Kolombia Bakal Gabung ke Belt and Road Initiative China

- Presiden Kolombia bergabung dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan teknologi negaranya.
- Kritikus mengkhawatirkan peningkatan utang ke China terkait BRI, namun Petro menegaskan keputusan tersebut demi kedaulatan dan hubungan diplomatik yang seimbang.
- Kolombia berupaya memperkuat hubungan dagang dengan Beijing sebagai langkah pertama, meskipun AS adalah mitra dagang terbesarnya secara historis.
Jakarta, IDN Times - Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan bahwa negaranya akan bergabung dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China. Pernyataan tersebut disampaikan jelang pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping.
"Kami telah memutuskan untuk mengambil langkah maju yang mendalam antara China dan Amerika Latin," kata Petro pada Senin (12/5/2025), dikutip dari The Straits Times.
Petro menekankan potensi manfaat BRI bagi pertumbuhan dan kemajuan teknologi negaranya. Ia juga menyoroti rencana untuk memanfaatkan pendanaan BRI, guna mendukung proyek kecerdasan buatan (AI) dan menciptakan peluang kerja bagi pemuda Kolombia.
1. Risiko peningkatan utang Kolombia
Keputusan Petro tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di antara sejumlah ekonom dan analis politik. Para kritikus memperingatkan tentang potensi risiko yang terkait dengan meningkatnya utang ke China. Mereka mengutip contoh dari negara-negara Amerika Latin lainnya yang telah menghadapi tantangan dalam mengelola utang terkait BRI.
Meskipun ada kekhawatiran tersebut, Petro menegaskan bahwa partisipasi Bogota dalam BRI merupakan keputusan kedaulatan yang bertujuan untuk mendorong ekonomi dan inovasi teknologi. Ia juga menyatakan komitmen untuk menjaga hubungan diplomatik yang seimbang dengan China dan Amerika Serikat (AS).
Menteri Luar Negeri Laura Sarabia mengatakan Bogota sedang berupaya memperluas hubungannya ke wilayah lain di dunia di luar AS.
2. Hubungan Kolombia dengan AS-China

Meski langkah Petro tersebut untuk memperkuat hubungan dengan Beijing, namun hal ini dikhawatirkan akan memperburuk hubungannya dengan Washington. Pada Januari 2025, Petro berselisih dengan Presiden Donald Trump. Saat itu, Petro menolak masuknya dua pesawat militer AS yang membawa ratusan warga Kolombia yang dideportasi.
Hal tersebut direspons Trump dengan mengancam akan mengenakan tarif sebesar 25 persen pada produk-produk Kolombia. Lalu, ditanggapi serupa oleh Bogota sebelum mundur dan mengirimkan pesawatnya sendiri untuk membawa pulang para migran.
Sejak itu, Petro berbicara tentang perlunya mengarahkan perdagangan Bogota ke Beijing. Pengumuman bergabungnya Kolombia ke BRI adalah langkah besar pertama ke arah itu, dilansir Japan Times.
Bagi Kolombia, AS adalah mitra dagang terbesarnya, yang mengekspor minyak, bunga potong, dan kopi. Kolombia secara historis telah menjadi sekutu terkuat Washington di kawasan tersebut.
Sementara, Beijing adalah mitra dagang terbesar kedua Bogota, dan Kolombia adalah mitra dagang terbesar kelima China di Amerika Latin. Menurut statistik bea cukai China, perdagangan barang bilateral mencapai 18,79 miliar dolar AS (Rp312 triliun) pada 2023.
3. BRI China menyediakan investasi untuk infrastruktur di seluruh dunia

Pengumuman terbaru Petro ini menyusul diskusi selama berbulan-bulan antara pejabat Kolombia dan China. Pada Oktober 2024, sebuah kelompok kerja gabungan dibentuk untuk menjajaki partisipasi Bogota dalam BRI.
Adapun fokus kedua negara, seperti infrastruktur, energi bersih, pengembangan digital, dan respons iklim. Menteri Luar Negeri Kolombia saat itu, Luis Gilberto Murillo menekankan bahwa kolaborasi tersebut akan mendukung rencana negaranya senilai 40 miliar dolar AS (sekitar Rp664,4 triliun) untuk beralih dari bahan bakar fosil dan melindungi lingkungan, dilansir China Daily.
Prakarsa BRI diluncurkan pada 2013, dan merupakan pilar utama upaya Xi Jinping untuk memperluas pengaruh ekonomi dan politik China di luar negeri. BRI merupakan strategi pembangunan infrastruktur global yang melibatkan investasi di lebih dari 150 negara dan organisasi internasional. Skema ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama di seluruh Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin melalui jalur darat dan laut.