Israel Gempur dan Usir Warga Palestina dari Kamp Pengungsi Tepi Barat

Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel mengeluarkan perintah evakuasi paksa terhadap warga kamp pengungsi Nur Shams di Tepi Barat pada Rabu (12/2/2025). Militer Israel menyerbu lingkungan al-Ayada sambil menembakkan peluru tajam dan bom suara, memaksa ribuan warga meninggalkan tempat tinggal mereka.
Perintah evakuasi disampaikan melalui pengeras suara masjid di lingkungan sekitar. Serangan ini merupakan bagian dari operasi "Iron Wall" yang telah berlangsung selama tiga minggu dan memaksa setidaknya 40 ribu warga Palestina mengungsi.
1. Situasi mencekam di kamp pengungsian
Pasukan Israel membawa tambahan kendaraan militer dan buldoser berat ke kamp Nur Shams. Mereka menghancurkan rumah-rumah warga di lingkungan Al-Manshiya sambil melakukan pengepungan ketat terhadap kamp tersebut.
"Pasukan pendudukan menembaki segala sesuatu yang bergerak di dalam kamp. Banyak keluarga masih terjebak di rumah mereka, menghadapi bahaya yang mengancam, sementara layanan penting seperti air dan listrik telah diputus," ujar Ketua Komite Populer untuk Layanan di kamp Nur Shams, Nihad Al-Shawish, dilansir Wafa.
Militer Israel menghalangi Tim Bulan Sabit Merah Palestina yang berusaha mengevakuasi warga lansia dan anak-anak. Mereka bahkan menabrak kendaraan tim organisasi tersebut.
Warga kamp menghadapi kekurangan parah makanan, air minum, obat-obatan, dan susu formula bayi. Tentara Israel menggeledah rumah-rumah warga, mengobrak-abrik isinya, dan memaksa penghuni keluar tanpa membawa kebutuhan dasar mereka.
2. Dampak operasi Iron Wall di Tepi Barat
Israel melancarkan operasi "Iron Wall" di berbagai kamp pengungsi termasuk Jenin, Tulkarem, Far'a, dan Arroub. Mereka menggunakan serangan udara dan persenjataan canggih dalam operasi ini. UNRWA mencatat setidaknya 38 serangan udara telah dilancarkan sejak awal tahun ini, dilansir Palestine Chronicle.
"Ini perang komprehensif dan terbuka terhadap seluruh eksistensi rakyat Palestina di Tepi Barat. Ini bukan seperti operasi bisa yang sering terjadi di kamp pengungsi Jenin, Nur Shams, dan Tulkarem, tetapi ada juga perang tersembunyi lainnya," ujar Peneliti hak tanah yang berbasis di Bethlehem, Hamza Zubiedat, dilansir Al Jazeera.
Israel membangun tembok baru di sekitar desa-desa Palestina di Lembah Jordan. Pembangunan ini mengisolasi komunitas Palestina dari kota-kota di Tepi Barat.
Pasukan Israel juga melancarkan serangkaian serangan yang lebih kecil di luar operasi besar di kamp pengungsi. Mereka menyerang tiga pelajar di kota Huwara, menembakkan gas air mata dan bom suara ke arah sejumlah pelajar di al-Khader, serta menghancurkan lahan pertanian di desa Funduq.
3. Krisis kemanusiaan meluas di Tepi Barat
UNICEF melaporkan 13 anak telah tewas di Tepi Barat tahun ini. Jumlah kematian anak Palestina di wilayah tersebut meningkat 200 persen dalam 16 bulan terakhir dibandingkan periode sebelumnya.
Puluhan keluarga termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia terlihat melarikan diri dari kamp dengan berjalan kaki. Mereka berjuang melewati jalanan yang hancur di tengah cuaca musim dingin sambil menghadapi ancaman tembakan Israel.
UNRWA menyebut penduduk kamp terus terjebak dalam pengungsian, ketidakpastian, ketakutan, dan pembunuhan. Anak-anak kehilangan kesempatan pendidikan akibat situasi ini.
Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) melaporkan serangan Israel di Jenin dan Tulkarm telah memaksa lebih dari 38 ribu warga Palestina mengungsi.Serangan ini dinilai sebagai operasi terpanjang sejak Intifada kedua pada tahun 2000-an.