Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengalaman Jajal MRT Taipei, dan Bedanya dengan di Jakarta

Situasi di salah satu platform di stasiun MRT Ximen di Taipei, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)
Situasi di salah satu platform di stasiun MRT Ximen di Taipei, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)
Intinya sih...
  • MRT Taipei, transportasi andalan warga dengan 1,98 juta pengguna per hari pada 2023
  • Taipei Metro memiliki 6 jalur dan 131 stasiun, sementara MRT Jakarta hanya memiliki 1 jalur dengan 13 stasiun
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Salah satu transportasi andalan warga Taipei untuk beraktivitas adalah Mass Rapid Transit (MRT). Hal ini lantaran kehadiran stasiun MRT mudah ditemukan di mana-mana.

Selain itu, moda transportasi ini tepat waktu dan dapat dipantau posisinya secara real time. Dengan begitu, pengguna bisa memperkirakan waktu tempuh agar bisa tiba tepat waktu di setiap kegiatan.

Mengutip data dari situs resmi Taipei Rapid Corporation, jumlah pengguna MRT per hari pada 2023 mencapai 1,98 juta. 

Sementara, Indonesia mulai mengejar ketertinggalan dalam penyediaan transportasi publik. Pemerintah mulai membangun MRT pada 2013, yang dioperasikan secara komersial pada 2019.

MRT Jakarta pun kini menjadi andalan warga untuk menembus kemacetan di jam-jam sibuk. Terbukti pada Mei 2024, MRT Jakarta sanggup mengangkut 107.773 penumpang per hari. 

IDN Times pada pekan lalu berkesempatan menjajal fasilitas MRT di Taipei dari tengah ibu kota menuju ke wilayah pinggiran. Kemudian membandingkannya dengan fasilitas MRT di Jakarta.

1. MRT Taipei mulai beroperasi sejak 1996, MRT Jakarta pada 2019

Kereta MRT Taipei Metro yang beroperasi di sekitar stasiun Maokong. (IDN Times/Santi Dewi)
Kereta MRT Taipei Metro yang beroperasi di sekitar stasiun Maokong. (IDN Times/Santi Dewi)

Taipei Metro atau MRT Taipei mulai beroperasi kali pertama pada 28 Maret 1996. Taipei Metro dikelola oleh perusahaan yang mayoritas sahamnya milik Pemkot Taipei bernama Taipei Rapid Transit Corporation. 

Jalur pertama yang dibuka diberi nama Wenhu Line dan memiliki panjang 10,5 kilometer (km). Jalur tersebut berada di atas permukaan tanah. 

Sementara, MRT Jakarta kali pertama beroperasi pada 2019 lalu. Jalur pertama yang dibangun menghubungkan rute dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI). Total jalur sepanjang 16 km. 

Jalur perdana MRT Jakarta tak hanya berada di atas permukaan tanah. Sebagian melewati bawah tanah. 

2. Ada enam jalur di Taipei Metro, MRT Jakarta hanya satu jalur

Ilustrasi kereta MRT. (ANTARA FOTO)
Ilustrasi kereta MRT. (ANTARA FOTO)

Sejak dibangun pada 2013 lalu, MRT Jakarta baru memiliki satu jalur, yakni dari Bundaran HI menuju ke Lebak Bulus. Saat ini, Pemprov Jakarta tengah membangun jalur baru dari Bundaran HI menuju ke Stasiun Kota. 

Pemprov Jakarta membagi proyek MRT fase 2A menjadi dua segmen, yaitu Bundaran HI-Harmoni yang ditargetkan rampung pada 2027. Sedangkan, segmen kedua, Harmoni menuju Stasiun Kota ditargetkan selesai dibangun pada 2029. 

Sedangkan, Taipei Metro memiliki jalur awal sebanyak enam. Untuk mengidentifikasi masing-masing jalur, otoritas setempat menggunakan warna. Namun, dari enam jalur yang ada, hanya dua jalur yang memberikan keuntungan bagi perusahaan pengelola Taipei Metro. 

Baik MRT Jakarta dan Taipei Metro menyediakan peta di masing-masing stasiun. Tujuannya untuk memudahkan pengguna memahami titik tujuannya. 

3. Taipei Metro punya 131 stasiun, MRT Jakarta baru bangun 13 stasiun

Suasana di salah satu platform di stasiun MRT di Taipei, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)
Suasana di salah satu platform di stasiun MRT di Taipei, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)

Dengan jumlah jalur yang lebih banyak, maka secara otomatis Taipei Metro memiliki lebih banyak stasiun. Sejauh ini, di enam jalur pertama, Tapei Metro punya 131 stasiun. 

