Pengakuan Paramedis Gaza yang Ditahan dan Disiksa Pasukan Israel

Jakarta, IDN Times - Pekerja Bulan Sabit Merah Palestina, Mohammad Jamal Salah, merupakan salah satu dari banyak warga Gaza yang menghadapi pengalaman traumatis selama perang.
Selama 40 hari, Salah harus berusaha menguatkan diri untuk timnya di Jabalia, Gaza utara, di mana mereka mendirikan dan mengelola satu-satunya kompleks medis yang berfungsi di wilayah tersebut. Mereka membantu persalinan dan merawat orang-orang yang terluka.
“Saya ingin perang ini berakhir sehingga saya bisa menangis. Saya tidak akan pernah melupakan hari ketika kami menerima 95 jenazah dan 38 orang yang terluka parah, semuanya antara pukul 02.00 dan 06.00," kata pria 42 tahun itu kepada The National.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar mereka yang bertahan akhirnya meninggal karena kurangnya pasokan medis.
1. Tentara Israel tahan sejumlah pekerja Bulan Sabit Merah Palestina
Pada 20 Desember, pasukan Israel termasuk tank, tentara dan penembak jitu segera mengepung pusat ambulans Bulan Sabit Merah Palestina di Jabalia. Ada 127 orang yang bersamanya saat itu. Sebanyak 22 di antaranya terluka, termasuk rekan kerjanya, Mohammad Abu Rukbeh, yang mengalami luka bakar tingkat tiga di kaki dan punggungnya.
Melalui pengeras suara, tentara berkali-kali menyerukan agar Kepala Bulan Sabit Merah keluar. Salah pun berjalan keluar dengan gemetar lantaran penembak jitu mengarahkan laser senjata padanya. Dia lantas menurut ketika mereka memintanya untuk menanggalkan pakaian dan berbalik, sebelum mengenakan pakaiannya kembali.
Setelah melakukan negosiasi, tentara mengizinkan para perempuan meninggalkan kompleks tersebut bersama beberapa orang yang membutuhkan perawatan.
Sementara itu, beberapa orang yang tersisa diborgol dan disuruh berjalan menuju sebuah bangunan yang ditinggalkan. Abu Rukbeh, yang membutuhkan perhatian khusus, ditempatkan di sebuah tandu.
“Kami telah disumpah, hal-hal yang bahkan tidak dapat saya katakan melalui telepon,” katanya, seraya menambahkan bahwa para tentara bercanda akan menembak mereka.
Mereka lalu dibawa ke truk dengan mata tertutup dan tangan terikat di belakang punggung. Para tentara melempar Abu Rubkbeh ke atas kendaraan tersebut.
“Mereka melemparkannya ke truk. Seolah sengaja membuatnya menderita," ujar Salah. Ia menambahkan bahwa Abu Rukbeh juga dilempari batu.
"Penghinaan. Sumpah serapah. Pemukulan. Kepala saya dipukul dengan punggung Kalashnikov (jenis senjata),” tambahnya.
Secara total, delapan orang yang bersama Salah, termasuk Abu Rukbeh, ditahan Israel. Hingga kini, ia belum mendengar kabar dari mereka sejak 22 Desember.
2. Israel klaim tangkap warga Palestina karena dicurigai sebagai komplotan Hamas
Perwakilan tentara Israel mengatakan, orang-orang yang dicurigai sebagai anggota Hamas menjalani interogasi lapangan di Gaza.
“Tersangka terkait ditahan dan dibawa untuk diinterogasi lebih lanjut,” kata perwakilan tersebut kepada The National, seraya menambahkan bahwa mereka yang terbukti tidak terlibat dalam kegiatan teroris akan dibebaskan.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa mereka akan menyuruh tiap individu untuk melepaskan pakaian demi memastikan bahwa mereka tidak menyembunyikan rompi peledak atau persenjataan lainnya.
Ia mengonfirmasi bahwa Abu Rukbeh ditangkap karena dicurigai terlibat dalam kegiatan teroris, namun membantah laporan bahwa pasukan keamanan memukulinya dengan batu. Pihaknya lalu menambahkan, Abu Rubkeh telah menerima perawatan medis dari Israel.
Sementara itu, Salah yang masih menderita luka-luka, mengatakan bahwa nyawanya dalam bahaya. Dia pun enggan harus meninggalkan timnya untuk menuju ke lokasi yang relatif lebih aman di selatan.
“Itu adalah salah satu hal tersulit yang harus saya lakukan," katanya.
Meski kini berada di Rafah, hati Salah tetap tertuju pada rekan-rekannya yang ditahan dan mereka yang terus bekerja di wilayah utara.
“Kami tidak akan pernah baik-baik saja setelah ini. Gaza tidak bisa dihuni. Secara psikologis dan fisik. Tidak ada seorang pun yang baik-baik saja.”
3. Israel telah memperluas serangannya ke Gaza tengah
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, serangan udara dan darat Israel telah menewaskan lebih dari 21.800 warga Palestina dan melukai lebih dari 56 ribu lainnya.
Perang tersebut telah memicu krisis kemanusiaan, dengan seperempat penduduk Gaza dilaporkan mengalami kelaparan. Pemboman Israel juga telah meratakan sebagian besar wilayah Gaza, menyebabkan sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduknya mengungsi.
Pekan ini, Israel memperluas serangannya ke Gaza tengah dengan menargetkan kawasan padat penduduk. Saksi mengatakan, sedikitnya 13 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan udara Israel di Zweida.
“Mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah. Pesawat tempur Israel membombardir seluruh keluarga," kata Hussein Siam, yang kerabatnya termasuk di antara korban tewas, dikutip Associated Press.
Pejabat dari Rumah Sakit Al-Aqsa di pusat Deir al-Balah mengatakan, 13 jenazah tersebut termasuk di antara 35 jenazah yang mereka terima pada Minggu (31/12/2023).
Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya sedang memerangi militan di Khan Younis, tempat yang diyakini Israel sebagai markas persembunyian para pemimpin Hamas. Pihaknya juga mengklaim pasukannya yang beroperasi di kamp pengungsi Shati, di Gaza utara, menemukan sebuah bom di taman kanak-kanak dan menjinakkannya.
Israel telah menyatakan perang terhadap Hamas, sejak kelompok tersebut melancarkan serangan lintas batas di Israel selatan pada 7 Oktober. Tel Aviv melaporkan bahwa 1.200 orang tewas dan 240 lainnya disandera dalam serangan tersebut.