Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

India Marah karena Kapal Penelitian China Berlabuh di Maladewa

Ilustrasi kapal. (pexels.com/Devin Koopman)
Ilustrasi kapal. (pexels.com/Devin Koopman)

Jakarta, IDN Times - Kapal penelitian kelautan China, Xiang Yang Hong 3, akan berlabuh di Maladewa pada pekan ini. Kapal tersebut akan melakukan kunjungan ke pelabuhan untuk rotasi personel dan pengisian pasokan, sebelum kembali melaut dan tidak akan melakukan penelitian apa pun saat berada di perairan negara tersebut.

Rencana berlabuhnya kapal Beijing tersebut telah mengusik tetangga Maladewa, India. Bagi Delhi, kehadiran kapal tersebut merupakan penghinaan diplomatik. Beberapa pihak khawatir hal ini dapat menjadi misi untuk mengumpulkan data yang di masa depan dapat digunakan oleh militer China dalam operasi kapal selam.

"Kapal-kapal China melakukan penelitian ilmiah di Samudera Hindia. Aktivitas mereka di laut lepas sepenuhnya sah," kata Zhou Bo, mantan kolonel senior Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.

"Terkadang kapal membutuhkan pengisian ulang, seperti bahan bakar, makanan, dan air. Jadi, mereka berlabuh di pelabuhan negara ketiga, dan itu adalah hal yang normal. Pemerintah India tidak perlu mempermasalahkannya. Samudera Hindia bukanlah Samudera India," tambahnya, dikutip dari BBC pada Senin (5/2/2024).

1. Perpindahan kapal penelitian China dari Sri Lanka ke Maladewa

Zhou menuturkan, kapal induk China dan kapal pendukungnya pada akhirnya akan mencapai Samudera Hindia. Ia menegaskan, jika India mengganggu pengisian kembali pasokan kapal-kapal di negara ketiga, seperti Sri Lanka, maka Beijing akan marah.

Awalnya, Xiang Yang Hong 3 berencana mengunjungi Kolombo untuk mengisi ulang sebelum melanjutkan ke Maladewa. Akan tetapi, menurut Menteri Luar Negeri Sri Lanka Tharaka Balasuriya, hal tersebut ditangguhkan untuk saat ini.

"Selama satu tahun ini, kami ingin mengembangkan teknologi dan keahlian kami, sehingga kami dapat bergabung dalam kegiatan penelitian ini secara setara," ungkapnya.

Namun, keputusan tersebut dinilai sebagai respons terhadap keberatan keras India terhadap kunjungan kapal-kapal Beijing. Meski begitu, keberatan Delhi tidak membawa perubahan besar bagi Maladewa yang telah lama berada di bawah pengaruh India.

Pada akhir Januari, Kementerian Luar Negeri Maladewa mengumumkan bahwa kapal Xiang Yang Hong 3 telah diberi izin untuk berlabuh di kepulauan tersebut. Pihaknya telah menerima permintaan diplomatik dari China untuk izin berlabuh.

"Maladewa selalu menjadi tujuan ramah bagi kapal-kapal negara sahabat dan terus menjadi tuan rumah bagi kapal-kapal sipil dan militer yang berlabuh untuk tujuan damai," kata kementerian tersebut, dikutip dari Deutsche Welle.

2. Hubungan Maladewa dengan India-China di bawah pemerintahan Presiden Muizzu

Presiden Maladewa Mohamed Muizzu. (dok. Kantor Kepresidenan Maladewa/presidency.gov.mv)
Presiden Maladewa Mohamed Muizzu. (dok. Kantor Kepresidenan Maladewa/presidency.gov.mv)

Bukan pertama kalinya Beijing bersaing memperebutkan pengaruh dengan Delhi di Samudera Hindia. Sebelumnya, kedua negara telah lama berselisih mengenai perbatasan Himalaya.

Pada 2014, dua kapal selam angkatan laut China melakukan kunjungan ke Kolombo dan dalam dua tahun terakhir dua kapal penelitian Beijing mengunjungi Sri Lanka, yang memantik ketidaksenangan India. Kedatangan kapal-kapal tersebut terjadi setelah Beijing meminjamkan miliaran dolar ke Sri Lanka.

Sementara itu, hubungan India-Maladewa memburuk sejak terpilihnya Mohamed Muizzu sebagai presiden kepulauan itu pada November. Ia yang dianggap pro-China ingin mengusir Delhi dari negaranya dan baru-baru ini melakukan perjalanan ke Beijing guna bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.

Beijing menjadikan Maladewa sebagai mitra utama dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) global. Muizzu juga telah mengumumkan beberapa proyek insfrastruktur yang didanai Negeri Tirai Bambu.

3. Ambisi strategis China hingga ke Samudera Hindia

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)
Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Pergeseran sikap Male terhadap Beijing telah menimbulkan kekhawatiran di Delhi. China dengan kekuatan angkatan lautnya yang berkembang pesat telah dianggap sebagai ancaman regional.

Beijing kemungkinan besar juga menginginkan akses ke lokasi strategis yang penting tersebut. Ini mengingat bahwa Maladewa adalah sisi selatan Samudera Hindia.

Menurut para ahli, Beijing memiliki ambisi strategis yang lebih besar dan kemungkinan akan mengirim lebih banyak kapal ke kawasan Samudera Hindia, guna penelitian oseanografi atau untuk melindungi kepentingan komersialnya. 

Bagi India tantangannya adalah bagaimana melawan pengaruh agresif China yang semakin besar di wilayah yang dianggap Delhi sebagai halaman belakangnya.

Pada akhir tahun lalu, pemerintahan Muizzu juga mengumumkan bahwa pihaknya tidak akan memperbarui perjanjian survei hidrografi dengan Delhi, yang ditandatangani oleh pemerintah sebelumnya guna memetakan dasar laut di perairan teritorial Maladewa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us