Sedangkan, MRT Jakarta baru memiliki 13 stasiun di satu jalur yang menghubungkan Bundaran HI menuju Lebak Bulus. Di sisi lain, proyek 2A akan menghasilkan sembilan stasiun baru sepanjang Bundaran HI ke Stasiun Kota. Sembilan stasiun baru itu direncanakan dibangun di bawah tanah. 

4. Jam operasi Taipei Metro mulai 06.00-00.00, MRT Jakarta beroperasi sejam lebih awal

Ilustrasi stasiun MRT di bawah tanah. (IDN Times/Hana Adi Perdana)
Ilustrasi stasiun MRT di bawah tanah. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Jam operasional Taipei Metro dimulai pukul 06.00 hingga 00.00 waktu setempat. Jam operasional itu bisa dipersingkat bila terjadi bencana alam seperti badai topan. 

Sedangkan, MRT Jakarta beroperasi lebih cepat satu jam, yakni pukul 05.00 hingga 00.00 WIB. Jam operasional ini bisa ditambah bila terdapat kenaikan volume penumpang lantaran terdapat acara khusus.

Peristiwa ini pernah terjadi ketika digelar konser Coldplay di stadion utama Gelora Bung Karno (GBK). Jam operasional MRT saat itu diperpanjang hingga pukul 01.30 WIB. 

5. Interval antarkereta

Suasana di depan gate Taipei Metro, Taipei, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)
Suasana di depan gate Taipei Metro, Taipei, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)

Salah satu keunggulan dari Taipei Metro, yakni kecepatan akses pengguna masuk ke dalam gate. Pengguna hanya membutuhkan 0,3 detik untuk bisa masuk ke dalam gate dan menggunakan MRT. Jumlah gate pun tersedia lebih banyak. 

Interval antarkereta di Taipei Metro juga berbeda. Di jam-jam sibuk pada pukul 07.00 hingga 09.00, interval antarkereta hanya 6 menit. Sedangkan, di luar jam sibuk, interval antarkereta lebih panjang menjadi 8-10 menit. 

Sedangkan, interval MRT Jakarta 5 menit di jam-jam sibuk. Di luar dari jam sibuk, interval antarkereta jadi lebih panjang, yakni 10 menit. 

6. Tarif MRT Jakarta mulai Rp4.000, sedangkan Taipei Metro lebih mahal

Ilustrasi kereta MRT. (www.instagram.com/@mrtj)
Ilustrasi kereta MRT. (www.instagram.com/@mrtj)

Dikutip dari situs resmi MRT Jakarta, tarif perjalanan berkisar Rp4.000 hingga Rp14 ribu. Namun, dalam sejumlah acara-acara khusus, MRT Jakarta sering memberikan diskon Rp1. Salah satu momen tersebut terjadi ketika HUT Jakarta pada 22 Juni 2024 lalu. 

Sementara, biaya yang harus dibayar oleh pengguna Taipei Metro juga tergantung jaraknya. Satu kali perjalanan, biayanya mencapai 20 New Taiwan Dollar (setara Rp9.300) dan 5 New Taiwan Dollar (Rp33 ribu).

Taipei Metro juga menyediakan tiket khusus yang bisa digunakan ke semua jalur tanpa ada batas atau one-day pass. Tiket ini dijual 150 New Taiwan Dollar (Rp75 ribu). 

7. Alat pembayaran di Taipei Metro tak hanya kartu

Kartu Easy Card dan aksesorinya yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran di Taipei Metro, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)
Kartu Easy Card dan aksesorinya yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran di Taipei Metro, Taiwan. (IDN Times/Santi Dewi)

Sementara, alat pembayaran yang digunakan untuk mengakses Taipei Metro bukan hanya kartu yang dapat dibeli di setiap stasiun saja. Perusahaan penerbit kartu pembayaran, Easy Card, turut memproduksi aksesori yang dapat digunakan untuk membeli tiket Taipei Metro. Aksesori itu kemudian dapat difungsikan sebagai gantungan kunci. 

Kartu Easy Card bisa dibeli dengan harga 500 New Taiwan Dollar (Rp247 ribu). Di dalamya sudah terdapat saldo uang senilai 400 New Taiwan Dollar, dan 100 New Taiwan Dollar sebagai deposit.

Sedangkan, aksesori dijual dengan harga beragam. Pengisian ulang saldo kartu tersebut bisa dilakukan di semua minimarket di Taiwan. 

Sementara, MRT Jakarta sudah tidak lagi mengeluarkan kartu khusus yang mereka produksi. Sebagai gantinya, pengguna MRT Jakarta dapat menggunakan uang elektronik yang dikeluarkan oleh sejumlah bank. 

