Petugas Medis Jerman Divonis Mati di Belarus, Ini Alasannya!

Jakarta, IDN Times - Pengadilan Regional Minsk di Belarus, pada Jumat (19/7/2024), menjatukan hukuman mati kepada petugas medis Jerman Rico Krieger. Organisasi hak asasi manusia di Belarus, Viasna, mengatakan bahwa Krieger dihukum atas enam tuntutan.
Warga Jerman itu akan menghadapi eksekusi oleh regu tembak. Belarus sendiri merupakan negara terakhir di Eropa yang masih menerapkan hukuman mati.
1. Nasib Krieger tidak diketahui sampai saat ini
Krieger diadili pada Mei atas tuduhan terorisme, menjadi tentara bayaran, menciptakan kelompok ekstremis, merusak kendaraan serta melakukan operasi ilegal dengan senjata api, amunisi dan bahan peledak.
Dilansir RFE/RL, para aktivis mengatakan Krieger ditahan sejak November 2023 dan vonis telah dijatuhkan pada akhir Juni. Namun, tidak ada rincian lain termasuk apakah Krieger masih hidup atau tidak untuk saat ini.
"Ini adalah hukuman luar biasa pertama bagi orang asing di Belarus," kata aktivis hak asasi manusia Leanid Sudalenka.
Krieger disebut telah bekerja di Palang Merah Jerman sejak 2021 sebagai teknisi medis darurat. Dia juga tercatat pernah bekerja di Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Berlin sebagai penjaga keamanan dari 2014 hingga 2017.
2. Kementerian Luar Negeri Jerman konfirmasi warganya dihukum mati di Belarus
Viasna mengatakan, ini pertama kalinya seseorang diadili di Belarus karena aktivitas tentara bayaran. Sidang juga dilakukan secara tertutup dan Viasna tidak yakin apakah Krieger mengajukan banding atas putusan itu atau apakah putusan tersebut sudah berlaku.
Dilansir BBC, Viasna menduga hukuman kepada Krieger berawal dari keterlibatannya dengan Resimen Kastus Kalinouski. Ini merupakan kelompok warga Belarus yang sukarela melawan tentara Rusia di Ukraina.
Nama resimen diambil dari nama penulis-pengacara Belarusia-Polandia, yang dieksekusi pada 1864 karena memimpin pemberontakan melawan Rusia.
"Kementerian Luar Negeri dan kedutaan besar di Minsk memberikan dukungan konsuler kepada orang tersebut dan bekerja secara intensif dengan pihak berwenang Belarus," kata Kementerian Luar Negeri Jerman, tanpa menyebut nama Krieger.
3. Belarus jarang eksekusi orang asing

Pemimpin oposisi Belarus yang ada di pengasingan, Svetlana Tsikhanouskaya, mengatakan dirinya prihatin dengan laporan tersebut. Dia juga mengaku sedang mengumpulkan lebih banyak informasi tentang kasus itu.
Dilansir The Guardian, menurut Amnesty International, Belarus dilaporkan telah mengeksekusi hingga 400 orang sejak merdeka dari Uni Soviet pada 1991. Namun, eksekusi terhadap warga asing jarang terjadi.
Belarus sejak 1994 sampai saat ini dipimpin oleh Alexander Lukashenko. Dia semakin dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah protes massal dalam pemilu 2020, di mana pemilu itu sebenarnya dimenangkan Tsikhanouskaya.
Tapi, Lukashenko mengklaim kemenangannya. Negara-negara Barat menolak klaim tersebut.