Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Badan Atom PBB Nyatakan Iran Tak Patuh soal Nuklir

ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/sina drakhshani)
Intinya sih...
  • Iran dituduh gagal menjelaskan temuan jejak nuklir di situs tak terdaftar.
  • Iran akan balas dengan melanjutkan pengayaan uranium.
  • Resolusi PBB ini muncul menjelang putaran baru negosiasi AS-Iran.

Jakarta, IDN Times- Badan pengawas nuklir PBB (IAEA) pada Kamis (12/6/2025) mengeluarkan resolusi yang menyatakan Iran tidak mematuhi kewajiban nuklirnya. Keputusan ini menjadi yang pertama kalinya dalam hampir 20 tahun.

Pemicunya adalah kegagalan Iran memberikan penjelasan mengenai jejak uranium di beberapa lokasi rahasia. Hal ini melanggar Perjanjian Pengamanan, yang mewajibkan Iran mendeklarasikan semua material dan aktivitas nuklirnya.

Iran langsung merespons dengan mengumumkan rencana untuk membangun fasilitas pengayaan uranium baru serta memodernisasi teknologi nuklirnya di situs Fordow. Teheran juga menyebut resolusi IAEA ini sebagai langkah yang didasari motif politik.

1. Iran dituduh gagal menjelaskan temuan jejak nuklir di situs tak terdaftar

Resolusi ini diajukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman yang menyuarakan kekhwatiran terhadap program nuklir Iran. Teks di dalamnya secara spesifik menyoroti berbagai kelalaian Iran dalam bekerja sama dengan badan pengawas nuklir.

"Banyaknya kegagalan Iran untuk menegakkan kewajibannya sejak 2019 untuk memberikan kerja sama yang penuh dan tepat waktu kepada Badan IAEA mengenai materi dan aktivitas nuklir yang tidak dideklarasikan di beberapa lokasi, merupakan ketidakpatuhan terhadap kewajibannya di bawah Perjanjian Safeguards," demikian bunyi draf resolusi tersebut.

Dalam pemungutan suara dewan, 19 negara mendukung resolusi sementara 3 negara menentangnya, yaitu Rusia, China, dan Burkina Faso. Sebanyak 11 negara lainnya memilih abstain dan 2 tidak memberikan suara, yang menunjukkan adanya perpecahan di dalam dewan tersebut.

Keputusan ini membuka kembali kemungkinan untuk melaporkan kasus Iran ke Dewan Keamanan PBB di masa depan. Terakhir kali IAEA mengeluarkan temuan serupa adalah pada September 2005, yang kemudian ditindaklanjuti dengan rujukan resmi ke Dewan Keamanan pada Februari 2006, dilansir ABC News.

2. Iran akan balas dengan melanjutkan pengayaan uranium

Iran melalui media resminya mengecam resolusi tersebut dan menyatakan bahwa keputusan itu tidak memiliki landasan teknis maupun hukum. Menurut Teheran, langkah ini merupakan tekanan bermotif politik.

Sebagai tindakan balasan, Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) akan mendirikan fasilitas pengayaan baru di lokasi yang aman dan mengganti sentrifugal di Fordow dengan teknologi generasi keenam yang canggih. Langkah ini dipandang sebagai niat Iran untuk melanjutkan program pengayaan uraniumnya.

Akar masalah ini adalah temuan partikel uranium di tiga lokasi yang tidak pernah diakui Iran sebagai bagian dari program nuklirnya: Varamin, Marivan, dan Turquzabad. Para inspektur IAEA telah mengakses lokasi-lokasi tersebut antara tahun 2019 dan 2020 untuk melakukan penyelidikan.

"Kurangnya jawaban dari Teheran membuat kami tidak bisa menyimpulkan bahwa program nuklir Iran sepenuhnya damai. Kami menuduh Iran berusaha membersihkan lokasi-lokasi tersebut, yang jelas menghambat pekerjaan kami," kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, dikutip dari The National.

3. Resolusi muncul menjelang putaran baru negosiasi AS-Iran

Resolusi ini disahkan hanya beberapa hari sebelum putaran keenam perundingan nuklir antara AS dan Iran dijadwalkan kembali di Oman pada hari Minggu (15/6/2025). Pertemuan AS-Iran kini akan dibayangi oleh perkembangan terbaru ini.

Ketegangan di Timur Tengah juga dilaporkan sedang meningkat, ditandai dengan langkah AS yang menarik pulang staf nonesensial dari beberapa negara di kawasan itu. Iran juga telah mengeluarkan ancaman akan menargetkan pangkalan militer AS di kawasan jika terjadi konflik.

Di sisi lain, Israel dilaporkan telah mengirim kepala intelijen Mossad untuk bertemu utusan AS menjelang perundingan di Oman. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengaku semakin pesimis terhadap kelanjutan negosiasi.

"Saya menjadi kurang percaya diri untuk mencapai kesepakatan. Namun saya tegaskan, kami tidak akan membiarkan Iran memiliki bom nuklir," kata Trump, seperti dilaporkan Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us