[KALEIDOSKOP 2021] 7 Peristiwa Besar di Dunia, Ada Israel Serang Gaza!

Jakarta, IDN Times - Beragam konflik dan dinamika politik yang menyita perhatian dunia terjadi sepanjang 2021. Upaya menjaga perdamaian serta stabilitas global pun terdampak kebijakan pembatasan di tengah pandemik COVID-19.
Berikut IDN Times sajikan kaleidoskop 2021 yang menjelaskan 7 peristiwa besar sepanjang tahun ini!
1. Kerusuhan Gedung Capitol
Kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 menjadi aib bagi Amerika Serikat (AS), sebagai salah satu negara demokrasi tertua di dunia. Pasalnya, kerusuhan yang merenggut lima nyawa itu dipicu oleh hoaks dan narasi kebohongan yang dilontarkan oleh mantan Presiden Donald Trump.
Kala itu, Kongres hendak mengesahkan Joe Biden-Kamala Harris sebagai pemenang pemilu 2020. Pada saat yang sama, Trump memprovokasi massa untuk menolak hasil pemilu yang diklaim penuh kecurangan. Dia meminta massa untuk mencurahkan kemarahannya di Gedung Capitol.
“Bos negara berkata, ‘rakyat negeri ini, turunlah! Beri tahu orang-orang apa yang Anda pikirkan’. Logisnya adalah dia (Trump) mengundang kami (warga yang berkerumun) untuk turun (berbuat kerusuhan),” kata Michael Scibetta, kuasa hukum Dominic Pezzola yaitu demonstran yang ditangkap karena melakukan aksi vandalisme saat kerusuhan di Gedung Capitol.
Provokasi Trump mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk partnernya mantan Wakil Presiden Mike Pence dan mantan Presiden AS George W. Bush.
2. Tim peneliti WHO telusuri asal-usul corona

Tim peneliti independen World Health Organization (WHO) baru diizinkan untuk melakukan penelitian lapangan di China guna menelusuri asal-usul virus corona, pada tahun kedua pandemik COVID-19.
Drama antara WHO dengan China sempat terjadi. Dirjen WHO, Terdros Adhanom Ghebreyesus, mengeluhkan birokrasi Beijing yang mempersulit masuknya tim WHO yang terdiri dari 13 orang. Di sisi lain, China berdalih bahwa mereka sedang mempersiapkan segala hal untuk mempermudah kerja tim peneliti.
“Itu bukan cuma perkara visa. Masalahnya lebih kompleks untuk memastikan jadwal dan menjamin bahwa tim peneliti bisa berhasil di China” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Kendati pada akhirnya tim sempat blusukan di China pada akhir Januari, termasuk pasar ikan dan institutut virologi di Wuhan, mereka belum bisa mengungkap asal-usul virus. Beberapa hal yang bisa mereka pastikan adalah virus tidak berasal dari kebocoran laboratorium dan SARS-CoV-2 bersumber dari kelelawar yang ditransmisikan ke manusia melalui hewan yang belum diketahui.
3. Lonjakan kematian di India imbas varian Delta

Ironi pandemik sempat terjadi di India. Sebagai salah satu negara eksportir vaksin COVID-19, ledakan kasus yang dipicu oleh varian baru justru terjadi di India. Gelombang kedua pandemik disebabkan oleh varian Delta, mutasi virus corona yang memiliki daya penularan tinggi.
Pada 6 Mei 2021 infeksi corona bertamba 414.433 kasus, tercatat sebagai rekor infeksi harian tertinggi di dunia sepanjang 2021. Adapun rekor kematian terjadi pada 23 Mei 2021, ketika 5.041 orang dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19.
Lonjakan infeksi dan kematian menyebabkan kelumpuhan fasilitas kesehatan. Banyak pasien yang meninggal karena gagal memperoleh oksigen. Krematorium dipaksa beroperasi 24 jam. Jenazah yang tidak dikremasi sebagian dikubur dan dihanyutkan ke sungai.
Varian Delta kemudian menyebar ke seluruh negara dan memicu ledakan kasus.
4. Israel serang jalur Gaza

