Pemimpin Oposisi Nikaragua Meninggal di Dalam Penjara

Jakarta, IDN Times - Pemimpin oposisi Nikaragua, Jorge Hugo Torres Jimenez pada Sabtu (12/2/2022) ditemukan meninggal dunia saat menjalani hukuman penjara. Ia diketahui sebagai salah satu dari puluhan pemimpin oposisi yang dihukum tanpa sebab menjelang penyelenggaraan pilpres.
Pada November lalu, Daniel Ortega dan Rosario Murillo diketahui kembali berkuasa di Nikaragua setelah menjadi calon tunggal. Keduanya sudah dilantik sebagai presiden dan wakil presiden, meski negara lain menganggap pilpres tidak sah.
1. Torres meninggal karena sakit ketika menjalani masa tahanan
Kejaksaan Agung Nikaragua sudah mengonfirmasi meninggalnya seorang pemimpin oposisi Jorge Hugo Torres Jimenez pada Sabtu di usia 73 tahun. Pihaknya mengatakan bila Torres meninggal karena menderita penyakit ketika menjalani masa tahanan.
Dikutip Telesur, Torres Jimenez diketahui sudah dilarikan ke sebuah rumah sakit di ibu kota Managua untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
"Ia selalu ditemani oleh anaknya Hugo Marcel dan Maria Alejandra beserta menantunya, Alejandro Ernesto Martinez. Sayangnya, ia akhirnya harus meninggal karena penyakit yang sudah ia miliki sejak lama" sesuai pernyataan dari Kejagung.
"Kantor Kejaksaan Agung sudah mempelajari keseriusan dari penyakitnya, demi kepentingan kemanusiaan, saya meminta otoritas yudisial untuk menangguhkan awal dari persidangan, yang sudah diotorisasi oleh otoritas yudisial" tambahnya.
2. Hugo Torres merupakan eks pemimpin gerilya di Nikaragua
Hugo Torres dikenal sebagai seorang mantan pemimpin gerilya Sandinista pada masa Perang Sipil Nikaragua pada tahun 1970-an. Bahkan, ia dikenal sebagai sekutu dari Presiden Daniel Ortega saat menjadi pasukan gerilya melawan pemerintahan Somoza.
Sebagai rekannya, Torres juga pernah membebaskan Ortega dari dalam penjara di tahun 1974 dengan menyerang rumah sekutu eks diktator Anastasio Somoza. Ortega dipenjara lantaran terlibat dalam perampokan bank di Managua beberapa tahun sebelumnya.
Berdasarkan keterangannya dalam wawancara bersama Associated Press pada Juni tahun lalu, ia mengatakan, "46 tahun lalu, saya mempertaruhkan nyawa saya untuk membebaskan Daniel Ortega dan beberapa tahanan politik dari dalam penjara."
"Saya berusia 73 tahun dan saya tidak pernah menduga di usia ini saya akan berperang kembali melawan kediktatoran. Sekarang jauh lebih brutal, lebih tidak adil, lebih tidak rasional dan lebih autokrat dibanding rezim Somoza" ujar Torres.
Kendati demikian, Torres sudah memutuskan hubungan dengan Ortega lebih dari 20 tahun lalu dan mendirikan Movimiento Renovador Sandinista. Hal ini dilakukan sebagai penolakan kepada kepemimpinan Ortega di dalam partai FSLN (Frente Sandinista de Liberación Nacional).
3. Pihak keluarga menduga perlakuan buruk yang membuat kesehatan Torres menurun
Menurut tiga anak Torres dikutip DW, mereka turut mengonfirmasi kematian ayahnya dan mengaku terkejut dan sangat sedih. Namun, pihak keluarga tidak memberitahukan detil terkait penyebab utama kematian ayahnya.
Akan tetapi, terdapat pernyataan bahwa kondisi di dalam penjara yang mengakibatkan kematiannya, selain disebabkan penyakit bawaan. Bahkan, mereka menduga ayahnya telah mendapat perlakuan buruk, interogasi dan kurangnya mendapat makanan yang berdampak pada kesehatannya.
Selain itu, sesuai permintaan Torres nantinya tidak akan diselenggarakan upacara pemakaman kenegaraan. Sedangkan Torres diketahui sudah dipenjara sejak pertengahan tahun lalu lantaran dituding berusaha merusak keamanan nasional.
Ribuan politisi dan aktivis diketahui sudah melarikan diri dari Nikaragua sejak demonstrasi besar di tahun 2018. Ortega menuding demonstrasi itu didukung oleh negara lain yang berusaha melengserkannya.