Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jaksa ICC Diancam AS-Inggris karena Ingin Tangkap Netanyahu

Jaksa ICC, Karim Khan. (UN International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)
Jaksa ICC, Karim Khan. (UN International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Inggris dan AS mengancam untuk menarik dana ICC.
  • Khan ditekan untuk membatalkan surat penangkapan Netanyahu.
  • AS menjatuhkan sanksi terhadap Khan dan hakim ICC yang menyelidiki Israel.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jaksa Agung Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan, dilaporkan menghadapi serangkaian ancaman dan intimidasi yang masif sejak Maret 2024. Tekanan tersebut bertujuan untuk menghentikan penyelidikannya terhadap para pejabat Israel terkait kejahatan perang di Gaza.

Menurut laporan Middle East Eye, tekanan terhadap Khan datang dari berbagai arah, mulai dari ancaman penarikan dana oleh Inggris hingga sanksi oleh Amerika Serikat. Namun, ICC akhirnya tetap mengeluarkan surat penangkapan terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant pada November 2024.

1. AS: ICC hanya untuk mengadili Afrika dan Rusia bukan Israel

Mantan Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, disebut mengancam Khan dalam sebuah panggilan telepon pada April 2024. Ia memperingatkan Khan untuk tidak menerbitkan surat perintah penangkapan karena menilai dampaknya akan sangat besar.

Melansir Al Jazeera pada Senin (4/8/2025), Cameron sempat mengancam akan menarik Inggris dari keanggotaan serta pendanaan ICC jika proses hukum terus berlanjut. Ancaman serupa datang dari para politisi senior di AS.

Senator AS Lindsey Graham mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Khan beserta keluarganya. Dalam sebuah panggilan, Graham menyatakan, ICC tidak pantas mengadili negara sekutu AS.

"Pengadilan ini dibuat untuk Afrika dan penjahat seperti Putin, bukan untuk negara demokrasi seperti Israel," ujarnya.

Peringatan juga datang dari 12 senator Republik AS lainnya. Melalui sebuah surat, mereka mengancam akan balas menargetkan ICC jika badan tersebut tetap melanjutkan penyelidikan.

2. Khan ditekan untuk membatalkan surat penangkapan Netanyahu

Selain ancaman verbal, Khan juga sempat menerima pengarahan keamanan mengenai risiko ancaman fisik di Den Haag, Belanda. Badan intelijen Israel, Mossad, dilaporkan aktif di kota tersebut dan dinilai dapat membahayakan keselamatan jaksa.

Seorang pengacara Inggris yang terlibat dalam investigasi ICC, Andrew Cayley, juga mengaku menerima ancaman. Ia diberi tahu bahwa dirinya dianggap sebagai musuh Israel dan diperingatkan untuk selalu waspada.

Di tengah meningkatnya tekanan, tuduhan pelecehan seksual terhadap Khan tiba-tiba muncul dan tersebar luas. Waktu kemunculan tuduhan ini dinilai sangat janggal oleh berbagai sumber yang mengetahui kasus tersebut.

Pada Mei lalu, seorang pengacara Inggris-Israel, Nicholas Kaufman, menemui Khan dan mendesaknya untuk membatalkan surat penangkapan.

"Mereka (Israel) akan menghancurkan Anda, dan mereka akan menghancurkan pengadilan (ICC)," kata Kaufman dalam pertemuan itu, dilansir The Cradle.

3. AS sanksi Khan dan hakim ICC yang menyelidiki Israel

Pada Februari 2025, AS akhirnya menjatuhkan sanksi terhadap Khan. Empat hakim ICC lain juga disanksi beberapa bulan setelahnya.

Akibatnya, visa AS milik Khan dicabut dan rekening bank serta kartu kreditnya dibekukan di Inggris. Tekanan ini akhirnya membuat Khan memutuskan untuk mengambil cuti dari jabatannya pada Mei lalu.

Keputusan cuti Khan secara efektif membekukan investigasi lanjutan yang sedang ia siapkan. Khan dilaporkan tengah membidik dua menteri Israel lainnya, Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Gvir, terkait isu permukiman ilegal.

Situasi ini dikecam oleh sejumlah pakar hukum internasional, termasuk mantan hakim ICC Cuno Tarfusser.

"Saya sangat terganggu, bahkan merasa tersinggung dengan proses hukum yang sedang berjalan terhadap Khan. Ini belum pernah terjadi sebelumnya dan memalukan untuk sebuah institusi yang didasarkan pada supremasi hukum bahwa sebuah proses sengaja dibuat hanya untuk menyasar Karim Khan," tutur Tarfusser.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us