Pendukung Castillo Mengamuk, Peru Nyatakan Darurat Nasional

Jakarta, IDN Times - Usai Pedro Castillo digulingkan dari jabatan Presiden Peru, para pendukungnya melakukan demonstrasi, memblokade jalanan, serta menyerbu bandara angkatan bersenjata. Demonstrasi tidak mereda meski pasukan keamanan diturunkan.
Otoritas Peru akhirnya mengumumkan keadaan darurat nasional pada Rabu (14/12/2022). Menteri Pertahanan, Luis Otarola, mengatakan bahwa aksi vandalisme demonstran itu perlu mendapatkan tanggapan yang kuat dan berwibawa dari pemerintah.
1. Penangguhan hak bebas berkumpul selama 30 hari
Castillo dimakzulkan dari jabatan presiden oleh Parlemen Peru pada 7 Desember. Jaksa juga menuntutnya melakukan pemberontakan dan terancam 18 bulan penjara.
Para pendukung Castillo yang marah melakukan protes di seluruh Peru. Kerusuhan mematikan terjadi di beberapa tempat.
Dilansir Al Jazeera, pada Rabu, otoritas berwenang Peru mengumumkan darurat nasional untuk menanggapi kekacauan tersebut. Otarola mengumumkan tindakan 30 hari yang melibatkan penangguhan kebebasan bergerak dan berkumpul.
Otarola juga menjelaskan bahwa tindakan vandalisme, kekerasan, dan pemblokiran jalan pendukung Castillo tidak dapat dibenarkan.
2. Presiden Peru yang baru meminta demonstran untuk tenang
Otarola mengatakan bahwa darurat nasional itu telah disetujui Dewan Menteri Peru. Dia tidak menyebutkan secara rinci, apakah Presiden Dina Boluarte yang baru juga menyetujui keputusan tersebut.
Namun, Boluarte yang sebelumnya adalah Wakil Presiden Peru, meminta para demonstran untuk tenang saat massa pendukung Castillo menuntutnya untuk mundur.
"Satu-satunya hal yang bisa saya katakan kepada Anda saudara dan saudari (demonstran) untuk tetap tenang. Kita telah mengalami pengalaman ini di tahun 80-an dan 90-an, dan saya yakin kita tidak ingin kembali ke sejarah yang menyakitkan itu," kata Boluarte dikutip Associated Press.
Boluarte juga mengklaim bahwa para demonstran yang protes hanya satu kelompok. Namun kelompok itu dituding mendorong banyak orang untuk menunjukkan kekerasan, membuat banyak orang untuk protes meski tidak tahu apa tujuan protes tersebut.
3. Empat tuntutan para demonstran

Sejauh ini, demonstrasi selama sekitar sepekan di Peru telah menewaskan tujuh orang. Lima dari korban itu berada di Andahuaylas, sebuah komunitas pegunungan Andes yang penduduknya miskin dan telah lama merasa ditinggalkan pemerintah.
Para pendukung Castillo menuntut dilakukan pemilu lebih cepat. Dilansir Deutsche Welle, Presiden Boluarte mengatakan pemilu dapat dilakukan paling cepat pada Desember 2023.
Para demonstran tidak puas dengan itu dan meminta pemilu dilakukan lebih cepat lagi. Mereka juga menyerukan kebebasan Castillo, mendesak agar Kongres Peru dibubarkan dan meminta Boluarte untuk turun dari jabatan presiden.