Cara Baru China Lawan COVID: Warga Dibayar Rp222 Juta untuk Tracing

Jakarta, IDN Times – Strategi terbaru China untuk melawan pandemik COVID-19 adalah menawarkan sejumlah uang kepada masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan tracing atau penelusuran sumber virus. Kebijakan itu diterapkan setelah angka infeksi di Negeri Tirai Bambu mengalami peningkatan dalam beberapa pekan terakhir.
Saat ini wabah telah melanda di lebih dari 40 kota. Pemerintah kota Heihe, salah satu wilayah di utara China yang berbatasan dengan Rusia, menawarkan 100 ribu yuan (sekitar Rp222 juta) sebagai hadiah kepada warga yang mengetahui sumber virus.
“Untuk mengungkap sumber virus ini sesegera mungkin dan mengetahui rantai penularannya, perlu dilakukan perang rakyat untuk pencegahan dan pengendalian epidemi,” kata pemerintah kota dalam keterangan tertulisnya, dilansir AFP.
1. Mencegah carrier yang tidak terpantau

Pemerintah berharap masyarakat segera melapor ketika mengetahui aktivitas penyelundupan, perburuan ilegal, hingga penangkapan ikan lintas batas. Pemerintah bahkan mengimbau supaya barang impor yang diberi secara online agar disterilisasi dan dikirimkan untuk dites lebih lanjut.
Hal itu dilakukan demi mencegah penyebaran virus melalui carrier yang tidak terpantau oleh negara.
Salah satu klaster COVID-19 di Provinsi Henan muncul karena kegiatan sekolah tatap muka. Oleh sebab itu, otoritas kesehatan mendesak percepatan vaksinasi untuk anak-anak. Sejauh ini baru 3,5 juta dosis vaksin telah diberikan kepada anak-anak berusia 3-11 tahun.
Gelombang terbaru COVID-19 membuat jutaan orang di-lockdown dan terpaksa membatalkan perjalanan domestik karena aturan penggunaan moda transportasi yang diperketat.
2. Pendekatan ketat China perlu ditinjau kembali

Dikutip dari The Straits Times, para ahli mendesak pemerintah China untuk mempertimbangkan kembali sikap anti-virusnya yang sangat ketat.
Ketika banyak negara mencabut pembatasan di tengah pandemik, Beijing tetap berpegang pada strategi nol-COVID yang mempertahankan angka infeksi rendah karena penutupan perbatasan, penguncian, dan karantina yang panjang. Kendati begitu, kasus baru masih tetap bermunculan.
“Kita tidak bisa melakukan tes (COVID-19) di setiap persimpangan jalan,” kata pakar virologi di Universitas Hong Kong, Guan Yi.
Dia juga meminta supaya pemerintah mengevaluasi data pandemik terbaru kemudian menjadikannya sebagai rujukan pengambilan keputusan. Di sisi lain, dia juga menuntut produsen vaksin untuk melakukan penelitian terbaru, apakah vaksinnya efektif untuk mengatasi varian baru.
3. China sebut pendekatannya adalah cara terbaik lawan pandemik

Kantor berita Xinhua menanggapi kritik terhadap pendekatan anti-virus China dengan mengatakan, langkah-langkah penahanan yang ketat merupakan cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa dari virus corona.
“Pendekatan pemerintah tidak perlu diragukan lagi,” demikian sanggahan Xinhua.
Pada Selasa (9/11/2021), China melaporkan 43 kasus lokal akibat varian Delta yang menyebar di lebih dari 20 provinsi. Berdasarkan data Worldometer, hingga saat ini pemerintah China telah melaporkan 97 ribu kasus positif dengan 4.636 kematian.
China setidaknya memiliki lima vaksin yang telah mengantongi izin darurat. Namun, tingkat efikasinya bervariasi antara 50 hingga 79 persen, jauh di bawah vaksin lainnya seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna.