Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nasib Program Bahasa Indonesia di Australia Kala Pandemik

Siswa Australia berkunjung ke Universitas Satya Wacana tahun 2017 untuk belajar bahasa, dan budaya Indonesia. (instagram/ACICIS_study_Indonesia)

Jakarta, IDN Times- Pada tahun 2006, Commonwealth Government  merekomendasikan kepada Pemerintah Australia untuk menaruh bahasa Indonesia sebagai strategi negara yang penting. Perguruan-perguruan tinggi di Australia mulai bergairah untuk mempromosikan program bahasa Indonesia kepada mahasiswa Australia karena mereka juga mendapat kucuran dana dari Commonwealth Government, mengutip Mellisa Crouch di The Conversation (9/2/2021).

Ketika tahun 2020, sebagian dari universitas di Australia menutup program bahasa Indonesia. Aksi penutupan ini mendapat kritikan dari akademisi the Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies (ACICIS), seperti Ross Tapsell. Ia menyayangkan bahwa generasi-generasi muda Australia tidak akan mendapatkan masa depan yang sama seperti Dubes Australia untuk Indonesia yang baru, Penny Williams.

Mengutip Mellisa Crouch dari The Coversation, Terdapat 5 universitas yang sudah mengajukan untuk menutup program bahasa asing, yaitu Universitas La Trobe, Universitas Western Sydney Australia, Universitas Swenbern, Universitas Murdoch dan Universitas Sunshine Coast. 

1. Universitas La Trobe resmi menutup program bahasa Indonesia

gedung perkuliahan Universitas La Trobe (twiitter.com/Latrobe)

Pada hari Kamis (12/11/2020), Universitas La Trobe memberikan peryataan di laman resminya. Ada tiga program bahasa  yang mengalami cessation (penutupan), yaitu bahasa Hindi, Indonesia, dan Yunani. Penutupan tiga program bahasa ini dikarenakan adanya penurunan jumlah peminat yang mendaftar dari tahun ke tahun.

Dilansir dari laman Asian Studies Association of Australia, program bahasa Indonesia di Universitas La Trobe sudah ada sejak tahun 1989. Sejak awal pendirian memang program bahasa Indonesia di La Trobe mengalami penurunan di akhir tahun 80-an. Walaupun jumlah minat menurun program bahasa Indonesia tetap dipertahankan sebagai usaha untuk mewujudkan generasi-generasi muda Australia yang memiliki wawasan keIndonesiaan sebagai wujud dari hubungan baik antara Indonesia dan Australia. Namun ketika tahun 2020, penyebaran virus COVID-19 mengubah kebijakan kampus dan program bahasa yang sepi peminat menjadi korban.

2. Universitas Western Sydney Australia menawarkan kursus singkat daring bahasa Indonesia tapi tidak untuk S1

Suasana mahasiswa sudah kembali ke kampus Western Sydney, Selasa (30/3/2021). (facebook.com/westernsydneyuniversity)

Mengutip Kate McGregor pada Asian Studies Association of Australia, Universitas Western Sydney Australia mulai menutup program bahasa Indonesia pada awal tahun 2021Inilah awal tahun yang buruk bagi nasib bahasa Indonesia di negeri Kanguru. Satu persatu perguruan tinggi Australia mulai melepaskan program bahasa Indonesia.

Jika ditelusuri pada laman web pendaftaran program kuliah, sarjana strata 1 bahasa Indonesia di Western Sydney Australia sudah tidak ada, dan yang ditemukan adalah program bahasa Indonesia bagi mahasiswa yang melanjutkan atau menyelesaikan program S1 bahasa Indonesia.

Walaupun program S1 bahasa Indonesia di Western Sydney Australia sudah tidak ada kampus ini tetap berupaya memberikan peluang bagi mahasiswa Australia dengan menggait kerjasama dengan the Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies (ACICIS).

Bagi mahasiswa Australia yang ingin belajar bahasa dan mengenal budaya Indonesia bisa mengunjungi laman goglobal.westernsydney.edu.au dan memilih kursus singkat bahasa Indonesia secara daring yang diselenggarakan oleh ACICIS, tapi dengan syarat harus menjadi mahasiswa Western Sydney terlebih dahulu.

3. Program bahasa Indonesia di Universitas Murdoch akhirnya dibuka setelah adanya berbagai desakan

Pada hari Selasa (3/12/2020), Liam Prince, Direktur ACICIS, menyesalkan rencana penutupan program bahasa Indonesia yang akan dilakukan oleh Universitas Murdoch untuk tahun 2021. Pengumuman ini muncul tepat setelah dua minggu Universitas La Trobe mengumumkan akan menutup program bahasa Indonesia pada tahun ini.

