Hassan Nasrallah: Jeritan Pemukim Israel Makin Keras karena Hizbullah

Jakarta, IDN Times – Pemimpin Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, menegaskan bahwa pihaknya akan selalu berdiri bersama dalam perjuangan rakyat Palestina di Gaza.
“Kami menegaskan dari Front Lebanon bahwa kami berdiri bersama rakyat Gaza. Teriakan pemukim di wilayah utara Palestina yang diduduki semakin keras akibat operasi Hizbullah,” kata Nasrallah dalam pidatonya pada Rabu (13/3/2024), dilansir The Jerusalem Post.
Ia kemudian menekankan bahwa apa yang terjadi hari ini, khususnya di Gaza, dapat menjadi pelajaran bagi semua orang di dunia. Menurutnya, operasi Al Aqsa Flood merupakan sebuah pencapaian dengan dampaknya yang amat serius.
“Semua faksi Palestina sepakat menghentikan agresi, bertentangan dengan apa yang diberitakan bahwa Hamas menghalangi perundingan,” tambah Nasrallah.
1. Nasrallah mengkritik pemerintahan Netanyahu dan Biden
Nasrallah kemudian menyampaikan pesan yang ditujukan khusus kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Ia menyatakan bahwa, "Bahkan jika Anda bertindak di Rafah, Anda telah kalah perang."
Ia juga mengkritik Amerika Serikat (AS) karena ketidakmampuannya dalam menangani konflik Gaza. Ia terang-terangan mengatakan pemerintahan Biden sangat bodoh.
“Siapa yang percaya Biden tidak bisa menghentikan perang di Jalur Gaza?” tanyanya.
“Dengan lambaian pena, dia bisa menghentikan perang dan menghentikan agresi terhadap rakyat Gaza. Pemerintah AS bodoh dan harus menghentikan perang. Kami di Front Lebanon akan mendukung rakyat Gaza, apapun yang terjadi. pengorbanannya atau waktu yang harus kita korbankan," ungkapnya.
Pemimpin Hizbullah tersebut juga menyatakan bahwa tentara Israel atau IDF kini sudah kehabisan tenaga. Selain itu, jumlah korban tewas jauh lebih tinggi daripada yang diumumkan.
2. Perang akan terus berlanjut

Tampaknya, perang di Gaza akan terus berlanjut. Netanyahu berulang kali mengungkapkan tujuannya untuk membasmi Hamas dari Jalur Gaza secara total.
“Untuk memenangkan perang ini, kita harus menghancurkan sisa batalyon Hamas di Rafah. Jika tidak, Hamas akan berkumpul kembali, mempersenjatai kembali, dan menaklukkan kembali Gaza dan kemudian kita kembali ke titik awal. Dan itu adalah ancaman yang tidak dapat kami toleransi,” katanya kepada AIPAC.
Pada Selasa, Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, mengatakan bahwa Israel akan kehilangan dukungan internasional jika terus bertindak secara brutal di Gaza.
“Saya pikir dunia ngeri dengan situasi saat ini hilangnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah dan skala krisis kemanusiaan, dan saya akan mengatakan bahwa kecuali Israel mengubah arahnya, maka mereka akan terus kehilangan dukungan,” kata Wong pada Australian Financial Review Business Summit, dilansir Anadolu.
3. Upaya AS menengahi proses gencatan senjata

Pada Rabu, Gedung Putih merespons krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza. Juru bicara, Karine Jean-Pierre, mengatakan kurangnya kebutuhan bagi penduduk sipil adalah dorongan untuk dimulainya bantuan kemanusiaan lewat udara, serta rencana baru untuk membangun dermaga sementara untuk memfasilitasi pengiriman bantuan melalui laut.
Ia juga menyinggung terkait aksi Israel yang sudah kelewatan. Menurutnya, Israel perlu segera untuk bertindak lebih di Gaza.
“Presiden telah mengatakan bahwa Israel perlu berbuat lebih banyak,” katanya.
Pihaknya juga kini mengaku terus mengupayakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, namun dengan syarat pembebasan sandera.
Sejauh ini, lebih dari 31 ribu warga Palestina tewas akibat perang. Sebanyak lebih dari 73 ribu orang lainnya terluka.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.