.

"Pada pertemuan tersebut, para pihak akan membahas berbagai opsi untuk memajukan negosiasi pembebasan sandera yang ditahan Hamas, dengan latar belakang perkembangan terkini," kata pernyataan Kantor Perdana Menteri Israel pada Kamis malam.

Pembicaraan gencatan senjata telah terhenti selama lebih dari dua bulan. AS secara terbuka menyalahkan Hamas karena menolak terlibat, sementara Mesir dan Qatar menyalahkan Israel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us