Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Paskah, Presiden Kolombia Minta Doakan Rakyat Gaza

bendera Kolombia (pexels.com/Nigel Medina)
Intinya sih...
  • Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menyamakan penderitaan rakyat Palestina dengan sengsara Yesus Kristus.
  • Perkataan Petro bertepatan dengan pekan suci umat Kristen dan memuat simbolisme religius yang kuat.
  • Petro secara rutin menyuarakan solidaritas dengan Palestina di media sosial sejak perang dimulai 7 Oktober 2023.

Jakarta, IDN Times – Presiden Kolombia Gustavo Petro menyamakan penderitaan rakyat Palestina dengan sengsara Yesus Kristus. Ia mengunggah pernyataan tersebut pada Jumat (18/4/2025) di X saat merespons kabar dokter Palestina, Hossam Abu Safiya, yang kritis usai diduga disiksa dalam tahanan Israel.

“Saat Sengsara dan kematian Yesus, mari kita renungkan derita rakyat Palestina, dari mana Ia berasal, yang kini berada dalam genosida berdarah,” tulis Petro, dikutip dari Anadolu Agency, Minggu (20/4).

Safiya adalah direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara yang ditangkap pasukan Israel awal tahun ini. Menurut pengacaranya, Gheed Qassem, ia sempat ditahan di pangkalan militer Sde Teiman selama dua minggu sebelum dipindahkan ke kamp Ofer. Qassem mengatakan kliennya sangat menderita akibat tekanan dan penyiksaan dalam upaya memaksanya mengaku.

Kondisi Abu Safiya telah mendapat sorotan dari berbagai organisasi hak asasi dan kesehatan. Kampanye #FreeDrHussamAbuSafiya digencarkan untuk mendesak pembebasannya. Salah satu tokoh yang menyerukan dukungan adalah Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

1. Petro bandingkan Gaza dengan kisah penyaliban Kristus

Dilansir dari The New Arab, pernyataan Petro bertepatan dengan pekan suci umat Kristen dan memuat simbolisme religius yang kuat. Dengan merujuk pada penderitaan Yesus, ia memperkuat narasi bahwa warga Palestina mengalami penganiayaan berat. Sejumlah pemimpin Katolik di Yerusalem Timur dan Tepi Barat juga membandingkan kondisi Gaza dengan penyaliban dalam khotbah Paskah mereka.

Tokoh Kristen Palestina, William Shomali, menyebut Jumat Agung telah berlangsung enam bulan bagi warga Gaza. Ucapannya menggambarkan panjangnya penderitaan rakyat di bawah konflik yang terus berlanjut. Ia memberikan pernyataan itu pada akhir Maret lalu.

Kelompok Protestan pun ikut bersuara, mengecam serangan terus-menerus Israel ke wilayah Gaza. Mereka menyoroti penderitaan warga sipil yang terus bertambah dari hari ke hari.

2. Kolombia sudah putuskan hubungan diplomatik dengan Israel

Bendera Israel (pexels.com/David Rado)

Petro bukan baru kali ini mengkritik Israel dalam konflik Gaza. Sejak perang dimulai 7 Oktober 2023, ia secara rutin menyuarakan solidaritas dengan Palestina di media sosial. Tiga hari setelah perang pecah, ia menulis bahwa perdamaian hanya bisa dicapai melalui kesepakatan damai yang menghormati hak dua negara untuk hidup bebas.

Petro bahkan membandingkan tindakan Israel dengan rezim Nazi Jerman, memicu kemarahan pejabat Israel. Hubungan diplomatik kedua negara langsung memburuk setelah saling tarik duta besar. Kolombia akhirnya memutuskan hubungan dengan Israel pada Mei 2024.

Langkah tersebut diiringi pembukaan kedutaan besar Kolombia di Ramallah. Selain itu, Petro mengumumkan penghentian ekspor batu bara ke Israel hingga genosida dihentikan.

3. Serangan terbaru Israel sebabkan ribuan korban dan pengungsi

ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)

Serangan udara Israel kembali mengguncang Gaza pada Maret 2025 usai gencatan senjata dua bulan. Menurut data PBB, lebih dari 1.700 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru itu. Sekitar 500 ribu orang dilaporkan mengungsi akibat serangan lanjutan tersebut.

Total korban jiwa selama perang telah melampaui 51 ribu orang menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Namun, jumlah sebenarnya diyakini lebih tinggi karena banyak korban tertimbun di reruntuhan. Situasi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah di wilayah tersebut.

Dilansir dari Al Mayadeen, Petro terus mendesak Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu. Pada September 2024, ia menyebut Netanyahu sebagai “penjahat,” sambil menolak tuduhan antisemitisme. Menurutnya, antisemitisme sejati justru tampak dari pembunuhan anak-anak di Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us