Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Makanan Mahal, Warga Gaza Utara Bertahan Hidup dengan Roti

ilustrasi anak-anak di Gaza, Palestina (pixabay.com/badwanart0)
Intinya sih...
  • Penduduk Gaza mengalami kelaparan karena harga makanan melambung tinggi, seperti paprika hijau mencapai 1,4 juta rupiah per kilogram dan bawang seharga 1,1 juta rupiah.
  • Militer Israel mencabut larangan penjualan makanan segar ke Gaza, namun warga menuduh pedagang membeli barang dengan harga normal lalu menjual dengan harga tinggi.
  • Aliran bantuan PBB terhambat dan krisis kemanusiaan semakin meningkat di Gaza utara, dengan 27 anak meninggal akibat kekurangan gizi dan lebih dari delapan ribu balita mengalami malnutrisi akut.

Jakarta, IDN Times - Di bagian utara Jalur Gaza, yang paling terdampak parah oleh kelaparan, penduduknya bertahan hidup hanya dengan roti. Sayur-sayuran, buah-buahan dan daging kini telah menjadi barang langka.

Mereka mengatakan bahwa makanan yang tersedia di pasar dijual dengan harga selangit.  Misalnya, sekilo paprika hijau, yang harganya sekitar satu dolar AS (sekitar Rp16ribu) sebelum perang, kini dihargai 90 dolar AS (sekitar Rp1,4 juta). Untuk sekilo bawang, pedagang mematok harga sebesar 70 dolar AS (sekitar Rp1,1, juta).

“Kami kelaparan, dunia telah melupakan kami. Kecuali tepung, roti, kami tidak punya apa-apa lagi, tidak punya apa-apa untuk dimakan, jadi kami makan roti saja,” kata Um Mohammed, ibu enam anak di Kota Gaza, kepada Reuters.

1. Sejumlah pedagang dituding manfaatkan keadaan untuk meraup banyak keuntungan

Pejabat Palestina dan pekerja bantuan internasional mengatakan bahwa militer Israel telah mencabut larangan penjualan makanan segar ke Gaza dari Israel dan Tepi Barat yang diduduki pada akhir Mei.

Warga Gaza menuduh beberapa pedagang membeli barang dengan harga normal di Israel dan Tepi Barat, lalu menjualnya kembali dengan harga yang sangat tinggi. Mereka mengatakan, para pedagang tersebut mengambil keuntungan dari runtuhnya sistem keamanan di Jalur Gaza yang dikelola oleh Hamas.

“Tidak ada daging atau sayur-sayuran dan jika ada, maka akan dijual dengan harga yang tidak masuk akal,” kata Um Mohammed.

2. Komunitas internasional diminta tekan Israel untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza

Aliran bantuan PBB di Gaza telah terhambat sejak dimulainya operasi militer Israel di Rafah di Gaza selatan pada awal Mei. Tekanan global terhadap Israel untuk mengatasi krisis ini pun semakin meningkat setelah lembaga-lembaga kemanusiaan memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah tersebut.

Israel membantah pihaknya membatasi pasokan kemanusiaan untuk warga sipil di Gaza. Sebaliknya, mereka menyalahkan PBB atas lambatnya pengiriman bantuan, dengan mengatakan bahwa operasinya tidak efisien.

Pada Jumat (14/6/2024), Kamar Dagang Gaza mendesak komunitas internasional untuk memberikan tekanan pada Israel agar mengizinkan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan.

“Selain kekurangan makanan, air dan obat-obatan, Jalur Gaza bagian utara juga menderita kekurangan banyak kebutuhan dasar hidup, termasuk bahan-bahan kebersihan umum dan pribadi,” katanya dalam sebuah pernyataan.

“Dengan kurangnya bahan bakar dan listrik, dan kurangnya layanan kesehatan, rumah sakit tidak dapat berfungsi lagi, dan seluruh fasilitas publik dan swasta telah hancur," tambahnya.

3. Sebanyak 27 anak meninggal akibat kekurangan gizi

Kementerian Kesehatan di Gaza pada Jumat melaporkan bahwa 27 anak telah meninggal akibat kekurangan gizi di wilayah tersebut sejak dimulainya perang pada Oktober lalu.

“Tragedi kemanusiaan melanda Gaza utara dan ancaman kelaparan menggelayut di udara,” kata kementerian tersebut.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (12/8/2024) mengatakan bahwa sebagian besar penduduk Gaza kini menghadapi kekurangan makanan yang parah dan kondisi yang mirip dengan bencana kelaparan. Ia mengungkapkan, ada lebih dari delapan ribu balita yang didiagnosis dan dirawat karena malnutrisi akut, dengan 1.600 di antaranya mengalami kasus yang lebih parah.

Sedikitnya 37.266 warga Palestina telah tewas dan 85.102 lainnya terluka akibat serangan darat dan udara Israel di Jalur Gaza. Konflik ini dimulai ketika pejuang Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, yang dilaporkan menewaskan 1.139 orang dan mengakibatkan lebih dari 250 orang disandera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us