Fakta-fakta Tragedi Air India Jenis Boeing 787 Dreamliner
_-_crop.jpg)
- Pesawat Boeing 787 Dreamliner adalah pesawat jet komersial berbadan lebar dengan teknologi canggih, menggunakan material komposit serat karbon untuk mengurangi bobot dan hemat bahan bakar.
- Boeing 787 Dreamliner memiliki riwayat masalah teknis, mulai dari isu baterai hingga cacat produksi. Air India juga melaporkan gangguan teknis dalam armada Dreamliner mereka.
- Isu keselamatan pesawat 787 diperparah oleh tuduhan kekhawatiran internal dari para pembocor rahasia Boeing, yang menyebabkan krisis citra bagi produsen pesawat tersebut.
Jakarta, IDN Times - Dunia penerbangan dikejutkan oleh jatuhnya pesawat Air India dengan nomor penerbangan AI 171 di Ahmedabad, India, pada Kamis (12/6/2025). Tragedi ini menjadi insiden fatal pertama yang melibatkan pesawat Boeing 787 Dreamliner.
Pesawat nahas tersebut mengangkut total 242 penumpang dan awak kabin. Pilot dilaporkan sempat mengeluarkan panggilan darurat "Mayday" sesaat setelah lepas landas sebelum pesawat jatuh di sebuah area permukiman. Tragedi ini menyorot reputasi Boeing 787 Dreamliner, yang dikenal modern namun dibayangi isu keselamatan.
1. Mengenal 787 Dreamliner, pesawat populer Boeing yang berteknologi canggih
.jpg)
Boeing 787 Dreamliner adalah pesawat jet komersial berbadan lebar yang dirancang untuk rute penerbangan jarak jauh. Keunggulan utamanya terletak pada penggunaan material komposit serat karbon pada sebagian besar strukturnya, yang membuatnya lebih ringan. Tipe ini juga disebut mampu menghemat bahan bakar hingga 25 persen dibandingkan generasi sebelumnya.
Popularitasnya terbukti dengan lebih dari 1.100 unit Dreamliner yang kini aktif beroperasi di berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia. Pesawat spesifik yang terlibat dalam kecelakaan ini diketahui telah diterima oleh Air India sejak Januari 2014, sehingga usianya sudah lebih dari satu dekade.
Armada Air India sendiri diperkuat oleh 34 unit pesawat Boeing 787 Dreamliner. Maskapai tersebut memang sedang dalam program modernisasi dan bahkan memiliki rencana untuk menambah sedikitnya 20 unit Dreamliner lagi ke dalam jajaran armadanya.
Melansir Hindustan Times, pesawat yang jatuh ini merupakan varian 787-8, salah satu dari tiga varian Dreamliner yang ditawarkan oleh Boeing. Pesawat tersebut ditenagai oleh dua mesin GEnx buatan General Electric.
2. Riwayat masalah teknis dan produksi Dreamliner

Meskipun baru kali ini memakan korban jiwa, jejak operasional Dreamliner bukannya tanpa cacat. Isu teknis paling signifikan terkait tipe ini terjadi pada 2013. Saat itu, seluruh armada 787 di dunia dilarang terbang (grounded) karena adanya risiko pada baterai lithium-ion yang digunakannya.
Masalah tidak berhenti sampai di situ, isu manufaktur juga pernah mencuat ke permukaan. Boeing sempat menunda pengiriman pesawat 787 selama sekitar satu tahun hingga pertengahan 2022 setelah ditemukannya cacat produksi. Kala itu terdapat celah antar bagian badan pesawat tidak disambung dengan benar, dilansir CNBC.
Armada Dreamliner milik Air India juga memiliki riwayat masalahnya sendiri. Dalam kurun waktu 14 bulan pertama sejak diluncurkan, dilaporkan ada 136 gangguan teknis kecil. Selain itu, antara tahun 2015 hingga 2024, terjadi 32 insiden yang lebih signifikan seperti kebocoran hidrolik dan masalah tekanan kabin, dilansir The Hindu.
Seorang pensiunan investigator keselamatan udara AS, Jeff Guzzetti, memberikan pandangan awalnya berdasarkan data yang tersedia. Menurutnya, pesawat ini berhasil lepas landas dengan baik, namun kesulitan saat menambah ketinggian. Namun, belum bisa dipastikan apakah ada masalah teknis yang terlibat dalam insiden ini.
3. Internal Boeing pernah mengungkap kekhawatiran atas 787
_Boeing_787-9_Dreamliner_at_Noi_Bai_International_Airport.jpg)
Isu keselamatan pesawat 787 diperparah oleh adanya tuduhan-tuduhan serius yang datang dari para pembocor rahasia (whistleblower) dari dalam perusahaan. Tuduhan terbaru dan paling menonjol dilayangkan oleh seorang insinyur Boeing bernama Sam Salehpour pada awal 2024.
Salehpour secara terbuka menuduh Boeing mengambil jalan pintas dalam proses perakitan badan pesawat 777 dan 787 untuk mempercepat laju produksi. Ia mengklaim para pekerja menggunakan kekuatan yang berlebihan untuk menyatukan bagian-bagian yang tidak pas. Menurutnya, praktik ini dapat menimbulkan tekanan pada struktur dan memperpendek usia pakai pesawat, dilansir Indian Express.
Sebelum Salehpour, John Barnett, seorang mantan manajer kontrol kualitas, juga telah menyuarakan kekhawatiran serupa. Barnett menuduh para pekerja, yang berada di bawah tekanan target produksi, sengaja memasang suku cadang di bawah standar ke dalam pesawat. Ia juga mengidentifikasi adanya potensi kerusakan pada sistem oksigen darurat.
Sebagai informasi, Barnett ditemukan tewas bunuh diri pada Maret 2024. Pihak keluarga telah menuntut Boeing, mengaitkan kematiannya dengan depresi akibat tekanan. Menanggapi berbagai tuduhan ini, Boeing secara konsisten memberikan bantahan dan menyebut klaim-klaim tersebut tidak akurat. Di sisi lain, Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) sedang melakukan investigasi atas klaim yang diajukan oleh Salehpour.
4. Krisis baru bagi citra Boeing

Kecelakaan fatal ini kembali menyeret Boeing ke sorotan publik. Sebelumnya, kepercayaan publik telah rusak akibat dua tragedi fatal yang melibatkan 737 MAX pada 2018 dan 2019. Kedua insiden ini terjadi di Indonesia dan Ethiopia, hanya berjarak 5 bulan.
Sesuai dengan protokol penerbangan internasional, otoritas India akan memimpin proses investigasi untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan. Tim investigator akan memprioritaskan pencarian "kotak hitam" pesawat, yang terdiri dari perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit, untuk dianalisis lebih lanjut.
"Kami telah berkomunikasi dengan Air India terkait penerbangan 171 dan siap untuk mendukung mereka," sebut Boeing dalam pernyataannya, dikutip dari NDTV.
Tragedi ini terjadi hanya beberapa hari sebelum perhelatan Paris Air Show, sebuah pameran penerbangan besar tempat para produsen pesawat bersaing mendapatkan pesanan. Hasil investigasi diperkirakan akan sangat menentukan nasib reputasi Boeing.