Pasukan Israel Akui Ambil Alih Kapal Madleen, Greta Thunberg Aman

- Semua penumpang kapal selamat
- Kapal pesiar membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza
- Israel menganggap misi tersebut sebagai upaya propaganda untuk mendukung Hamas
Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel akui mengambil alih komando sebuah kapal pesiar yang membawa sejumlah bantuan untuk warga Gaza dari perairan di Jalur Gaza. Kapal tersebut berjumlah 12 awak, termasuk aktivis lingkungan dan kemanusiaan Greta Thunberg.
Kapal pesiar berbendera Inggris Madleen, yang dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC) yang pro-Palestina, bertujuan untuk mengirimkan sejumlah bantuan simbolis ke Gaza pada Senin dan meningkatkan kesadaran internasional tentang krisis kemanusiaan di sana.
Namun, kapal tersebut telah dinaiki pasukan Israel pada malam hari sebelum dapat mencapai pantai. Kementerian Luar Negeri Israel kemudian mengonfirmasi bahwa kapal tersebut berada di bawah kendali Israel.
"Kapal pesiar swafoto milik para selebriti tersebut dengan selamat menuju pantai Israel. Para penumpang diharapkan untuk kembali ke negara asal mereka," tulis kementerian tersebut di X, dilansir dari France24, Senin (9/6/2025).
1. Semua penumpang kapal selamat

Israel mengatakan, semua penumpang selamat dan tidak terluka, termasuk Thunberg. "Mereka diberi roti lapis dan air. Pertunjukan telah berakhir," kata kementerian tersebut.
Di antara 12 awak kapal tersebut terdapat aktivis iklim Swedia Thunberg dan Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa asal Prancis.
"Awak Freedom Flotilla ditangkap oleh tentara Israel di perairan internasional sekitar pukul 2 pagi," ucap Hassan di akun X. Sebuah foto memperlihatkan awak kapal duduk di atas kapal, semuanya mengenakan jaket pelampung, dengan tangan terangkat ke atas.
Kapal pesiar tersebut membawa kiriman kecil bantuan kemanusiaan, termasuk beras dan susu formula bayi. Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa bantuan tersebut akan dibawa ke Gaza. "Sejumlah kecil bantuan yang ada di kapal pesiar tersebut dan tidak dikonsumsi oleh 'para selebriti' akan ditransfer ke Gaza melalui saluran kemanusiaan yang sebenarnya," tulisnya.
2. Dianggap upaya propaganda dukung Hamas

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz memerintahkan militer mencegah Madleen mencapai Gaza, dengan menyebut misi tersebut sebagai upaya propaganda untuk mendukung Hamas. Israel memberlakukan blokade laut di daerah kantong pantai tersebut setelah Hamas menguasai Gaza pada tahun 2007.
Blokade tersebut tetap berlaku selama beberapa konflik, termasuk perang saat ini, yang dimulai setelah serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Kementerian kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 54.000 warga Palestina telah tewas sejak dimulainya kampanye militer Israel. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa sebagian besar dari lebih dari 2 juta penduduk Gaza menghadapi kelaparan.
Pemerintah Israel mengatakan blokade tersebut penting untuk mencegah senjata mencapai Hamas.
3. Misi Madleen belum berakhir
Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk hak asasi manusia di wilayah Palestina, Francesca Albanese, telah mendukung operasi FFC dan pada hari Minggu, mendesak kapal-kapal lain untuk menentang blokade Gaza.
"Perjalanan Madleen mungkin telah berakhir, tetapi misinya belum berakhir. Setiap pelabuhan Mediterania harus mengirimkan kapal berisi bantuan dan solidaritas ke Gaza," tulisnya di X.