Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemulangan Jenazah Sandera Terkendala, Israel Batasi Bantuan ke Gaza

ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • COGAT menyatakan keterlambatan Hamas menjadi alasan dibatasi jumlah truk bantuan. Sejauh ini, baru 8 dari 20 jenazah sandera yang dikembalikan.
  • PBB dan Palang Merah Internasional menyerukan agar semua penyeberangan ke Gaza dibuka demi memungkinkan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan.
  • Sedikitnya sembilan warga sipil Palestina tewas akibat serangan Israel di wilayah utara dan selatan Gaza.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Gencatan senjata yang rapuh di Gaza menghadapi ujian pertamanya pada Selasa (14/10/2025). Israel menyatakan bahwa aliran bantuan yang masuk ke wilayah tersebut akan dibatasi, dan perbatasan Rafah tidak akan dibuka sesuai rencana.

COGAT, cabang militer Israel yang mengawasi aliran bantuan ke Gaza, menginformasikan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa mulai Rabu (15/10/2025), pihaknya hanya akan mengizinkan 300 truk bantuan masuk ke Gaza setiap hari selama gencatan senjata. Jumlah ini setengah dari jumlah yang awalnya disepakati, yaitu sekitar 600 truk bantuan.

Selain itu, tidak ada bahan bakar atau gas yang diizinkan masuk ke wilayah Palestina tersebut kecuali untuk kebutuhan khusus yang berkaitan dengan infrastruktur kemanusiaan.

1. Israel salahkan Hamas karena lamban dalam mengembalikan jenazah sandera

Dilansir dari The Guardian, COGAT menyatakan bahwa keterlambatan Hamas dalam mengembalikan jenazah sandera Israel menjadi alasan dibatasinya jumlah truk bantuan. Sejauh ini, kelompok Palestina tersebut baru mengembalikan 8 dari 20 jenazah sandera sejak tahap pertama gencatan senjata mulai berlaku pada Jumat (10/10/2025). Sementara itu, seluruh 20 sandera yang masih hidup telah dibebaskan dalam pertukaran dengan hampir 2. ribu tahanan Palestina pada Senin (13/10/2025).

Hamas sebelumnya menyatakan bahwa pencarian jenazah sandera yang tersisa dapat memakan waktu lebih lama karena tidak semua lokasi penahanan mereka diketahui, serta luasnya kerusakan akibat agresi militer Israel di Gaza. Namun, Israel menuduh Hamas sengaja menunda proses tersebut.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, juga mendesak Hamas untuk segera mengembalikan jenazah yang tersisa agar tahap kedua gencatan senjata dapat dimulai.

“Beban besar telah terangkat, tapi PEKERJAAN BELUM SELESAI. JENAZAH BELUM DIKEMBALIKAN, SEPERTI YANG DIJANJIKAN! Tahap Dua dimulai SEKARANG!!!” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

2. PBB desak lebih banyak pengiriman bantuan

Dilansir dari Al Jazeera, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jens Laerke, mengatakan bahwa PBB dan Palang Merah Internasional telah menyerukan agar semua penyeberangan ke Gaza dibuka demi memungkinkan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan. PBB telah menyiapkan 190 ribu metrik ton bantuan yang siap dikirim ke Gaza.

Juru bicara Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Ricardo Pires, mengatakan bahwa pihaknya juga telah menyiapkan 1.370 truk bantuan untuk memasuki Gaza.

“Tingkat kerusakan sangat besar sehingga dibutuhkan setidaknya 600 truk per hari, itulah target kami. Saat ini, kita masih jauh dari angka tersebut," ujarnya.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya peningkatan pengiriman pasokan medis terhadap rumah sakit, agar tenaga kesehatan dapat terus memberikan layanan medis yang dibutuhkan.

3. Israel bunuh 9 warga Palestina di tengah gencatan senjata

Di tengah berlangsungnya gencatan senjata, pihak medis melaporkan bahwa sedikitnya sembilan warga sipil Palestina tewas akibat serangan Israel di wilayah utara dan selatan Gaza. Sumber dari Rumah Sakit Arab al-Ahli mengatakan bahwa militer Israel membunuh lima warga Palestina di kawasan Shujayea di Kota Gaza. Namun, militer Israel mengklaim bahwa pihaknya melepaskan tembakan untuk menghilangkan ancaman dari orang-orang yang mendekati pasukannya di Gaza utara.

Sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023, lebih dari 67 ribu warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Sejumlah organisasi hak asasi terkemuka, termasuk Amnesty International, telah mengategorikan perang tersebut sebagai genosida.

Sementara itu, tim penyelamat telah menemukan lebih dari 250 jenazah sejak Jumat, dengan beberapa di antaranya berada di jalanan. Juru bicara pertahanan sipil, Mahmoud Basal, mengatakan bahwa kekurangan alat berat menjadi kendala utama untuk menjangkau ribuan korban yang tertimbun di bawah reruntuhan. Selain itu, bahan peledak dan sisa-sisa senjata juga menimbulkan ancaman bagi masyarakat Gaza.

Menurut Program Pembangunan PBB (UNDP), lebih dari 80 persen bangunan di Gaza telah hancur akibat serangan Israel. Angka ini bahkan mencapai 92 persen di Kota Gaza, yang menjadi sasaran serangan terakhir Israel bulan ini, dilansir dari The New Arab.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Warga Bekasi Tolak Pengukuran Lahan, Petugas BPN Diusir

15 Okt 2025, 18:27 WIBNews