Ibu di Gaza Kehilangan Suami-Anak karena Gencatan Senjata Terlambat

Jakarta, IDN Times - Serangan udara Israel menewaskan tiga anggota keluarga al-Qidra di Khan Younis, Gaza selatan saat mereka berusaha pulang ke rumah menjelang gencatan senjata pada Minggu (19/1/2025). Keluarga tersebut tidak mengetahui penundaan gencatan senjata yang seharusnya mulai pukul 08.30 waktu setempat.
Hanan al-Qidra kehilangan suaminya Ahmed bersama dua anaknya, Adly (16) dan Sama (6) dalam serangan yang menghantam kereta keledai mereka. Mereka menjadi bagian dari 19 warga Palestina yang tewas selama tiga jam penundaan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Penundaan terjadi setelah PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan Hamas belum menyerahkan daftar tiga sandera Israel yang akan dibebaskan hari itu. Hamas melaporkan kendala teknis lapangan sebagai penyebab keterlambatan.
1. Kisah tragis keluarga al-Qidra
Keluarga al-Qidra telah bertahan hidup selama 15 bulan perang dan mengungsi ke berbagai tempat. Pagi itu, mereka memutuskan berkemas pulang setelah mendengar kabar gencatan senjata akan dimulai.
Ahmed al-Qidra menaikkan tujuh anaknya ke atas kereta yang ditarik keledai menuju Khan Younis timur. Hanan memilih tinggal sebentar membereskan barang-barang mereka di rumah kerabat, berencana menyusul keluarganya beberapa jam kemudian.
Yasmin (12), salah satu anak yang selamat, melihat kendaraan roda empat di depan kereta mereka yang membawa orang-orang merayakan gencatan senjata. Tak lama kemudian, rudal Israel menghantam lokasi tersebut.
Ia berhasil menyelamatkan adiknya Aseel (8) sebelum rudal kedua menghantam lokasi yang sama. Yasmin dan dua saudaranya berhasil selamat dari serangan tersebut. Ahmed, sang ayah, meninggal dunia di rumah sakit akibat luka-lukanya.
"Barang-barang kami sudah dimuat ke kereta keledai dan anak-anak bersama suami saya berangkat lebih dulu. Saya mampir sebentar mengambil beberapa keperluan kami, lalu terdengar suara ledakan dan saya langsung tahu itu mereka," kata Hanan al-Qidra kepada Middle East Eye.
2. Alasan penundaan gencatan senjata
Saat itu, pesawat tempur dan drone Israel masih terbang rendah di atas Gaza, Beit Hanoun, Khan Younis, dan Rafah. Militer Israel mengaku masih menyerang target-target yang mereka sebut sebagai lokasi teror selama penundaan tersebut.
Seorang pejabat Palestina melaporkan serangan Israel tersebut telah menghambat komunikasi lapangan. Hal ini turut menyulitkan proses penyerahan daftar nama sandera.
"Mereka sangat gembira, bermain-main dan bersiap pulang ke rumah. Mereka tidak tahu sedang menuju takdir terakhir mereka. Setidaknya mereka meninggal dalam kondisi syahid," kata Hanan.
Keluarga Kassab juga menjadi korban serangan tank Israel saat memeriksa rumah mereka di kawasan Tal al-Sultan, Rafah. Yousef, keponakan Ramadan Kassab tewas dalam insiden tersebut.
3. Israel-Hamas akhirnya bertukar tahanan

Melansir NPR, gencatan senjata akhirnya berlaku pukul 11.15 waktu setempat. Israel dan Hamas memulai proses pertukaran tiga sandera Israel yaitu Romi Gonen, Emily Damari, dan Doron Steinbrecher dengan 95 tahanan Palestina.
Kesepakatan gencatan senjata selama enam pekan ini mencakup rencana pertukaran total 33 sandera Israel dengan 1.800 tahanan Palestina. Ratusan truk bantuan kemanusiaan juga telah bersiap memasuki Gaza sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.
Perang selama 15 bulan telah menewaskan 46.913 warga Palestina berdasarkan data otoritas kesehatan Gaza. Konflik berkepanjangan ini memaksa sekitar 90 persen dari 2,2 juta penduduk Gaza mengungsi dari rumah mereka.
"Kami bertahan lebih dari setahun dalam perang ini, tapi mereka malah tewas di menit-menit terakhirnya. Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?" tutur Hanan al-Qidra, dilansir AlJazeera.