Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Deklarasi G20 di India Tidak Sebut Rusia sebagai Agresor

PM India Narendra Modi bersama beberapa pemimpin G20 (Twitter.com/Narendra Modi)

Jakarta, IDN Times - Para pemimpin G20 telah membuat deklarasi bersama setebal 29 halaman di New Delhi, India pada Sabtu (9/9/2023). Salah satu poin dalam deklarasi tersebut adalah semua utusan negara yang hadir sepakat untuk tidak menyebut Rusia sebagai agresor dalam perang di Ukraina.

Deklarasi itu telah berbanding terbalik dengan konferensi tingkat tinggi (KTT) sebelumnya di Bali, Indonesia, tahun lalu. Saat itu, delegasi yang hadir sebagian besar sepakat untuk mengutuk dengan keras invasi Rusia di Ukraina.

Deklarasi yang disepakati para pemimpin G20 mendapatkan banyak pujian. Amerika Serikat (AS) menilai bahwa itu adalah sebuah keberhasilan besar. Meski begitu, pihak Ukraina mengkritiknya dan menyebut deklarasi itu sebagai tidak ada yang membanggakan.

1. Butuh lebih dari 200 jam untuk negosiasi

ilustrasi pertemuan G20 di India (Twitter.com/Narendra Modi)

KTT G20 di Delhi telah mencapai konsensus bersama yang disepakati. Perdana Menteri (PM) Narendra Modi pada Sabtu, mengatakan bahwa ada kabar baik dari kekhawatiran perbedaan pendapat terkait perang Rusia-Ukraina yang kemudian dicantumkan dalam deklarasi bersama.

Dilansir The Guardian, deklarasi itu telah diadopsi secara resmi. Salah satu isinya adalah, semua referensi tentang Rusia, agresi Rusia dan penarikan diri Rusia terkait perang di Ukraina tercantum di dalamnya.

Salah satu poin pentingnya yakni, bahwa negara-negara harus menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan untuk mengupayakan akuisisi wilayah. Poin lainnya adalah ancaman penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima.

Para pemimpin G20 menyerukan perdamaian yang komprehensif, adil dan tahan lama di Ukraina dan deklarasi itu tidak menyebut Rusia sebagai agresor.

Perwakilan India, Amitabh Kant, mengatakan konsensus itu telah disepakati 100 persen dari semua negara. Dia menjelaskan, butuh lebih dari 200 jam untuk negosiasi yang alot. Brasil, Afrika Selatan, Turki, Meksiko dan Indonesia memiliki peran penting membuat Rusia menyetujui bahasa tersebut.

2. Pujian dari AS

Deklarasi bersama yang dihasilkan dari negosiasi pemimpin G20, mendapatkan pujian dari AS. Penasihat keamanan nasional Jake Sullivan, menyebutnya sebagai tonggak penting bagi kepemimpinan India dan mosi percaya bahwa G20 dapat bersatu mengatasi berbagai masalah.

"Pernyataan G20 mencakup serangkaian paragraf penting mengenai perang di Ukraina. Dan dari sudut pandang kami, hal ini sangat baik dalam menegakkan prinsip bahwa (sebuah) negara tidak dapat menggunakan kekuatan untuk mengupayakan akuisisi wilayah," kata Sullivan dikutip dari CNN.

Sebagai anggota G20, Rusia harus menyetujui konsensus apa pun mengenai Ukraina. Seorang pejabat senior Uni Eropa yang ikut hadir, mengatakan bahwa Moskow terpojok dalam negosiasi dan harus menerima kesepakatan.

Sebelumnya, negara-negara Eropa tetap ingin menggunakan bahasa keras untuk mengutuk invasi Moskow. Tapi Rusia dan China menentangnya.

3. Ukraina kritik deklarasi bersama pemimpin G20

ilustrasi (Unsplash.com/Kedar Gadge)

Menghilangkan kata Rusia dan agresi, setidaknya pemimpin G20 telah dinilai menyelamatkan wajah Presiden Vladimir Putin. Hal itu disampaikan oleh John Kirton, kepala kelompok penelitian G20 di Universitas Toronto.

Ukraina sendiri mengkritik deklarasi bersama tersebut. Dilansir VOA News, juru bicara Kementerian Luar Negeri Oleg Nikolenko, mengatakan Ukraina tetap berterima kasih kepada mitra yang mencoba memasukan kata-kata tegas dalam teks itu.

Nikolenko juga menyarankan untuk mengedit pernyataan dalam teks dan menggantinya agar anggota G20 dengan tegas mengutuk dan meminta Moskow untuk segera mengakhiri agresinya terhadap Ukraina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us