Perundingan Nuklir AS-Iran Berakhir Tanpa Umpatan Kasar

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) dan Iran telah sukses menyelesaikan putaran pertama perundingan nuklir di Oman. Sebagai tanda bahwa perundingan berjalan dengan baik, kedua negara sepakat untuk kembali menggelar pembicaraan pada 19 April.
Pembicaraan tersebut akan gagal jika Presiden AS, Donald Trump, menuntut pembongkaran total program nuklir Iran, yang ditentang keras Teheran. Iran bersikeras pihaknya hanya mengejar program nuklir sipil.
Menteri luar negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan perundingan tersebut konstruktif. Perundingan Washington dan Iran diadakan dalam lingkungan yang tenang dan penuh rasa hormat, dengan tidak adanya pertukaran kata-kata tajam antara kedua negara.
"Kedua pihak tidak ingin berbicara hanya demi berbicara dan membuang-buang waktu, dan ingin mencapai kesepakatan secepat mungkin. Kedua belah pihak menunjukkan komitmen untuk melanjutkan perundingan ini hingga kita mencapai kesepakatan yang menguntungkan," ungkap Araghchi, dikutip dari The Guardian.
1. Pembicaraan tidak langsung di Oman dinilai berjalan positif dan konstruktif
Menteri luar negeri Oman, Badr bin Hamad al-Busaidi, menjadi mediator dalam pembicaraan di Muscat antara Iran yang dipimpin oleh Araghchi dan utusan diplomatik Trump, Steve Witkoff, yang memimpin delegasi AS. Witkoff juga mengatakan bahwa diskusi kedua negara telah berlangsung dalam suasana yang positif dan konstruktif.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua kolega saya atas keterlibatan ini yang berlangsung dalam suasana yang bersahabat untuk menjembatani sudut pandang dan pada akhirnya mencapai perdamaian, keamanan, dan stabilitas regional dan global. Kami akan terus bekerja sama dan berupaya lebih jauh untuk membantu mencapai tujuan ini," kata Busaidi.
Pembicaraan AS-Iran dipandang sebagai langkah awal yang penting dalam menentukan apakah kesepakatan dapat dilakukan. Itu menjadi pembicaraan paling penting sejak Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 selama masa jabatan pertamanya, mengutip BBC.
2. Agenda pembicaraan nuklir selanjutnya

Putaran perundingan berikutnya akan menyepakati cara membuang persediaan uranium Iran dan bagaimana negara itu akan mengizinkan kembali rezim inspeksi independen. IAEA telah melihat kamera di lokasi nuklir utama Teheran dimatikan pada beberapa kesempatan berturut-turut, sehingga hampir mustahil untuk mengetahui apa yang diproduksi negara tersebut.
Direktur kebijakan di National Iranian American Council, Ryan Costello, mengatakan para pihak telah menurunkan standar yang rendah hari ini. Menurutnya, saat ini penting bagi Washington dan Teheran untuk melindungi lingkungan negosiasi dari mereka yang ingin menyabotase langkah menuju kesepakatan.
"Masing-masing pihak harus menahan diri. Bagi AS, ini bisa berarti mengurangi ancaman militer. Presiden Trump juga harus memastikan bahwa Israel tidak bertindak di belakang pemerintahan dan melakukan langkah-langkah provokatif yang dapat menggagalkan negosiasi, termasuk sabotase, seperti yang kita lihat pada 2021," kata Ryan.
"Bagi Iran, memberi sinyal lebih terbuka terhadap negosiasi langsung dan menghentikan peringatan opsi persenjataan dapat membantu membangun momentum dan mencapai terobosan," sambungnya.
3. Tuntutan AS dan Iran terkait program nuklir Teheran

Trump mengatakan dirinya menginginkan kesepakatan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, serta menghindari kemungkinan serangan militer oleh AS dan Israel. Menjelang perundingan, Trump telah memperingatkan bahwa Washington akan menggunakan kekuatan militer jika kesepakatan tidak tercapai.
"Saya ingin mereka tidak memiliki senjata nuklir. Saya ingin Iran menjadi negara yang luar biasa, hebat, dan bahagia, tetapi mereka tidak dapat memiliki senjata nuklir," kata Trump, dilansir Al Jazeera.
Sementara itu, Iran berharap adanya kesepakatan untuk membatasi, bukan membongkar, program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. Teheran menegaskan bahwa kegiatan nuklirnya sepenuhnya bersifat damai dan tidak akan pernah berusaha mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir.
Para pejabat Iran telah menjelaskan bahwa negosiasi hanya akan berfokus pada program nuklirnya, bukan kemampuan pertahanannya yang lebih luas, seperti program rudal balistiknya. Pihaknya juga telah berulang kali menegaskan tidak akan bernegosiasi di bawah tekanan.