China Tahan Puluhan Pendeta Gereja Bawah Tanah, Kenapa?

- Operasi penahanan besar-besaran di lima provinsi utama
- Kecaman AS pada operasi penahanan para pendeta
- Penindasan gereja di China sudah berlangsung lama
Jakarta, IDN Times - Aparat keamanan China menahan puluhan pendeta dari salah satu gereja bawah tanah terbesar di negeri itu, pada Minggu (12/10/2025). Penahanan ini menandai tindakan keras terbesar terhadap komunitas Kristen sejak tahun 2018.
Pastor Ezra Jin Mingri, pendiri Zion Church yang merupakan salah satu komunitas gereja bawah tanah terbesar di Beijing, ditangkap di kediamannya di Beihai, Provinsi Guangxi, pada Sabtu (11/10/2025). Selain Pastor Jin, hampir 30 pendeta dan staf lainnya juga ditahan atau dilaporkan menghilang di berbagai kota seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen.
1. Operasi penahanan besar-besaran di lima provinsi utama
Pemerintah China melancarkan operasi penahanan besar-besaran di lima provinsi utama dan kota-kota besar termasuk Beijing dan Shanghai. Zion Church, yang didirikan pada 2007 dan kini memiliki ribuan jemaat, menjadi target utama dalam operasi tersebut. Selain penangkapan, aparat juga melakukan penggerebekan dan penyegelan tempat ibadah gereja serta penyitaan properti milik anggota gereja.
"Semua pendeta dan anggota Zion Church yang ditahan tidak bersalah. Satu-satunya 'kesalahan' mereka adalah mereka menyembah Tuhan dengan damai, menyebarkan Injil secara setia, membimbing jemaat, dan melayani sesama," kata tim pastoral Zion Church, dilansir The Epoch Times.
Operasi ini dipandang sebagai pelanggaran terhadap kebebasan beragama yang dijamin dalam konstitusi China.
2. Kecaman AS pada operasi penahanan para pendeta
Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, mengecam keras operasi penahanan tersebut. Ia menyerukan pembebasan segera para pendeta yang ditangkap serta menekankan pentingnya kebebasan beragama tanpa ketakutan akan tindakan balasan dari pemerintah China.
"Operasi ini semakin menunjukkan permusuhan Partai Komunis China terhadap umat Kristen yang menolak intervensi Partai dalam iman mereka dan memilih beribadah di gereja bawah tanah yang tidak terdaftar," ujar Rubio, dikutip dari Christian Post.
3. Penindasan gereja di China sudah berlangsung lama
Penindasan terhadap gereja bawah tanah di China bukan hal baru. Pada 2018, terjadi gelombang penindasan serupa yang mengakibatkan penutupan banyak gereja dan pembatasan ketat terhadap aktivitas keagamaan. Zion Church sendiri sudah mengalami tekanan selama bertahun-tahun karena tidak terdaftar secara resmi di bawah pengawasan pemerintah.
Kebijakan Partai Komunis China sangat membatasi aktivitas keagamaan yang tidak resmi dan mewajibkan semua organisasi religius harus berada di bawah kendali negara. Sebuah studi Pew Research mencatat pada 2023, bahwa presentase orang dewasa yang mengidentifikasi diri sebagai Kristen menurun seiring dengan kampanye "Sinicization", di mana pemerintah menyesuaikan agama dengan ideologi negara.