Pada pertengahan Mei, Israel menyerang Jalur Gaza selama 11 hari, insiden yang menewaskan lebih dari 248 orang termasuk 66 anak-anak. Israel berdalih tujuan serangan adalah melumpuhkan Hamas, fraksi politik Palestina yang menguasai Gaza sekaligus organisasi yang dicap oleh Israel serta negara-negara Barat sebagai teroris.
Cikal-bakal penyerangan adalah bentrokan di Yerussalem Timur antara umat Islam dengan Yahudi. Kala itu, umat Islam berkerumun di kompleks Al-Aqsa untuk merayakan malam lailatul qadar. Di tengah bentrokan itu, Israel mengabarkan bahwa Hamas menembakkan roket yang menewaskan beberapa warga Israel.
Serangan di Gaza menjadi mimpi buruk bagi umat muslim di seluruh dunia, karena momennya bertepatan dengan hari raya Idul Fitri 2021. Pada peristiwa ini pula Israel diketahui memiliki iron dome atau sistem pertahanan yang mampu menangkal roket.
Israel akhirnya menghentikan serangan setelah menjalin kesepakatan dengan Presiden AS, Joe Biden.
5. Penarikan pasukan Barat dari Afghanistan

Sejak April 2021, Presiden Biden telah mengumumkan bahwa AS dan koalisi NATO akan menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan, mengakhiri misi selama 20 tahun. Kala itu, Biden berkesimpulan sudah saatnya warga Afghanistan hidup mandiri dan dinilai ancaman dari teroris Al Qaida telah sirna.
Sayangnya, penarikan pasukan justru menjadi momen kebangkitan Taliban. Intelijen negara-negara Barat salah memperhitungan kekuatan Taliban. Satu per satu distrik di Afghanistan berhasil direbut Taliban, hingga akhirnya Kabul dikuasai oleh kelompok Islam ini pada pertengahan Agustus 2015.
Washington sebenarnya masih bisa membantu pemerintah Afghanistan, karena mereka menyisakan beberapa pasukan hingga 9 September 2021. Namun, Biden menegaskan bahwa apapun yang dilakukan koalisi Barat akan sia-sia jika pemerintah Afghanistan memang tidak memiliki niat untuk mempertahankan negaranya.
Komentar itu merupakan kritik terhadap Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, yang justru melarikan diri supaya tidak tertangkap Taliban. Di sisi lain, militer pemerintah tampak tidak memiliki keinginan untuk mempertahankan negaranya.
Kini, Taliban menjadi penguasa Afghanistan setelah 20 tahun memperjuangkan trah tersebut.
6. Provokasi China di Taiwan

Provokasi China di Taiwan sepanjang 2021 terus meningkat. Pada awal Oktober misalnya, Taiwan melaporkan 148 pesawat jet China yang memasuki zona pertahanan udara Taiwan.
Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, mengatakan bahwa agresivitas China pada 2021 merupakan yang terburuk dalam 40 tahun terakhir. Dia bahkan mengeluarkan prediksi bahwa Beijing akan menginvasi Taipei pada 2025.
Beijing juga semakin geram karena satu per satu pejabat dari negara-negara Barat mengunjungi Taiwan, termasuk pejabat setingkat menteri dari AS, anggota parlemen Uni Eropa, parlemen dari negara-negara Balkan. Delegasi resmi Taiwan juga diundang untuk menghadiri pelantikan Joe Biden-Kamala Harris.
Di bawah naungan Biden, AS berjanji tidak akan tinggal diam jika China menyerang Taiwan. Ungkapan yang sama juga dilontarkan oleh Australia dan Jepang, mitra AS.
“Kita memiliki komitmen itu (untuk melindungi Taiwan) dan itu tidak akan berubah,” kata Biden.
7. Konferensi iklim PBB atau COP26

Konferensi Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UN Climate Change Conference of The Parties (COP26) digelar pada 31 Oktober hingga 12 November 2021.
Dalam berbagai kesempatan, Sekjen PBB Antonio Guterres telah menyoroti perubahan iklim sebagai permasalahan abad ini. Guterres bahkan mengatakan, dunia sudah terlambat untuk merespons perubahan iklim.
Dalam COP26, berbagai kesepakatan dihasilkan, termasuk peningkatan komitmen untuk mencegah kenaikan suhu planet lebih dari 1,5 derajat celcius, target pengurangan emisi karbon, target pengurangan deforestasi, serta pembiayaan dari negara maju untuk pengembangan energi terbarukan kepada negara berkembang.