Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Direktur CIA Lakukan Kunjungan Tak Terduga ke Libya

Ilustrasi bendera Libya. (pixabay.com/jorono)

Referensi:

https://abcnews.go.com/International/wireStory/cia-chief-rare-visit-libya-meets-tripoli-based-96398993

https://www.reuters.com/world/africa/cia-chief-makes-rare-visit-libya-2023-01-12/

Jakarta, IDN Times -
Kepala CIA, William Burns, melakukan kunjungan ke Libya pada Kamis (12/1/2023). Dalam kunjungan ini, Burns melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Abdulhamid al-Dbeibah di Tripoli.

Keduanya dikabarkan membahas rencana peingkatan kerja sama di bidang perekonomian dan keamanan. Pemerintah Kedaulatan Nasional Dbeibah mengumumkan kunjungan tersebut melalui halaman Facebook mereka, dengan mem-posting foto Burns dan Dbeibah bersama-sama. 

Selain dengan Dbeibah, Burns juga dikabarkan bertemu dengan pemimpin pasukan di timur Libya, Khalifa Haftar, yang berbasis di Benghazi. Kunjungan ke Libya yang sedang terpecah menjadi 2 pemerintahan ini terbilang jarang dilakukan oleh pendahulunya, dilansir dari ABC News.

1. Terjadi setelah ekstradisi buronan Libya ke AS

Kunjungan William Burns ke Libya terjadi setelah ekstradisi tak terduga seorang mantan pejabat intelijen Libya, Abu Agila Mohammad Mas’ud Kheir Al-Marimi pada bulan lalu. Ia dituduh terlibat dalam pengeboman pesawat komersial yang meledak di atas Lockerbie, Skotlandia, pada 1988.

Peristiwa naas tersebut menewaskan semua penumpang di dalam pesawat dan 11 orang di daratan.

Namun, penyerahan Al-Marimi oleh pemerintah Dbeibah dipertanyakan legalitasnya. Karena, Libya tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat.

2. Libya terbelah jadi dua kubu

Libya sedang dalam kondisi konflik sejak 2011, ketika pemberontakan yang didukung NATO melawan pemimpin lama Moammar Gadhafi.

Libya saat ini, terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing di timur dan barat, masing-masing didukung oleh pihak asing dan berbagai milisi bersenjata. Milisi-milisi ini telah mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan besar melalui penculikan dan perdagangan manusia.

Pemerintah Dbeibah ditetapkan melalui proses yang didukung PBB pada 2021 sebagai bagian dari rencana damai, namun tidak diakui oleh faksi politik utama di timur. Hal ini membuat banyak warga Libya khawatir akan kembali ada perang saudara, dilansir dari Reuters.

3. AS khawatir Rusia campur tangan di Libya

Amerika Serikat berulang kali mengekspresikan kekhawatirannya tentang peran yang dimainkan Rusia dalam konflik di Libya. Kekhawatiran ini terus berlanjut karena ketidakstabilan di negara anggota OPEC tersebut dinilai dapat mempengaruhi pasokan energi global dan memberi ruang bagi kelompok militan Islam.

Moskow diduga telah mendukung pasukan Haftar selama perang pada 2019-2020. Selain itu, mereka diduga mengerahkan hingga 1.200 tentara dari kontraktor militer swasta Rusia, Wagner Group di Libya.

Washington juga dikabarkan berusaha mencari lebih banyak tersangka dalam kasus pengeboman pesawat Pan-Am pada 1988 di atas Lockerbie, Skotlandia setelah ekstradisi seorang mantan perwira intelijen Libya bulan lalu. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us