Pandemik COVID-19 Ajarkan Pentingnya Amankan Stok Alat Pelindung Diri

Jakarta, IDN Times - Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari pandemik COVID-19 adalah soal mengamankan persediaan alat pelindung diri (APD) seperti masker, sarung tangan dan gaun medis. Ini mengingat setidaknya sejak Januari lalu, muncul laporan di berbagai negara tentang krisis APD di tengah mewabahnya virus corona.
Publik di dalam negeri, misalnya, kesulitan mendapatkan masker hingga hand sanitizer karena banyak yang memanfaatkan situasi darurat untuk melakukan penimbunan sehingga suplai di pasar menipis. Tak hanya warga biasa yang jadi korban, tapi juga para petugas medis. Saking tragisnya, beberapa sampai memakai jas hujan saat menangani pasien positif COVID-19.
1. Masker dan sarung tangan sangat esensial dalam menekan laju penyebaran virus corona

Ketersediaan APD paling mendasar seperti masker sangat berhubungan dengan kesiapan negara dalam menghadapi pandemik COVID-19. Walau sempat jadi perdebatan, tapi belakangan muncul kesepakatan di berbagai kalangan bahwa memakai masker di ruang publik membantu menekan laju penyebaran virus corona.
"Poin kuncinya adalah bahwa negara-negara yang meratakan kurva [COVID-19] memakai masker di tempat umum," kata Chris Kenyon, Kepala Unit Penyakit Seksual Menular di Institute of Tropical Medicine di Antwerp, kepada BBC. "Mereka sebagian besar adalah negara-negara Asia. Untuk beberapa alasan, sampai baru-baru ini para pakar Eropa--tidak termasuk Republik Ceko--tak mampu belajar dari apa yang berhasil di Asia."
2. Tidak ada yang menduga dunia akan sangat membutuhkan APD dalam skala masif

Memang banyak warga dan pemerintah di Eropa yang baru saja mengerti pentingnya memakai masker saat pandemik. Menurut Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans, ini memberi pelajaran bagi dunia. "Kita tidak siap menghadapi ini [pandemik]," kata Driesmans saat peluncuran Buku Biru Kerjasama Uni Eropa dan ASEAN secara virtual pada Jumat (8/5).
Ia menjelaskan bahwa sebelumnya di banyak negara di Eropa, mengamankan stok perlengkapan pelindung diri yang sangat mendasar seperti masker dan sarung tangan dianggap tidak penting. Saat diperlukan, lanjut Driesmans, sulit bagi industri alat kesehatan untuk secepatnya menggenjot produksi. Butuh beberapa minggu hingga suplai mulai normal kembali.
Driesmans juga mengakui ada sejumlah negara yang memiliki persiapan lebih baik dibanding yang lain, salah satunya karena telah belajar dari wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS). Oleh karena itu, ia menilai kini masing-masing negara harus memikirkan ketersediaan stok APD agar lebih siap menghadapi wabah di masa depan.
3. Pasar APD diprediksi akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang

Di negara-negara Asia seperti Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan, masker sendiri tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan kesehatan karena virus atau polusi. Publik juga menerima bahwa masker bisa bersanding dengan gaya hidup sehari-hari. Contohnya, di banyak kesempatan, selebritas K-Pop terlihat rajin memakai masker saat bepergian.
Dunia pascapandemik COVID-19 dipercaya juga akan lebih memperhatikan pentingnya APD. Techanvio, perusahaan riset pasar asal London, memprediksi bahwa pasar APD akan tumbuh hingga Rp38 triliun dalam periode antara 2019 hingga 2023 atau lebih dari 16 persen. Kesempatan pertumbuhan terbesar muncul dari kebijakan melindungi kelompok pekerja di beragam industri.
Berdasarkan data PBB, Tiongkok menguasai pasar dengan memproduksi 50 persen masker secara global atau kurang lebih 20 juta masker per hari sebelum pandemik. Sedangkan Taiwan menyumbang 20 persen suplai masker global. Dengan situasi sekarang, diperkirakan akan semakin bermunculan pemain-pemain baru dalam industri alat kesehatan.