Nanti, Pasangan di Tiongkok Harus Jalani Tes Dulu Sebelum Bercerai

Lianyungang, IDN Times - Dikarenakan meningkatnya permintaan perceraian di Tiongkok, pemerintah setempat memutuskan untuk melakukan serangkaian tes kepada pasangan suami istri yang mengajukan gugatan cerai. Kedua belah pihak akan duduk dan mengerjakan serangkaian tes sebelum gugatan cerai mereka dikabulkan.
1. Pemerintah kota Lianyungang, telah membuat kuesioner untuk pasangan yang mengajukan gugatan cerai

Pasangan suami istri ini nantinya harus melengkapi tes ini sebelum pekerja sosial bisa memutuskan apakah pernikahan mereka masih bisa bertahan atau tidak. Tingkat perceraian di Tiongkok diketahui memang semakin meninggi, sementara banyak warga Tiongkok yang menolak untuk menikah karena alasan tertentu.
2. Sebanyak 4,2 juta pasangan bercerai pada 2016, naik sebanyak 8,3% dari tahun sebelumnya

Sedangkan pasangan yang menikah pada 2016 adalah sebanyak 11,4 juta. Menurun 6,7% dari tahun sebelumnya. Tes sebelum sidang perceraian dilakukan sebagai salah satu inovasi dalam menyelamatkan pernikahan. Karena melalui kuesioner para petugas bisa mengerti masalah dalam pernikahan dan memberi pengarahan yang sesuai.
3. Pasangan yang akan bercerai nanti akan diberi selembar kertas berisi beberapa pertanyaan

Di sesi pertama pasangan akan diberi 10 pertanyaan.
Pertanyaan tersebut meliputi kehidupan pribadi mereka seperti "Kapan tanggal pernikahan kalian?", "Kapan ulang tahun pasanganmu?", "Apa makanan yang tak disukai pasanganm?" dan sebagainya.
Di sesi kedua, pasangan akan diberi 4 pertanyaan yang lebih panjang, salah satunya "Apa konflik terbesar di dalam pernikahanmu?"
Di sesi ketiga, pasangan akan diberi pertanyaan soal pandangan mereka tentang rencana ketika setelah bercerai.
4. Pasangan yang mencetak skor lebih dari 60 akan dianggap mampu menyelamatkan pernikahan mereka

Sementara yang memiliki skor di bawah 60 akan diberi alternatif lain untuk memecahkan masalah, dengan perceraian sebagai jalan terakhir. Salah satu pasangan yang menjawab kuesioner mengungkap, bahwa sang istri memiliki skor 100 sedangkan sang suami memiliki skor 0. Ini artinya biasanya para istri masih cenderung memiliki perasaan mendalam dan tak ingin melakukan perceraian.
Meskipun pemerintah hanya mencoba sebaik mungkin untuk mempertahankan pernikahan, namun beberapa pihak merasa kebijakan ini menentang kebebasan seseorang untuk menentukan kehidupan mereka.
Karena jika memang berada di hubungan yang tak sehat, kenapa harus tetap dipertahankan?