Hamas Setujui Proposal Terbaru Gencatan Senjata di Gaza

- Hamas mendukung gencatan senjata di Jalur Gaza
- Kantor Perdana Menteri Israel menerima proposal gencatan senjata
Jakarta, IDN Times - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, mendukung dimulainya kembali gencatan senjata di Jalur Gaza melalui proposal yang diajukan para mediator. Proposal tersebut meminta Hamas membebaskan lima sandera lagi ke Israel sebagai imbalan atas gencatan senjata selama 50 hari.
Khalil al-Hayyam, pemimpin Hamas paling senior di luar Gaza mengatakan, kelompoknya telah menyetujui kesepakatan yang dikirim oleh para mediator Mesir dan Qatar.
1. Israel juga terima proposal gencatan senjata terbaru

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pihaknya juga telah menerima rencana tersebut. Mereka mengajukan proposal balasan kepada para mediator dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat.
Jika disetujui, perjanjian gencatan senjata terbatas yang baru itu dapat bertepatan dengan hari raya Idul Fitri yang dimulai pada hari ini, Minggu (30/3/2025).
Dilansir dari BBC, kantor Netanyahu mengatakan ia telah mengadakan konsultasi mengenai proposal gencatan senjata dari para mediator. Menurut mereka, tawaran balasan Israel telah disetujui dengan AS, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. AS belum mengomentari masalah tersebut secara terbuka.
2. Israel terus lancarkan serangan ke Gaza

Proposal ini disetujui saat pasukan Israel melancarkan operasi darat di Rafah, dan melanjutkan serangan udara di Jalur Gaza. Serangan kembali dilancarkan pada pertengahan Maret ini, usai gencatan senjata berlaku pada 19 Januari 2025 lalu.
Kedua belah pihak tidak dapat menyetujui fase kedua kesepakatan tersebut setelah fase pertama berakhir.
Selama fase pertama, Hamas telah membebaskan 33 sandera. Kelompok yang didukung Iran tersebut diperkirakan masih menyandera 59 orang, meskipun tidak semuanya diyakini masih hidup.
Hamas sebelumnya bersikeras untuk tetap berpegang pada kesepakatan awal - dengan negosiasi untuk memulai fase kedua yang membayangkan pembebasan semua sandera yang tersisa sebagai imbalan atas penarikan penuh pasukan Israel di Gaza dan berakhirnya perang. Namun negosiasi tersebut tidak pernah dimulai.
Israel dan AS malah mengusulkan agar fase pertama gencatan senjata - yang berakhir sebulan lalu - diperpanjang, tanpa jaminan yang jelas bahwa perang akan berakhir. Israel menuduh Hamas menolak perpanjangan tersebut dan pada 18 Maret melanjutkan serangan militernya di Gaza.
Lebih dari 900 orang di seluruh wilayah tersebut telah tewas akibat serangan udara Israel sejak saat itu, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
3. Netanyahu dituduh membahayakan sandera

Sementara itu, keluarga para sandera yang tersisa menuduh Netanyahu membahayakan nyawa para sandera dengan melanggar gencatan senjata. Salah satu sandera tersebut, Elkana Bohbot, ditampilkan dalam sebuah video baru yang diunggah oleh Hamas di mana ia memohon pembebasannya.
Perang tersebut dipicu ketika Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 orang kembali ke Gaza sebagai tawanan.
Israel menanggapi dengan serangan militer besar-besaran, yang menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. Namun sebelum serangan Hamas 7 Oktober lalu, Israel kerap menangkap dan menyiksa warga Palestina.