Claudia Sheinbaum Sah Jadi Presiden Perempuan Pertama Meksiko

- Claudia Sheinbaum dilantik menjadi presiden perempuan pertama Meksiko pada Selasa (1/10/2024), menandai momen bersejarah bagi negara tersebut.
- Sheinbaum, seorang ilmuwan iklim dan mantan wali kota Mexico City, berhasil mematahkan tradisi 65 pria yang memimpin Meksiko sejak merdeka dari Spanyol dua abad lalu.
- Sheinbaum menghadapi tantangan besar dalam reformasi peradilan dan ekonomi serta kritikan terkait kekuasaan Partai Morena yang dipimpinnya.
Jakarta, IDN Times - Claudia Sheinbaum secara resmi dilantik menjadi presiden perempuan pertama Meksiko pada Selasa (1/10/2024). Pelantikan ini menandai momen bersejarah bagi negara tersebut, di mana Sheinbaum diharapkan membawa perubahan signifikan, terutama dalam hal pemberdayaan perempuan dan kaum muda.
Dalam langkah simbolis yang kuat, Sheinbaum memperkenalkan logo baru pemerintah yang menggambarkan seorang perempuan muda Meksiko dengan rambut terikat kuncir kuda, memegang bendera nasional. Logo ini, menurut Sheinbaum, merupakan lambang aspirasi para gadis muda di seluruh Meksiko, mencerminkan semangat juang dan harapan mereka.
1. Jadi prestasi bersejarah di negara konservatif
Claudia Sheinbaum mencatat sejarah sebagai presiden perempuan pertama di salah satu negara yang cukup konservatif secara sosial di Amerika Latin. Hingga saat ini, Meksiko telah dipimpin oleh 65 pria sejak merdeka dari Spanyol dua abad lalu. Sheinbaum, dengan latar belakangnya sebagai ilmuwan iklim dan mantan wali kota Mexico City, berhasil mematahkan tradisi tersebut.
Kemenangan Sheinbaum tidak lepas dari dukungan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, yang juga dikenal dengan pandangan politiknya yang berhaluan kiri. Hubungan politik keduanya telah terjalin selama hampir 25 tahun, di mana Sheinbaum kerap mendapatkan dukungan penuh dari Lopez Obrador dalam perjalanan kariernya.
Meski begitu, Sheinbaum akan menghadapi tantangan berat, termasuk keraguan dari berbagai pihak yang merasa khawatir dengan reformasi besar-besaran yang dilakukan menjelang akhir masa jabatan Lopez Obrador, termasuk di bidang peradilan.
2. Tantangan pada reformasi peradilan yang kontroversial
Salah satu reformasi yang paling kontroversial yang diwariskan oleh Lopez Obrador adalah perubahan dalam sistem peradilan. Reformasi ini, yang diundangkan bulan lalu, mengharuskan penggantian seluruh hakim di Meksiko dalam tiga tahun ke depan melalui pemilihan umum. Tugas berat ini kini berada di pundak Sheinbaum, yang harus memastikan transisi berjalan dengan lancar.
Mantan Presiden Meksiko, Ernesto Zedillo, dalam esainya di majalah The Economist, menyampaikan kekhawatirannya terhadap reformasi ini. "Demokrasi yang telah kita perjuangkan dengan susah payah akan berubah menjadi otokrasi satu partai," tulis Zedillo, dikutip dari Reuters.
Kritikus dari partai oposisi menilai bahwa Partai Morena yang dipimpin oleh Sheinbaum memiliki kekuasaan yang terlalu besar, sehingga dikhawatirkan akan menggerus sistem checks and balances dalam pemerintahan demokratis Meksiko.
3. Prioritas ekonomi dan keamanan di tengah defisit anggaran
Selain reformasi peradilan, Sheinbaum juga menghadapi tantangan ekonomi yang tidak kalah besar. Defisit anggaran yang terus melebar dapat mempengaruhi kebijakan kesejahteraan sosial dan inisiatif keamanan yang selama ini menjadi fokus utama pemerintahan sebelumnya.
Dalam kampanyenya, Sheinbaum berjanji akan melanjutkan kebijakan ekonomi yang berpusat pada negara, khususnya terkait sumber daya alam seperti minyak dan mineral. Namun, ia juga dihadapkan pada harapan untuk melakukan perbaikan di bidang keamanan dan lingkungan, yang selama ini menjadi titik lemah dalam pemerintahan Lopez Obrador.
Selain itu, sejarah mencatat bahwa Sheinbaum juga merupakan presiden Meksiko pertama yang memiliki darah Yahudi, yang menjadikannya simbol keberagaman di negara mayoritas Katolik.
"Saya berkomitmen untuk melanjutkan kebijakan yang berpihak pada rakyat, namun dengan pendekatan yang lebih inklusif dan berorientasi pada masa depan, terutama dalam hal lingkungan dan keamanan," ungkap Sheinbaum dalam sebuah wawancara, dikutip dari Al Jazeera.