Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Daftar Tamu yang Hadir di Pelantikan Trump, Tak Ada Prabowo

Presiden Prabowo Subianto. (YouTube/Sekretariat Kepresidenan)
Intinya sih...
  • Pelantikan Presiden AS Donald Trump akan dihadiri oleh sejumlah tamu undangan dari pemimpin negara lain
  • Presiden China Xi Jinping diundang oleh Trump, namun mengirimkan wakilnya untuk hadir di upacara pelantikan
  • Istana Kepresidenan Indonesia belum menerima undangan untuk Presiden Prabowo Subianto menghadiri pelantikan Presiden Trump

Jakarta, IDN Times - Pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, akan dilaksanakan pada Senin (20/1/2025). Sejumlah politisi, miliuner, hingga tamu undangan bagi pemimpin negara lain, sudah disampaikan oleh protokoler Gedung Putih. 

Dilansir dari laman Time, berdasarkan tradisi, pelantikan Presiden Negeri Paman Sam hanya diikuti oleh para duta besar. Tidak ada kepala negara asing yang melakukan kunjungan kenegaraan resmi untuk acara tersebut. Tetapi, rutinitas itu diprediksi bakal berubah di bawah periode kedua kepemimpinan Trump. 

Dalam daftar tamu undangan, terdapat Presiden Argentina, Javier Milei, dan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni. Namun, berdasarkan laporan Politico, Meloni belum memberikan kepastian apakah akan hadir pada acara pelantikan.

Menariknya, Trump juga mengundang Presiden China, Xi Jinping, dalam pelantikan, di tengah isu kenaikan tarif dan perang dagang. Juru bicara Trump, Karoline Leavitt, mengatakan undangan bagi Xi menjadi penanda kesediaannya untuk menggelar sebuah dialog terbuka dengan semua pemimpin negara di dunia. Apakah mereka sekutu, kompetitor atau musuh. 

Tetapi, alih-alih terbang langsung ke Washington DC, Xi mengirimkan Wakil Presiden Han Zheng untuk hadir di upacara pelantikan. Kementerian Luar Negeri China menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintahan baru AS.

Presiden Ekuador, Daniel Noboa, akan hadir di upacara pelantikan. Begitu pula dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, dan Menlu India, Subrahmanyam Jaishankar. 

Lalu, bagaimana undangan untuk Presiden Prabowo Subianto?

1. Belum ada undangan untuk Prabowo

Presiden RI, Prabowo Subianto menerima kunjungan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2025) (Tim Media Prabowo)

Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Philip J Vermonte, mengatakan hingga Sabtu (18/1/2025), belum ada undangan yang diterima oleh Istana Kepresidenan dari Pemerintah AS untuk menghadiri pelantikan Presiden Trump.

"Jadi, informasi mengenai keberangkatan Presiden ke AS itu belum ada di kami," ujar Philip. 

dia menjelaskan kebiasaan yang berlaku di pelantikan Presiden Negeri Paman Sam yaitu tidak ada undangan bagi kepala negara manapun. Biasanya, yang diundang adalah perwakilan-perwakilan, duta besar, atau kepala perwakilan lembaga internasional di Washington DC. 

"Jadi, dari sisi Indonesia yang akan hadir tentu saja per undangan tersebut adalah Duta Besar Indonesia di Washington DC," katanya. 

Namun, posisi Dubes RI untuk AS hingga kini belum diisi usai ditinggalkan oleh Rosan Roeslani. Rencananya, posisi itu bakal diisi oleh Whisnutama. Tapi, dia dan 12 calon dubes lainnya belum menjalani uji kepatutan dan kelayakan dengan komisi I DPR. Hingga anggota parlemen berganti, nasib calon dubes RI untuk AS belum diketahui hingga sekaraang. 

"Hari ini kan posisi duta besar RI di Washington DC belum ada. Ada wakil duta besar, tentu saja beliau yang akan menghadiri," tutur Philip. 

2. Prabowo sempat ucapkan selamat ke Trump lewat telepon

Presiden Prabowo Subianto ketika melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan Presiden Joe Biden di Amerika Serikat. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Prabowo pernah melayangkan ucapan selamat kepada Trump melalui telepon usai memenangkan pemilu AS pada November 2024 lalu. Pembicaraan tersebut diunggah oleh Prabowo di akun media sosialnya. 

"Saya ingin mengucapkan selamat untuk Anda karena sudah terpilih menjadi Presiden AS di pemilu," ujar Prabowo.

Dalam percakapan itu, Prabowo menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan Donald Trump secara langsung. "Apabila memungkinkan, saya ingin menemui secara langsung di mana pun Anda berada untuk memberikan ucapan selamat secara langsung," katanya.

Trump merespons baik keinginan Prabowo itu. Dia mengaku bisa saja bertemu dengan Prabowo.

"Ah, sangat boleh, sangat boleh. Kita bisa laksanakan itu kapan pun Anda mau," jawab Trump.

3. Trump ancam bakal naikkan tarif bea impor 100 persen bagi anggota BRICS

Pelantikan Trump sebenarnya memicu satu sentimen ketika mengancam untuk menaikkan tarif bea impor bagi negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan). Ancaman itu disampaikan usai BRICS berencana membuat mata uang alternatif selain dolar.

Indonesia baru-baru ini menjadi anggota penuh BRICS. Artinya, bila ancaman Trump direalisasikan, Indonesia bisa kena ikut dampaknya. Keinginan pemerintah untuk masuk ke dalam BRICS sejak awal sudah menuai kritik di Tanah Air. 

Salah satunya disampaikan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia. Peneliti CSIS, Lina Alexandra, mengatakan, di dalam Pernyataan Pers Tahunan Menlu (PPTM), Sugiono, tidak dipaparkan langkah mitigasi pemerintah seandainya ancaman Trump untuk menaikan tarif bea impor 100 persen, menjadi kenyataan. Dalam pidatonya, Menlu dari Partai Gerindra itu hanya menyebut langkah Indonesia bergabung ke dalam BRICS adalah bagian dari cerminan politik bebas dan aktif. 

"Bila Indonesia ingin melakukan diplomasi yang antisipatif dan visioner, apakah betul ketika kita memutuskan menjadi anggota BRICS, sudah melakukan kalkulasi yang antisipatif, progresif, dan visioner. Kita perlu melihat apa dampaknya," ujar Lina seperti dikutip dari YouTube CSIS Indonesia pada 14 Januari 2025 lalu. 

Indonesia, kata Lina, tak perlu takut terhadap ancaman Trump yang ingin menaikkan tarif bea impor. Tetapi, tanpa persiapan yang matang terhadap ancaman itu, dikhawatirkan malah bisa merugikan perekonomian Indonesia. 

"Apakah sudah ada persiapan-persiapan dan mitigasi yang perlu, kalau kebijakan itu benar-benar diterapkan oleh Amerika Serikat," ujar Lina 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Satria Permana
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us