UNICEF Sebut Konvoi Bantuan Tidak Diizinkan Masuk ke Gaza Utara

- UNICEF gagal masuk Gaza utara, 10 ribu anak terancam kekurangan nutrisi dan medis.
- IDF menolak konvoi UNICEF, menyebut dokumentasi tidak benar dan mengandung kecurangan.
- Penduduk Gaza berharap serangan udara dapat menghentikan penderitaan mereka, lebih dari 8000 anak di bawah lima tahun menderita malnutrisi akut.
Jakarta, IDN Times - Badan anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan bahwa konvoi truk yang membawa bantuan tidak diizinkan masuk ke Gaza utara, meskipun mereka memiliki semua dokumen yang diperlukan.
Dalam wawancaranya dengan BBC, juru bicara UNICEF James Elder mengatakan mereka menghabiskan delapan jam di pos pemeriksaan sebelum akhirnya ditolak masuk. Akibatnya, 10 ribu anak-anak di Gaza utara tidak mendapatkan pasokan nutrisi dan medis yang dibutuhkan.
Elder yang ikut bepergian dalam konvoi Rabu (12/6/2024), mengaku tidak tahu mengapa konvoi bantuan dilarang masuk. Dia pun mengatakan bahwa hal seperti ini sudah biasa terjadi.
1. Militer Israel klaim dokumentasi truk bantuan tidak diisi dengan benar
Dalam tanggapannya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa dokumentasi kendaraan UNICEF dalam konvoi tersebut tidak diisi dengan benar, dan menuduh Elder memberikan gambaran yang tidak lengkap.
Dalam sebuah pernyataan, IDF menjelaskan bahwa UNICEF menggunakan truk dengan kabin tertutup di bagian belakang, yang memerlukan koordinasi sebelumnya dengan pihak berwenang. Pihaknya menambahkan bahwa pejuang Hamas sering memanfaatkan kendaraan dengan kabin tertutup untuk menyelundupkan senjata dan teroris ke Gaza utara.
IDF menegaskan bahwa UNICEF awalnya mengklaim truk tersebut tidak memiliki kabin tertutup, namun hal itu ternyata tidak benar.
“Setelah situasinya diklarifikasi, (UNICEF) ditawarkan untuk melanjutkan perjalanannya ke utara tanpa truk yang disebutkan atau mengajukan koordinasi yang tepat untuk keesokan harinya. Selama proses koordinasi dilakukan dengan benar, izin untuk melintas akan diberikan,” tambah IDF.
2. Banyak penduduk Gaza sangat putus asa
Elder mengungkapkan bahwa daerah-daerah di Gaza yang tidak menerima bantuan mengalami tingkat malnutrisi parah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, para dokter di Gaza perlu dilatih untuk menangani kasus-kasus paling serius karena mereka belum pernah menyaksikannya di masa lalu.
Ia menambahkan bahwa penduduk di sana berharap serangan udara dapat menghantam rumah mereka supaya penderitaan mereka segera berakhir.
“Mereka sangat putus asa, sangat hancur, mereka kehilangan begitu banyak anggota keluarga, mereka tidak punya apa-apa lagi,” kata Elder.
Pada Rabu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa sebagian besar penduduk Gaza menghadapi bencana kelaparan. Lebih dari delapan ribu anak di bawah lima tahun telah didiagnosis dan dirawat karena malnutri akut, dengan lebih dari 1.500 di antaranya mengalami kasus yang lebih parah.
3. Sebanyak 37.266 warga Palestina tewas di Gaza
Saat menunggu di pos pemeriksaan, Elder sempat menyaksikan penembakan fatal terhadap dua nelayan Gaza.
“Tiba-tiba kami mendengar tank datang, kami mendengar… tembakan otomatis. Kami melihat dua pria di pantai, dua nelayan melarikan diri, satu ditembak di punggung, satu di leher," katanya.
Juru bicara UNICEF itu mengatakan bahwa WHO, yang memiliki paramedis dalam konvoi tersebut, meminta IDF untuk diizinkan memberi bantuan medis kepada kedua pria tersebut, namun permintaan itu ditolak.
IDF mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut. Dikutip Al Jazeera, sedikitnya 37.266 warga Palestina telah tewas dan 85.102 lainnya terluka akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza. Konflik ini dimulai pada 7 Oktober, ketika pejuang Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan, yang dilaporkan menewaskan 1.139 orang.