Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Diduga Jadi Mata-mata di China, Pembawa Acara TV Australia Disidang

Pembawa berita asal Australia, Cheng Lei. (twitter.com/annelisenews)

Jakarta, IDN Times - Seorang pembawa acara televisi asal Australia kelahiran China, Cheng Lei pada Kamis (31/3/2022), resmi menjalani persidangan. Seorang pembawa berita CGTN itu sudah ditahan di China sejak Agustus 2020 lantaran dituduh melakukan upaya spionase dan menjadi agen asing asal Australia. 

Dilansir The Guardian, sistem hukum di China disebut sudah menghukum sekitar 99 persen para terduga pelaku yang sudah ditahan. Selain itu, persidangan kerap dilakukan secara cepat dan rahasia, bahkan putusan hukum dan pemberian hukuman dapat berlangsung hingga berbulan-bulan. 

Sebelumnya seorang warga Australia kelahiran China, Yang Hengjun, juga sudah ditahan di China selama tiga tahun. Namun, ia selalu menolak terlibat dalam kasus spionase dan sekarang dilaporkan tengah mengalami masalah kesehatan. 

1. Acara persidangan Cheng Lei dijaga ketat aparat kepolisian

Acara persidangan Cheng pada Kamis tersebut dijaga ketat oleh aparat kepolisian berseragam lengkap yang berjajar di Pengadilan Menengah di Beijing. Tak hanya itu saja, polisi juga melakukan pengamanan di seluruh area bagian utara dan barat pintu masuk pengadilan. 

Aparat kepolisian yang bertugas dilaporkan mengecek seluruh identitas jurnalis dan memintanya untuk segera meninggalkan area tersebut. Pengadilan tertutup ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah Australia lantaran rawan terjadinya kecurangan dan kurangnya transparansi. 

Canberra selama ini terus memperhatikan penangkapannya di China dan meminta agar diberikan standar hukum yang sesuai. Sampai saat ini, belum diketahui bukti bahwa Cheng melakukan aksi tersebut dan putusan hukum juga masih belum bisa dipastikan kapan dijatuhkan. Sementara, keluarganya mengaku bahwa mereka percaya jika Cheng sama sekali tidak bersalah dalam aksi spionase, dilansir dari Reuters

2. Dubes Australia di China dilarang hadiri persidangan

Selain para jurnalis yang dilarang masuk ke ruang sidang, Dubes Australia di Beijing, Graham Fletcher juga tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan. Hal ini sesuai dengan kebijakan dari pengadilan China yang melarang warga asing untuk masuk dalam persidangan. 

"Ini sangat mengkhawatirkan, tidak menyenangkan dan disesalkan. Kami tidak dapat memercayai validitas proses hukum yang dilangsungkan secara rahasia. Australia akan melanjutkan dukungan kepada hak dan kepentingan Ny.Cheng Lei" ungkap Fletcher. 

"Mereka tidak pernah memiliki kontak dengan ibunya sejak ditahan. Seluruh anggota keluarganya, termasuk anak dan orangtuanya sangat merindukannya dan berharap dapat bertemu dengannya kembali sesegera mungkin" tambahnya, dikutip dalam BBC.

Diplomat Australia diketahui juga sudah mengunjungi Cheng secara berkala, di mana yang terakhir pada 21 Maret lalu. Namun, juru bicara Kemenlu China, Wang Wenbin mengatakan keputusan kasus ini akan diumumkan sesuai jadwal. 

"Kami mendesak pihak Australia agar secara serius menghargai sistem kedaulatan yudisial China dan menarik diri dari ikut campur dengan mengambil alih kasus yang menjadi otoritas dari sistem yudisial China dalam bentuk apa pun" ujar Wenbin. 

3. Hubungan antara China dan Australia terus memanas

Bendera Tiongkok di Kota Zhenjiang. instagram.com/steevowashere/

Dilaporkan CNN, hubungan diplomatik antara China dan Australia yang memburuk dalam beberapa tahun terakhir diduga menjadi penyebab utama ditangkapnya Cheng. Pasalnya, hubungan antara kedua negara sudah memburuk sejak April 2020, usai PM Scott Morrison menyerukan investigasi asal pandemik COVID-19. 

Sementara, China menuding keinginan Morrison sebagai bentuk manipulasi politik dan kemudian menargetkan perdagangan dengan Australia. Negeri Tirai Bambu itu sudah menjatuhkan pajak kepada barang asal Australia, sekaligus memberikan blokir akuisisi dari perusahaan Australia. 

Setelah Cheng ditahan, dua jurnalis Australia yang bekerja di China kembali ke negaranya setelah otoritas setempat menanyakan terkait keamanan nasional. Hal itu membuat tidak adanya jurnalis Australia di China untuk pertama kalinya sejak 50 tahun terakhir. 

"Tidak ada transparansi, dunia luar tidak dapat mengetahui secara pasti apa yang seseorang perbuat. Satu hal yang kami ketahui adalah ini terjadi di saat tensi antara kedua negara tengah memanas dan adanya bukti bahwa Pemerintah China memiliki sejarah untuk mengeksploitasi masalah ini demi kepentingan politik" tutur Yaqiu Wang selaku peneliti HRW di China. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us