Beirut Memanas, Korsel Evakuasi 97 Warganya dari Lebanon

- Pemerintah Korsel mengerahkan pesawat militer KC-33 untuk evakuasi warga dari Lebanon yang sulit meninggalkan negara tersebut.
- Lebanon tengah menghadapi situasi kemananan memburuk, sehingga penerbangan komersial tidak dapat beroperasi secara normal.
- Korsel juga telah mengerahkan dua pesawat angkut militer dan personel untuk menghadapi keadaan darurat di Timur Tengah.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengerahkan sebuah pesawat militer untuk mengevakuasi warga negaranya dan keluarga mereka dari Lebanon pada Sabtu (5/10/2024). Hal ini mengingat Israel yang semakin mengintensifkan operasi darat terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon.
"Sebanyak 96 warga negara Korsel dan 1 anggota keluarga asing yang selama ini bermukim di Lebanon tiba di Pangkalan Udara Korsel di Seongnam, Provinsi Gyeonggi, pada pukul 12.50 siang waktu setempat dengan menaiki pesawat angkut Angkatan Udara (AU) Korsel KC-33- Cygnus," demikian pernyataan bersama dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Pertahanan (Kemenhan), dikutip dari Korea Herald.
1. Sulitnya warga Korsel mengakses penerbangan komersial
Menurut pernyataan dari kedua kementerian tersebut, warga Korea menghadapi kesulitan untuk meninggalkan Lebanon dengan penerbangan komersial. Sebab, situasi kemananan di Timur Tengah yang memburuk dengan cepat
"Sebagai respons, Kemenlu dan Kemenhan dengan cepat mengerahkan pesawat angkut militer dan tim tanggap cepat ke Lebanon untuk memfasilitasi pemulangan warga negara Korsel dengan selamat," kata kedua kementerian tersebut.
Pihaknya juga menyebutkan, pemerintah akan terus memantau situasi di Timur Tengah, termasuk Lebanon, dan akan terus merancang langkah-langkah keamanan untuk menjamin keselamatan warga negara Korsel yang tinggal di kawasan tersebut.
Pesawat KC-330 Cygnus berangkat dari Korsel menuju Lebanon pada Kamis (3/10/2024) dan tiba di Beirut pada Jumat pagi waktu Lebanon. Pesawat militer itu kemudian berangkat dari Lebanon di hari yang sama.
2. Menlu Korsel telah mengoordinasikan pemulangan warganya dengan Menlu Lebanon

Kemenhan Korsel juga mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan dua pesawat angkut militer, KC-330 dan C-130J Super Hercules, sebagai bagian dari rencana kontinjensi untuk menghadapi keadaan darurat.
Pesawat angkut cadangan C-130, mampu beroperasi di landasan pacu yang lebih pendek dan di bawah tembakan. Pihaknya juga akan mengirim 39 personel militer, termasuk mekanik dan diplomat, dikutip dari The Straits Times.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Cho Tae-yul mengirim pesan langsung kepada Menlu Lebanon, Abdallah Bou Habib, untuk meminta kerja sama pemerintahnya dalam memastikan pemulangan warga negara Korea dengan selamat. Habib pun menjawab permintaan tersebut dan menyatakan dukungannya.
Pada 2 Oktober, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol telah memerintahkan pengerahan segera pesawat militer untuk memfasilitasi evakuasi warga Negeri Ginseng selama pertemuan darurat mengenai krisis di Timur Tengah, di tengah situasi yang mendesak.
3. Terdapat 130 warga Korsel yang tinggal di Lebanon

Dilaporkan, bahwa ada sekitar 130 warga negara Korsel, tidak termasuk staf kedutaan, telah tinggal di Lebanon. Meski begitu, mereka tidak berlokasi di wilayah perbatasan Israel-Lebanon, tempat Seoul memberlakukan larangan perjalanan sejak Agustus. Lalu, sisanya memilih untuk tidak naik pesawat militer.
Sementara itu, pemerintah Korsel belum mempertimbangkan untuk mengevakuasi warga negaranya yang berada di Iran atau Israel. Menurut seorang pejabat senior Kemenlu, sebagian besar penerbangan beroperasi pada tingkat normal di kedua negara, kendati ada beberapa pembatalan dan penangguhan. Hingga Rabu, tercatat warga negara Korsel yang tinggal di Iran ada 110 orang dan 480 di Israel.