Menlu Australia Minta Taliban Tepat Janji soal Afghanistan
Jakarta, IDN Times – Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan dunia terus memantau Taliban di Afghanistan. Dalam forum diskusi online yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Kamis (9/9/2021), Payne juga menyebut Taliban harus menepati janji-janjinya untuk Afghanistan jika ingin mendapat rasa hormat dari negara-negara lain di dunia.
“Jadi itu semua isu yang kami lihat secara serius. Kami akan terus bekerja dengan Indonesia dan rekan internasional lainnya untuk meminta pertanggung jawabkan Taliban untuk komitmen mereka, untuk janji mereka yang harus dibuktikan menjadi tindakan,” kata Payne kepada Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal, yang memandu acara tersebut.
Payne juga mengkritisi kepemimpinan di Afghanistan oleh Taliban. Ia menyebut mereka bukanlah perwakilan rakyat.
“Terkait para pejabat yang telah mengambil posisi di rezim di Afghanistan, saya tekankan bahwa ini bukan perwakilan dari rakyat, bukan perwakilan dari minoritas, termasuk Hazara dan minoritas suku lainnya. Itu tidak memiliki perempuan, itu diisi anggota jaringan Haqqani,” ujar Payne.
Perlu diketahui, ada sejumlah janji yang telah disampaikan Taliban untuk Afghanistan sejak menguasai negara itu. Janji itu termasuk menjaga dan menghormati hak perempuan, dan tidak menjadikan Afghanistan negara yang bergantung pada narkoba maupun menjadikannya sarang kejahatan.
1. Kondisi Afghanistan menyedihkan

Dalam kesempatan tersebut, Payne secara gamblang menyebut bahwa kondisi di Afghanistan saat ini merupakan hal yang menyedihkan. Apalagi selama 20 tahun terakhir negara yang banyak menghadapi tantangan ini masih mencoba pulih dari keterpurukan.
Untuk itu, katanya, Australia akan terus bekerja sama dengan Indonesia dan negara mitra lainnya untuk memastikan kondisi Afghanistan. Hal ini termasuk membantu warga negara tersebut agar mendapatkan hak-hak mereka.
“Jadi kekhawatiran kami sangat besar tentang situasi di Afghanistan. Kami sangat sadar tentang apa yang terjadi terakhir kali ketika Afghanistan di bawah Taliban dan bagaimana mereka menguasai wilayah yang mereka kontrol,” ujarnya.
2. Krisis kemanusiaan mengintai Afghanistan

Payne juga menyatakan bahwa Australia sadar kondisi saat ini membuat Afghanistan dihantui ancaman krisis kemanusiaan yang parah di depan, yang bahkan sudah mulai terlihat terjadi saat ini.
“Faktanya sudah terjadi baik dari kekeringan yang berlangsung dan juga situasi keamanan. Ini jelas berdampak langsung pada jutaan orang di Afghanistan dan negara-negara wilayah tersebut,” katanya. “Dan ada potensi besar untuk situasi kemanusiaan dan keamanan memburuk lebih jauh sejauh yang kita lihat.”
Ia menyebut semua itu akan memiliki implikasi besar untuk keamanan internasional dan regional termasuk dalam hal terorisme, penyelundupan orang, masalah narkoba dan isu hak asasi manusia (HAM), khususnya untuk perempuan.
3. Australia akan bekerja sama dengan Indonesia untuk Afghanistan
Dalam kesempatan tersebut, Payne mengatakan bahwa ke depannya Australia akan mempererat kerjasama kontra terorisme yang telah dibangun dengan Indonesia.
“Kita harus melanjutkan memperdalam kerjasama itu. Kita tidak boleh membiarkan Afghanistan menjadi tempat lahirnya maupun tempat berlatihnya terorisme lagi. Tidak sebagai komunitas internasional, tidak sebagai negara individu, dan tidak sebagai suatu wilayah yang telah melihat lebih dari bagian yang adil dari hasil aktivitas terorisme tersebut di masa lalu,” tegasnya.
Ia juga menggunakan kesempatan itu untuk mengapresiasi Indonesia dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang telah berada di barisan terdepan dalam hal membela Afghanistan.
“Saya ambil kesempatan ini untuk menekankan peran kepemimpinan yang telah diambil Indonesia dan utamanya Menlu Marsudi, kaitannya dengan perempuan Afghanistan khususnya,” katanya.