Juru bicara Universitas Murdoch mengatakan kepada ABC News  penutupan ini merupakan keputusan yang sulit karena tingkat minat yang rendah dan perubahan kebijakan keuangan.

"Dengan adanya jumlah minat yang mendaftar tidak mencapai 10 pendaftar selama tiga tahun terakhir, ini bukan tawaran yang menarik," papar juru bicara Universitas Murdoch kepada ABC News, Sabtu (5/12/2020).

Seminggu setelah pengumuman, rupanya Universitas Murdoch membatalkan rencananya. Mengutip ABC News, Kamis (17/12/2020), pembatalan rencana penutupan program bahasa Indonesia pada tahun 2021 dikarenakan bahasa Indonesia mempunyai manfaat yang sangat penting dan strategis secara nasional.

"Melihat bahwa Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran dengan manfaat yang penting dan strategis secara nasional, kami memutuskan untuk meneruskan pengajaranya di tahun 2021," bunyi peryataan juru bicara universitas kepada ABC Indonesia (17/12/2021).

Pembatalan ini merupakan hasil upaya dari berbagai pihak yang terus mendorong universitas agar mengubah rencana penutupan program bahasa Indonesia. Hasil ini disambut baik oleh pengajar Ian Wilson dalam cuitanya di Twitter hari Rabu (16/12/2020).

"Ada berita baik. Program bahasa Indonesia akan tetap berlanjut di Murdoch University. Menanggapi banjirnya masukan, surat dukungan dan advokasi, manajemen senior universitas membatalkan keputusan untuk menutup program. Terima kasih untuk semua yang sudah memberikan dukungan," cuit Ian Wilson.

4. Upaya sia-sia menyelamatkan program bahasa Indonesia di Universitas Sunshine Coast

Penampakan gedung perkuliahan Universitas Sunshine Coast dari atas. (twitter.com/usceduau)

Pada tahun 2018, program bahasa Indonesia di Sunshine Coast mengalami pemotangan dana oleh pemerintah Australia dan ini akan mengakibatkan penutupan program di universitas tersebut. Salah satu warga Sunshine Coast Australia, Bethany Kracke, membuat petisi di laman change.org dengan judul Save the Indonesian Courses at USC. Ia mengajak orang-orang untuk mengubah keputusan pemotongan dana oleh pemerintah terkait program bahasa Indonesia di Sunshine Coast. Sejak tahun 2018 petisi ini sudah mencapai 429 dari target 500. 

Merujuk pada laman pendaftaran Universitas Sunshine Coast pada hari Kamis (9/9/2021), materi bahasa Indonesia sudah tidak lagi ditawarkan. Mata pelajaran bahasa Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu bahasa Indonesia A dan B. Keduanya, pada keterangan laman pendaftaran, ditulis "No currently offered" (sedang tidak ditawarkan). Dengan demikian apa yang dilakukan oleh Kracke di tahun 2018 sia-sia.

5. Jumlah universitas yang mempertahankan program bahasa Indonesia terus menurun

Tabel tren penurunan jumlah peminat bahasa Indonesia dari tahun 2001-2014. (The state of Indonesian language in Australian universities: the past 20 years oleh David Hills)

Mengutip data dari laporan yang disusun oleh David T. Hill pada tahun 2012, dari tahun 1997 sampai tahun 2009 sudah ada 7 universitas yang melepaskan program bahasa Indonesia. Sedangkan universitas yang masih mempertahankan program bahasa Indonesia berjumlah 15 perguruan tinggi di tahun 2012. Dengan adanya 3 universitas yang menutup program bahasa Indonesia di tahun 2021 menurunkan jumlah perguruan tinggi Australia yang mempertahankan program bahasa Indonesia menjadi 12 perguruan tinggi.

Di saat pandemik COVID-19 melanda, nasib buruk tidak hanya menimpa manusia tapi juga kepada bahasa Indonesia. Dari waktu ke waktu jumlah minat mahasiswa terhadap bahasa Indonesia menurun di Australia sehingga berdampak kepada penutupan program bahasa Indonesia dari sejumlah universitas di Australia. Semoga dengan berakhirnya pandemik COVID-19 nanti dan kuatnya hubungan Indonesia-Australia dapat mengatasi masalah ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fakron Jamalin
EditorFakron Jamalin
Follow Us