Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Meski Diperingatkan China, AS Ogah Tarik Rudalnya di Filipina

Ilustrasi rudal balistik (pixabay.com/StockSnap)
Intinya sih...
  • AS enggan menarik rudal jarak menengah Typhon di Filipina, mengindahkan seruan China.
  • China dan Rusia mengecam mobilisasi senjata ke wilayah Indo Pasifik, memicu ketegangan regional.
  • Ketegangan di Laut China Selatan dan isu Taiwan memicu konfrontasi antara China dan AS.

Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) tampaknya enggan menarik kembali rudal jarak menengah jenis Typhon yang ditempatkan di utara Filipina. Washington dalam hal ini mengindahkan seruan China.

“(Mereka) sedang menguji kelayakan penggunaannya dalam konflik regional,” kata seorang sumber anonim kepada Reuters, Kamis (19/09/2024).

Letak Filiphina yang berada tepat di selatan Taiwan membuat rudal ini menjadi ancaman serius bagi China. Dilaporkan bahwa sistem rudal Typhon ini dapat menjangkau negara tersebut jika suatu saat terjadi invasi ke Taiwan.

Pada Juli lalu, Kantor Berita Anadolu Agency mengabarkan bahwa penarikan rudal dijadwalkan pada September ini. Tapi, hal itu tampaknya tak dipenuhi.

1. China nyatakan prihatin atas keengganan itu

Bendera China (Unsplash.com/aboodi vesakaran)

Baik China maupun Rusia mengecam mobilisasi senjata tersebut ke wilayah Indo Pasifik. Mereka menganggap, hal itu memicu perlombaan senjata di kawasan.

Kementerian luar negeri China mengatakan pada Kamis mengaku prihatin dengan rencana untuk mempertahankan sistem tersebut.

"Hal ini secara serius mengancam keamanan negara-negara regional dan mengintensifkan konfrontasi geopolitik," kata juru bicara kementerian Lin Jian.

Pengerahan senjata tersebut dilakukan seiring dengan meningkatnya ketegangan di Laut China selatan beberapa bulan terakhir. Perselisihan itu melibatkan China dan Filiphina yang kemudian didukung oleh AS.

2. Penempatan rudal disebut memutar roda sejarah

Ilustrasi rudal balistik (pixabay.com/StockSnap)

Rudal tersebut telah ditempatkan sejak latihan gabungan Balikatan pada April 2024 lalu. Pada Juli, China telah menyerukan ancaman terkait penempatan rudal jarak menengah itu. Pemerintah China bilang, penempatan itu berisiko mengulang sejarah perang dingin.

”Penempatan pasukan ini merupakan langkah untuk memutar balik roda sejarah, dan secara serius mengancam keamanan negara-negara regional, merusak perdamaian dan stabilitas regional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning, dilansir Anadolu Agency.

Rencana penarikan sebelumnya juga telah direncanakan pada September ini, tapi tampaknya hal itu tidak dilakukan.

3. Ketegangan meningkat di Laut China Selatan

Ketegangan di Laut China Selatan dan isu Taiwan menjadi pemantik dari ketegangan antara China dan AS belakangan ini.

Dilansir VOA, para analis memprediksi akan ada konfrontasi di Laut China Selatan dalam waktu dekat. Pekan lalu, Surat kabar People's Daily milik Partai Komunis China mengatakan bahwa hubungan China dan Filiphina kini berada di persimpangan jalan.

Pada bulan ini, kedua negara berencana mengadakan pertemuan Mekanisme Konsultatif Bilateral yang dirancang untuk mengelola perbedaan pandangan kedua negara. Meski demikian, jadwalnya kini belum ditentukan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us