Korut Tangguhkan Perjanjian Militer dengan Korsel

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) menyatakan pihaknya akan menangguhkan perjanjian lima tahun dengan Korea Selatan (Korsel) perihal mengurangi ketegangan militer.
“Kami akan menarik diri dari perjanjian tersebut, termasuk mencegah ketegangan dan konflik militer di semua bidang, darat, laut dan udara serta segera mengerahkan angkatan bersenjata yang lebih kuat dan perangkat keras militer jenis baru di sepanjang Zona Demiliterisasi,” sebut pernyataan dari Kementerian Pertahanan Korut, dikutip Channel News Asia, Kamis (23/11/2023).
“Kami tidak akan pernah lagi terikat dengan kesepakatan itu,” lanjut pernyataan tersebut.
1. Korut luncurkan satelit mata-mata pertama
Korut menyatakan bahwa mereka telah berhasil menempatkan satelit mata-mata ke orbit, setelah dua upaya peluncuran yang gagal sebelumnya.
Pyongyang juga mengatakan akan meluncurkan beberapa satelit lagi dalam waktu singkat untuk mengamankan kemampuan pengintaiannya terhadap Korsel.
Menurut laporan KCNA, Korut meluncurkan Malligyong-1 dengan roket jenis baru Chollima-1 dari lokasi peluncuran di Tongchang-ri di pantai barat pada Selasa pukul 22:42 waktu setempat.
Roket pembawa 'Chollima-1' terbang normal di sepanjang jalur penerbangan yang telah ditentukan dan secara akurat menempatkan satelit pengintai 'Malligyong-1' di orbitnya pada 22:54:13, 705 detik setelah peluncuran," kata KCNA, media pemerintah Korut.
2. Hak membela diri dari Korut
Kemenhan Korut mengatakan bahwa peluncuran satelit tersebut adalah bagian dari hak membela diri dari Korsel serta para sekutunya yaitu Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
Korut menuding Korsel memberikan ‘tekanan’ ke perjanjian tersebut dengan meningkatkan provokasi militer dan mengatakan bahwa perjanjian tersebut hanya di atas kertas dan Seoul juga sengaja menunda beberapa poin dari perjanjian tersebut.
“Korsel harus membayar mahal atas provokasi politik dan militer mereka yang tidak bertanggung jawab dan mendorong situasi saat ini menjadi tidak terkendali,” tulis KCNA lagi.
3. Rusia diduga membantu Korut dalam membangun satelit
Korut sebelumnya telah memberi tahu Jepang bahwa mereka berencana meluncurkan satelit antara Rabu hingga 1 Desember.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson, menyebut peluncuran itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB. Ia mengatakan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan ketegangan, dan berisiko mengganggu stabilitas situasi keamanan di wilayah tersebut dan sekitarnya.
Peluncuran satelit pada Selasa ini akan menjadi yang pertama sejak pemimpin Korea Utara bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di fasilitas luar angkasa modern Rusia pada September. Dalam pertemuan tersebut, Putin sendiri berjanji untuk membantu Pyongyang membangun satelit.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan upaya peluncuran terbaru ini kemungkinan besar menggunakan bantuan teknis dari Moskow, sebagai imbalan atas pasokan jutaan peluru artileri ke Rusia. Rusia dan Korea Utara sendiri membantah adanya kesepakatan senjata tersebut, namun secara terbuka menjanjikan kerja sama yang lebih dalam.