Krisis Pangan Memburuk, Hamas Eksekusi Para Penjarah di Gaza

Jakarta, IDN Times - Kelompok Palestina Hamas telah mengeksekusi sejumlah orang yang diduga melakukan penjarahan di Jalur Gaza. Situasi ini terjadi di tengah memburuknya krisis pangan di wilayah tersebut sejak Israel menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan pada Maret 2025.
Sejak pekan lalu, geng-geng bersenjata kerap muncul di jalanan Kota Gaza untuk memburu sisa-sisa pasokan makanan. Hamas mengklaim bahwa beberapa dari geng tersebut bekerja sama dengan Israel. Dalam satu insiden, drone Israel menyerang pasukan polisi yang mengejar para penjahat di Kota Gaza, mengakibatkan seorang polisi tewas dan beberapa lainnya terluka.
“Kami akan menindak dengan tangan besi semua pemberontak ini, dan kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghalangi mereka, tidak peduli resikonya, dan kami tidak akan membiarkan mereka terus meneror warga, mengancam nyawa mereka, dan mencuri harta benda mereka,” kata Kementerian Dalam Negeri Gaza dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (3/5/2025).
1. Para penjarah juga curi uang dan ponsel warga
Ahmed, warga Kota Gaza, mengungkapkan bahwa geng-geng kriminal tidak hanya mencuri makanan, melainkan juga mengambil uang dan ponsel milik warga.
“Mereka membantu pendudukan dalam membuat kami kelaparan; mereka harus diperlakukan sebagai kolaborator,” ujar Ahmed, yang menolak disebutkan nama lengkapnya.
Ismail Al-Thawabta, Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan bahwa sebagian penjarah bertindak di bawah perlindungan kelompok klan, sementara lainnya tergabung dalam kelompok yang terorganisir. Beberapa di antaranya diduga mendapat dukungan langsung dari Israel.
Al-Thawabta menambahkan bahwa sejumlah eksekusi telah dilakukan terhadap beberapa penjahat kelas atas yang terbukti terlibat dalam penjarahan, dilansir dari The New Arab.
2. Hamas berlakukan jam malam
Menurut beberapa warga Gaza dan media Palestina, sayap bersenjata Hamas telah memberlakukan jam malam mulai pukul 21.00 untuk membatasi pergerakan warga sipil dan memburu para pelaku kejahatan.
Kantor berita SAFA melaporkan bahwa Kementerian Dalam Negeri telah membentuk pasukan baru beranggotakan 5 ribu personel untuk menghadapi penjarah dan geng bersenjata. Namun, upaya pasukan keamanan ini terhambat oleh serangan drone Israel yang menargetkan setiap warga Palestina yang terdeteksi membawa senjata.
Hamas telah mengerahkan ribuan polisi dan pasukan keamanan di Gaza setelah gencatan senjata berlaku pada Januari 2025. Namun, kehadiran mereka menyusut tajam sejak Israel melanjutkan serangan besar-besaran pada Maret.
3. Ratusan ribu nyawa terancam akibat kekurangan gizi
Serangan Israel dan blokade total di Jalur Gaza telah membuat warga Palestina berada di ambang bencana kelaparan. Israel menyatakan bahwa mereka menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan untuk menekan Hamas agar membebaskan seluruh sandera. Namun organisasi internasional menyebut tindakan itu melanggar hukum internasional, sementara pihak lainnya menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang
Ahmad Al-Farra, kepala departemen pediatrik di Kompleks Medis Nasser di Gaza, memperingatkan bahwa nyawa ratusan ribu orang kini terancam akibat krisis kemanusiaan.
“Kami menghadapi bahaya gelombang kematian besar-besaran akibat kekurangan gizi jika krisis kemanusiaan saat ini terus tidak diatasi,” katanya kepada CNN.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa pengumuman mengenai bantuan kemanusiaan kemungkinan akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang, yang akan memungkinkan makanan dan obat-obatan menjangkau penduduk Palestina tanpa dialihkan oleh Hamas atau Jihad Islam.
"Perlindungan akhirnya diterapkan. Israel tetap aman, Hamas dengan tangan kosong, dan warga Gaza memiliki akses terhadap bantuan penting," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Departemen juga menambahkan bahwa mekanisme bantuan dan penyaluran pasokan kemanusiaan ke Gaza akan dikelola oleh sebuah lembaga swasta.