Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korut Pidato di SMU PBB: Tak Akan Pernah Setop Program Nuklir!

ilustrasi bendera Korea Utara (unsplash.com/Micha Brandli)
ilustrasi bendera Korea Utara (unsplash.com/Micha Brandli)
Intinya sih...
  • Korut terbuka untuk berunding dengan AS
  • Korut disanksi Dewan Keamanan PBB sejak 2006
  • Korsel ingin mengakhiri ketegangan dengan Korut
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut), Kim Son Gyong, bersumpah tidak akan pernah menghentikan program nuklir Pyongyang. Kim menggambarkan hal tersebut sama saja dengan menuntut Korut untuk menyerahkan kedaulatan dan hak untuk hidupnya, serta melanggar konstitusi.

Kim menegaskan posisi negaranya dalam pidato di Majelis Umum PBB pada Senin (29/9/2025). Pidatonya merupakan pertama kalinya Pyongyang mengirimkan seorang pejabat untuk berpidato di pertemuan tahunan para pemimpin dunia itu, sejak menteri luar negeri terakhir berkunjung pada 2018.

"Kami tidak akan pernah menghentikan nuklir yang merupakan hukum negara, kebijakan nasional, dan kedaulatan kami, serta hak untuk hidup. Dalam keadaan apa pun, kami tidak akan pernah meninggalkan posisi ini," kata Kim kepada Majelis Umum PBB, dikutip dari The Straits Times.

1. Korut terbuka untuk berunding dengan AS

Pemimpin Korut, Kim Jong Un, mengatakan dirinya terbuka untuk berunding dengan AS terkait perjanjian nuklir. Menlu Kim mengatakan tidak ada alasan untuk menghindari perundingan tersebut selama Washington berhenti mendesak negaranya untuk menyerahkan senjata nuklir.

"Berkat peningkatan pencegahan perang fisik negara kita yang berbanding lurus dengan meningkatnya ancaman agresi AS dan sekutunya, keinginan negara-negara musuh untuk memprovokasi perang dapat sepenuhnya terkendali dan keseimbangan kekuatan di Semenanjung Korea terjamin," ujar Kim.

Menlu Kim menegaskan komplain yang telah lama diajukan negaranya terkait latihan militer yang dipimpin AS dengan Korsel dan Jepang. Kim mengatakan Washington dan sekutunya tengah meningkatkan ancaman agresi, dan berdalih bahwa persenjataan negaranya sebagai keseimbangan kekuatan di Semenanjung Korea.

2. Korut disanksi Dewan Keamanan PBB sejak 2006

Pemimpin Korut, Kim Jong Un (kiri), dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Pemimpin Korut, Kim Jong Un (kiri), dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Mengutip CNA, Korut telah berada di bawah sanksi Dewan Keamanan PBB sejak 2006. Langkah-langkah tersebut terus diperkuat selama bertahun-tahun dengan tujuan menghentikan pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik Pyongyang.

Menurut badan intelijen Korsel, negara rival Barat itu diyakini mengoperasikan beberapa fasilitas pengayaan uranium, termasuk satu di situs nuklir Yongbyon, yang sempat dinonaktifkan oleh Pyongyang.

Rusia dan China kini bersikeras bahwa sanksi PBB terhadap Korut harus dilonggarkan atas dasar kemanusiaan dan sebagai upaya untuk meyakinkan Pyongyang agar memulai kembali perundingan.

Moskow telah menjalin hubungan diplomatik dan militer yang lebih erat dengan negara pembuat senjata itu sejak menginvasi Ukraina. Rusia juga menggunakan pasukan Korut untuk ikut perang melawan pasukan Kiev.

3. Korsel ingin mengakhiri ketegangan dengan Korut

ilustrasi bendera Korsel (pexels.com/준섭 윤)
ilustrasi bendera Korsel (pexels.com/준섭 윤)

Presiden Korsel, Lee Jae Myung, di PBB berjanji untuk berupaya mengakhiri lingkaran setan ketegangan dengan Korut, seraya berjanji tidak akan mengupayakan pergantian rezim.

Dilansir NBC News, Seoul menyatakan bahwa latihan militer trilateral baru-baru ini diperlukan untuk melawan ancaman nuklir dan rudal Pyongyang yang semakin meningkat.

"DPRK (Korut) akan, seperti di masa lalu, dan di masa depan, berkolaborasi dengan semua negara dan bangsa yang menentang dan menolak agresi, intervensi, dominasi, dan penaklukan, serta mendambakan kemerdekaan dan keadilan, terlepas dari perbedaan gagasan dan sistem," ujar Kim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

CEK FAKTA: Isu Tanah Tak Bersertifikat Diambil Negara Tahun 2026

30 Sep 2025, 19:25 WIBNews