Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Akui 6 Sandera Mungkin Tewas Karena Serangan Udara di Gaza  

ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Stanislav Vdovin)
Intinya sih...
  • Militer Israel mengakui serangan udara pada Februari 2024 kemungkinan menewaskan enam sandera di Gaza.
  • Jasad enam militan Hamas yang menjaga sandera juga ditemukan tanpa tanda tembak, mungkin akibat kekurangan oksigen dari ledakan.
  • Empat sandera lanjut usia seharusnya dibebaskan November 2023, namun kesepakatan gagal, menimbulkan desakan pembebasan melalui negosiasi.

Jakarta, IDN Times - Militer Israel mengakui enam sandera yang jasadnya ditemukan di Gaza kemungkinan besar tewas akibat serangan udara Israel. Jasad para sandera ditemukan di terowongan Khan Younis pada Agustus 2024 dengan tanda-tanda tembakan.

Pihak militer Israel mengaku tidak memiliki informasi tentang keberadaan sandera di lokasi serangan saat melancarkan serangan udara pada Februari 2024. Mereka menyatakan serangan tidak akan dilakukan jika mengetahui ada sandera di lokasi tersebut.

Laksamana Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, telah meminta maaf kepada keluarga sandera dalam pertemuan sebelum temuan investigasi dirilis ke publik.

"Kami seharusnya membawa mereka pulang dalam keadaan hidup, dan kami gagal dalam misi kami," ujar Hagari, dilansir New York Times. 

1. Serangan udara Israel dekat lokasi sandera

Serangan udara Israel menghantam lokasi yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat para sandera ditahan pada Februari 2024. Militer Israel mengklaim skenario paling mungkin adalah militan Palestina menembak mati sandera ketika serangan terjadi.

Jasad enam militan Hamas yang bertugas menjaga sandera juga ditemukan di lokasi yang sama. Pejabat militer Israel menyebutkan para penjaga tersebut tewas tanpa luka tembak, kemungkinan besar akibat kekurangan oksigen dari efek ledakan.

Para sandera awalnya ditahan di terowongan yang lebih besar di Khan Younis. Mereka kemudian dipindahkan ke terowongan sempit yang tidak dirancang untuk hunian jangka panjang. Yuval Buchshtab, adik dari salah satu sandera, menyatakan sulit membayangkan kakaknya berada di terowongan sempit tersebut.

"Bahkan jika peluru Hamas yang secara praktis membunuh mereka, mereka akan tetap mati karena keracunan karbon monoksida. Kita tidak bisa memisahkan antara pengeboman dan penyebab kematian mereka," kata Yuval Buchshtab, dilansir Wall Street Journal.

Militer Israel mengakui kesulitan memastikan penyebab dan waktu kematian yang pasti karena jasad baru ditemukan enam bulan setelah kejadian. Mereka telah memperketat kriteria otorisasi serangan udara sejak kejadian tersebut.

2. Keluarga sandera salahkan militer Israel

Enam sandera yang tewas berasal dari dua komunitas berbeda. Empat orang berasal dari Kibbutz Nir Oz, yakni Avraham Munder (79), Haim Peri (80), Yoram Metzger (80), dan Alexander Dancyg (75). Dua lainnya dari komunitas Nirim, yaitu Nadav Popplewell (51) dan Yagev Buchshtab (35).

Empat sandera yang sudah lanjut usia seharusnya dibebaskan pada pertukaran sandera November 2023. Namun, kesepakatan tersebut gagal terlaksana. Forum Keluarga Sandera menyatakan temuan investigasi ini membuktikan bahwa tekanan militer Israel membahayakan nyawa para sandera. Mereka mendesak pemerintah Israel untuk memprioritaskan pembebasan sandera melalui jalur negosiasi.

Israel juga mengumumkan telah menemukan jasad sandera lainnya, Itay Svirsky (38). Svirsky diculik dari desa Be'eri dekat perbatasan Gaza saat serangan Hamas 7 Oktober 2023. Kedua orang tuanya tewas dalam serangan tersebut.

3. Sekitar 100 sandera Israel masih ditahan di Gaza

Sekitar 100 sandera masih ditahan di Gaza, lebih dari 30 di antaranya diyakini telah tewas. Hamas menyandera total 251 orang saat serangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 warga Israel.

Dilansir Reuters, kurang dari setengah sandera berhasil dibebaskan selama gencatan senjata seminggu pada November 2023. Beberapa sandera berhasil diselamatkan melalui operasi militer Israel, termasuk penyelamatan empat sandera hidup dari kota Nuseirat pada Juni.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras tekanan militer akan memaksa Hamas mencapai kesepakatan. Keluarga sandera menentang pendapat tersebut dan menuntut gencatan senjata untuk menyelamatkan sandera yang masih hidup.

Sementara itu, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 44.500 warga Palestina. Sebagian besar wilayah Gaza telah hancur menjadi puing-puing. Pembicaraan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas masih mengalami kebuntuan karena kedua pihak memiliki syarat yang sulit dikompromikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us