Hizbullah: Lebanon Harus Pastikan Israel Patuhi Gencatan Senjata

Jakarta, IDN Times – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hizbullah, Naem Qassem, mengatakan bahwa Lebanon bertanggung jawab untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Ia mengatakan bahwa pemerintah yang harus menangani setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Israel.
“Tanggung jawab sekarang berada di tangan negara Lebanon, negara-negara yang memediasi perjanjian tersebut, dan komite yang mengawasi pelaksanaannya melalui cara-cara politik hingga Israel keluar dari Lebanon,” kata Qassem, dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (1/1/2025).
Ia kemudian menuduh Israel melakukan ratusan pelanggaran kesepakatan, termasuk serangan udara dan darat, penghancuran rumah, dan penyerbuan ke wilayah yang sebelumnya tidak dapat diakses.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Israel diharuskan menarik pasukannya di selatan Garis Biru secara bertahap, sementara tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.
1. Saat Israel melanggar, Hizbullah berupaya untuk tetap diam
Terkait dengan bungkamnya Hizbullah terhadap pelanggaran Israel belakangan ini, Qassem menjelaskan bahwa tanggung jawab kini diberikan kepada Lebanon.
“Ini adalah fase politik yang sedang ditangani oleh negara, dan kami setuju dengan suara-suara yang menuntut agar negara bertanggung jawab dalam melaksanakan perjanjian ini. Kami bersabar pada tahap ini,” katanya.
Ia menambahkan, Hizbullah telah menunjukkan ketangguhannya mencegah Israel maju di wilayah perbatasan. Kini adalah kesempatan bagi negara Lebanon untuk menegaskan dirinya secara politik.
“Perlawanan masih berlangsung dan telah kembali menguat. Dengan iman yang kuat dan para pejuang yang berdedikasi, perlawanan akan terus maju dan semakin kuat di masa mendatang,” imbuhnya.
2. Israel tetap serang Lebanon meski ada gencatan senjata

Dilansir Al Jazeera, kendati gencatan senjata telah diimplementasikan sejak 27 November lalu, Israel tetap menyerang wilayah Lebanon. Tindakan ini melanggar ketentuan gencatan senjata selama 60 hari yang disepakati.
Kedua pihak saling menuduh melakukan pelanggaran berulang kali. Israel telah melancarkan serangan hampir setiap hari, sebagian besar di Lebanon selatan, yang telah menewaskan banyak orang sejak kesepakatan tersebut berlaku.
Kementerian Kesehatan Lebanon pada pertengahan Desember melaporkan adanya serangan drone Israel di Kota Ainata dan Bint Jbeil, Lebanon Selatan. Lima orang tewas dalam peristiwa itu.
Adapun pasukan Lebanon telah dikerahkan di sekitar Khiam, kota yang terletak hanya 5 kilometer dari perbatasan. Mereka akan berkoordinasi dengan pasukan perdamaian PBB di sepanjang garis perbatasan.
3. Tiga fase konflik Hizbullah setahun terakhir

Qassem dalam pidatonya juga menguraikan tiga tahap konflik baru-baru ini dengan Israel. Dimulai dengan dukungan Hizbullah untuk Gaza pada 8 Oktober 2023, diikuti oleh kampanye udara besar-besaran Israel di Lebanon, dan fase pasca-gencatan senjata yang dimulai pada 27 November.
“Pada tahap ketiga, dicapai kesepakatan yang mengharuskan musuh (Israel) mengakhiri agresinya dan menarik diri dari wilayah Lebanon yang diduduki,” kata Qassem.
Hizbullah, tambah Qassem, juga berkomitmen menghentikan operasi pertahanan dan menarik pejuang serta senjata dari selatan Sungai Litani.
Data Kementerian Kesehatan Lebanon menunjukkan, sejak serangan Israel terhadap Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023, setidaknya 4.063 korban telah tewas, termasuk wanita, anak-anak, dan pekerja kesehatan. Sementara 16.663 lainnya terluka.