Pengguna juga diarahkan untuk membeli tiket dari aplikasi MyMRTJ, JakLingko atau dengan menggunakan QRIS. Mesin dengan pembelian QRIS kini sudah tersedia di semua stasiun MRT Jakarta. Barcode QRIS bisa dicetak atau dikirimkan dalam bentuk softcopy ke ponsel masing-masing. 

8. Hampir semua stasiun Taipei Metro sudah terhubung ke fasilitas publik seperti mal

Bangunan yang akan dikelola oleh Taipei Metro yang menerapkan Transit Oriented Development (TOD) (IDN Times/Santi Dewi)
Bangunan yang akan dikelola oleh Taipei Metro yang menerapkan Transit Oriented Development (TOD) (IDN Times/Santi Dewi)

Sementara, Taipei Metro telah menerapkan konsep Transit Oriented Development (TOD), di mana mereka mengintegrasikan sistem transportasi, tempat tinggal, areal komersial, ruang terbuka, dan ruang publik menjadi satu kawasan. Warga tinggal berjalan kaki dari kantor atau tempat mereka tinggal menuju ke stasiun MRT. Bahkan, tidak jarang stasiun MRT dapat ditemui di lantai dasar gedung perkantoran. 

Keunikan lainnya, Taipei Metro diberikan izin oleh otoritas setempat untuk mengelola gedung dengan tinggi 20 lantai di Distrik Shilin. Gedung tersebut saat ini masih dalam pembangunan.

Nantinya, di dalam gedung terdapat area perkantoran, 15 lantai hotel dan empat lantai pusat perbelanjaan. Lokasinya juga hanya beberapa langkah dari stasiun MRT Taipei Metro Shilin. 

Pemasukan keuangan yang dihasilkan dari pengelolaan gedung 20 lantai itu digunakan untuk menambal empat jalur Taipei Metro yang belum menghasilkan keuntungan. 

Sedangkan, MRT Jakarta baru menerapkan konsep TOD di sejumlah stasiun saja. Salah satunya Dukuh Atas. Di sana, pengguna bisa berpindah menggunakan moda transportasi lain, seperti Kereta Rel Listrik (KRL), bus, LRT, TransJakarta hingga kereta bandara. 

Jalur MRT Jakarta juga sudah mulai terhubung ke pusat perbelanjaan seperti Blok M Plaza, dan Gadjah Mada Plaza. 

9. Taipei Metro punya sistem mitigasi terhadap bencana seperti topan dan banjir

Pintu khusus yang ada di Beimen Station dan digunakan untuk mencegah masuknya air banjir ke stasiun MRT. (IDN Times/Santi Dewi)
Pintu khusus yang ada di Beimen Station dan digunakan untuk mencegah masuknya air banjir ke stasiun MRT. (IDN Times/Santi Dewi)

Taipei Metro juga menyiapkan mitigasi terhadap bencana topan dan banjir. Salah satunya seperti Badai Kong-rey yang menghantam Taiwan pada 31 Oktober 2024 lalu. 

Deputy Center Manager of Red and Green Lines Operations Center dari Taipei Rapid Transit Corp, Po-Chun Kuo menjelaskan, pihaknya menyiapkan mitigasi berlapis agar operasional Taipei Metro tetap berjalan meski terjadi bencana. Itu semua dipicu peristiwa 2001 lalu ketika Taipei dihantam Badai Nari. 

Saat itu, Badai Nari menyebabkan banjir besar dan air merembes hingga ke jalur Taipei Metro di bawah tanah. Alhasil, sebagian jalur Taipei Metro lumpuh dan baru dapat dipulihkan tiga bulan kemudian. 

Saat Topan Kong-rey, Po menyebut, operasional Taipei Metro tidak terpengaruh. Namun, interval ketibaan kereta diakui lebih panjang. 

Po juga menunjukkan mekanisme perlindungan berlapis bagi stasiun, dimulai pijakan anak tangga lebih tinggi untuk mengakses stasiun kereta bawah tanah. Lalu, Taipei Metro juga membangun pintu khusus untuk membendung air agar tidak masuk ke dalam jalur MRT. 

MRT Jakarta juga memiliki pintu khusus flood gate di setiap pintu masuk jalur MRT di bawah tanah. Mereka juga melakukan upaya pencegahan banjir dengan pembersihan manhole dan gorong-gorong secara berkala, modifikasi saluran air di sekitar stasiun, hingga siaga tenaga kebersihan di area pedestrian yang memastikan tali air (gutter) selalu dalam kondisi bersih.

MRT Jakarta juga meninggikan pintu masuk di stasiun bawah tanah. Sejauh ini stasiun bawah tanah MRT belum pernah terendam banjir. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Jujuk Ernawati
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us