Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Negara Eropa Mulai Akui Palestina, Israel Ketar-ketir

Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar (יעקב, CC BY-SA 3.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0>, via Wikimedia Commons)
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar (יעקב, CC BY-SA 3.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Denmark menolak akui Palestina yang dikuasai Hamas
  • Israel terus perluas proyek permukiman di Tepi Barat, memicu ketegangan
  • Hampir 1.000 warga Palestina dibunuh di Tepi Barat sejak Oktober 2023
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengecam negara-negara Barat yang berencana mengakui negara Palestina. Ia menilai keputusan itu sebagai sebuah kesalahan besar.

Dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Lokke Rasmussen, pada Minggu (7/9/2025), Saar menjelaskan bahwa langkah tersebut dapat mengganggu stabilitas kawasan dan membuat perdamaian menjadi makin sulit dicapai.

“Hal ini juga akan mendorong Israel untuk mengambil keputusan sepihak,” ujarnya, tanpa menguraikan respons Israel nantinya.

Saar pun mendesak negara-negara di Eropa, termasuk Denmark, untuk menentang langkah tersebut.

1. Denmark tidak ikuti langkah negara Barat lainnya untuk akui Palestina

Sejumlah negara, termasuk Prancis dan Inggris, telah berjanji untuk mengakui negara Palestina di sela-sela Sidang Umum PBB ke-80 bulan ini. Hubungan Prancis–Israel pun tegang sejak Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengumumkan rencana tersebut dan menjadi tuan rumah bersama Arab Saudi dalam konferensi mengenai solusi dua negara di PBB pada Juli lalu.

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, bulan lalu juga mengumumkan akan mengakui negara Palestina jika Israel gagal menyetujui gencatan senjata dalam perang di Gaza. Namun, Rasmussen mengatakan bahwa Denmark tidak berencana mengambil langkah serupa.

“Kami tidak akan pernah mengakui negara Palestina yang dikuasai Hamas atau organisasi teroris lainnya. Karena itu, ada banyak prasyarat — negara Palestina tanpa senjata yang mengakui Israel, transparansi, demokrasi. Itulah posisi kami," terangnya.

2. Israel terus perluas proyek permukiman di Tepi Barat

Dilansir dari CNA, pernyataan Saar ini disampaikan saat pemerintah menyetujui proyek pemukiman baru di Tepi Barat. Sebuah proyek besar yang berlokasi di sebelah timur Yerusalem, atau dikenal sebagai E1, akan membelah wilayah Tepi Barat. Menurut Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, proyek itu akan mengubur gagasan pembentukan negara Palestina.

“Sudah saatnya menerapkan kedaulatan Israel di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) dan menghapus sekali untuk selamanya gagasan membagi tanah kecil kita,” kata Smotrich pekan lalu.

Tepi Barat merupakan rumah bagi sekitar tiga juta warga Palestina, dan sekitar 500 ribu warga Israel yang tinggal di permukiman yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Israel juga mencaplok Yerusalem Timur serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang Arab–Israel 1967. Namun, sebagian besar komunitas internasional tidak mengakui kedaulatan Israel atas wilayah-wilayah tersebut.

3. Hampir 1.000 warga Palestina dibunuh di Tepi Barat sejak Oktober 2023

Dilansir dari France24, kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat juga meningkat sejak pecahnya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023. Menurut Kementerian kesehatan Palestina di Ramallah, sedikitnya 973 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel atau pemukim Ilegal di wilayah tersebut.

Data resmi Israel juga menunjukkan sedikitnya 36 warga Israel, termasuk tentara, tewas dalam serangan yang dilakukan oleh warga Palestina atau selama operasi militer Israel dalam periode yang sama.

Sementara itu, di Kota Gaza, Israel membombardir gedung-gedung tinggi sebagai bagian dari kampanye untuk merebut pusat kota terbesar di Jalur Gaza tersebut. Warga diperintahkan untuk mengungsi ke wilayah selatan.

Kepala Jaringan LSM Palestina, Amjad Shawa, mengatakan bahwa situasi di sana sangat mengerikan, dengan kepanikan menyebar di kalangan masyarakat.

"Saat ini, ratusan keluarga kehilangan tempat berlindung. Israel berupayamemaksa warga Palestina pindah ke wilayah selatan dengan menggunakan ledakan ini, tapi semua orang tahu bahwa tidak ada tempat yang aman di wilayah selatan atau zona kemanusiaan mana pun," kata Shawa kepada Al Jazeera.

Menurut otoritas kesehatan Gaza, perang Israel telah menewaskan sedikitnya 64.368 warga Palestina dan melukai 162.776 lainnya sejak Oktober 2023. Ribuan lainnya masih terkubur di bawah reruntuhan, semenrara kelaparan terus menyebar di seluruh wilayah tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Indonesia Tegaskan Solidaritas untuk Qatar, Kutuk Agresi Israel

10 Sep 2025, 00:10 WIBNews