Junta Myanmar Bom Pesta Pernikahan, 27 Orang Tewas

- Serangan junta militer di Sagaing, Myanmar, tewaskan 27 warga sipil dan lukai 30 lainnya.
- Pejuang minoritas mengklaim jet tempur lepas landas dari Pangkalan Udara Militer Magwe untuk menyerang warga sipil.
- Tentara Arakan merebut komando militer junta di Rakhine, memicu konflik baru setelah kudeta 2021 dan penerbitan UU Wajib Militer Myanmar.
Jakarta, IDN Times - Setidaknya 27 warga sipil, termasuk tiga anak, dilaporkan tewas dalam serangan terbaru junta militer di wilayah Sagaing, Myanmar. Junta mengebom sebuah pesta pernikahan yang digelar di Kotapraja Mingin.
Dilansir dari The Irrawaddy, Rabu (5/6/2024), jet tempur militer Myanmar dilaporkan terbang di atas Desa Mataw, sebelah timur Kota Mingin sekitar pukul 08.20 pagi waktu setempat.
Warga mengatakan militer menjatuhkan tiga bom seberat 500 pon di pesta pernikahan tersebut. Selain 27 orang tewas, 30 orang dilaporkan terluka.
1. Jet lepas landas dari pangkalan udara militer
Selain itu, para pejuang minoritas di wilayah Sagaing mengatakan bahwa jet tempur tersebut dipastikan lepas landas dari Pangkalan Udara Militer Magwe.
“Tidak ada pertempuran sebelumnya. Mereka benar-benar menargetkan warga sipil,” sebut salah satu pejuang.
Daerah Mingin memang salah satu benteng dari kelompok perlawanan PDF. Sejak kudeta pada Februari 2021, sebagian besar pemuda di daerah tersebut bergabung dengan kelompok pejuang minoritas untuk melawan junta militer.
2. Junta Myanmar semakin terdesak di beberapa wilayah
Pada Mei lalu, kelompok etnis bersenjata Myanmar, Tentara Arakan, mengklaim berhasil merebut komando militer milik junta militer Myanmar di sebelah barat negara bagian Rakhine. Mereka juga mengaku menahan sejumlah personel junta militer.
Peperangan kembali berkobar di Rakhine sejak akhir 2023. Kelompok pemberontak mulai membuat junta militer terpojok. Gerakan ini merupakan yang terbaru sejak kudeta melanda negara tersebut pada 2021.
Junta Myanmar memang masih menguasai ibu kota Sittwe, Rakhine, tetapi Tentara Arakan ini dilaporkan telah berhasil menduduki beberapa distrik di dalamnya, termasuk komando di perbatasan dekat India-Bangladesh.
3. Junta Myanmar larang warga laki-laki kerja ke luar negeri
Junta militer Myanmar menerbitkan aturan yang melarang warga laki-laki untuk bekerja di luar negeri. Langkah ini menyusul Undang-Undang (UU) Wajib Militer Myanmar yang baru saja dirilis.
Akibat UU Wajib Militer ini, ribuan warga laki-laki Myanmar berusaha untuk meninggalkan negaranya karena tak mau ikut wajib militer.
“Kementerian Tenaga Kerja Myanmar telah menangguhkan sementara penerimaan lamaran laki-laki yang ingin bekerja di luar negeri,” sebut kementerian tersebut.
Menurut data dari Organisasi Buruh Internasional pada 2020, lebih dari 4 juta warga Myanmar bekerja di luar negeri.