Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PM India Tak Ketir dengan Ancaman Nuklir Pakistan 

Wakil Presiden AS, JD Vance, bertemu PM India, Narendra Modi, di sela-sela AI Action Summit di Paris, Prancis pada 11 Februari 2025. (commons.wikimedia.org/Government of India)

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengaku tak peduli dengan ancaman nuklir Pakistan. India siap kembali menyerang tempat persembunyian teroris perbatasan jika terjadi serangan baru.

"India akan menyerang secara tepat tempat persembunyian teroris yang berkembang di bawah kedok ancaman nuklir. Jika terjadi serangan teroris di India, balasan yang pantas akan diberikan sesuai dengan ketentuan kami," kata Modi pada Senin (12/5/2025), dilansir dari Nikkei Asia.

Pernyataan Modi merupakan tanggapan langsung terhadap meningkatnya ketegangan di kawasan perbatasan Kashmir. Meskipun gencatan senjata telah diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dua hari sebelumnya, Modi menyatakan bahwa India akan tetap waspada.

1. Tidak ada teror, baru bisa ada dialog

Perdana Menteri India, Narendra Modi, dalam perayaan hari kemerdekaan India yang ke-75 pada Senin, 15 Agustus 2022. (Twitter.com/Narendra Modi)

Modi menyampaikan bahwa India memiliki tiga syarat utama sebelum mempertimbangkan dialog dengan Pakistan. Syarat tersebut termasuk penghentian dukungan terhadap kelompok teroris, penghapusan hambatan perdagangan, dan penghormatan terhadap perjanjian air antara kedua negara.

"Posisi India jelas. Teror dan perundingan tidak dapat berjalan beriringan. Teror dan perdagangan tidak dapat berjalan beriringan. Air dan darah tidak dapat mengalir beriringan," kata Modi, mengacu pada pakta pembagian air yang sebelumnya ditangguhkan New Delhi.

Islamabad sejauh ini belum memberi tanggapan resmi terhadap pernyataan Modi. Namun, sebelumnya Pakistan membantah tuduhan mendukung militan dan menyerukan investigasi netral atas insiden serangan terhadap wisatawan Hindu bulan lalu di Kashmir India yang menewaskan 26 orang.

2. Konflik terbaru nyaris picu kekhawatiran nuklir

Ilustrasi rudal balistik (pixabay.com/StockSnap)

Ketegangan India dan Pakistan meningkat tajam sejak India menyerang sembilan lokasi yang diklaim sebagai infrastruktur teroris di wilayah Pakistan dan Kashmir Pakistan. Serangan itu dilakukan setelah serangan militan terhadap warga sipil di Kashmir India bulan lalu.

Konflik kemudian memuncak menjadi empat hari baku tembak sengit dengan rudal dan pesawat tak berawak, menewaskan puluhan warga sipil.

Militer Pakistan menyebut bahwa badan pengawas senjata nuklir mereka akan bertemu, memicu kekhawatiran internasional. Namun, Menteri Pertahanan Pakistan kemudian membantah bahwa pertemuan semacam itu dijadwalkan.

Para analis militer menyebut pernyataan Pakistan sebagai sinyal soal opsi nuklir yang mereka miliki. Hal ini mengingat kebijakan Islamabad yang mengizinkan penggunaan nuklir jika merasa keberadaannya terancam.

3. Gencatan senjata sementara telah diteken

Personel Angkatan Darat India dari White Knight Corps dipersenjatai dengan senapan jenis AK yang dimodifikasi. (commons.wikimedia.org/PRO Defence Jammu)

Dilansir CNN, India dan Pakistan telah menyetujui gencatan senjata pada Minggu. Kedua pihak menjalin komunikasi melalui sambungan telepon, hingga akhirnya kedua pihak setuju untuk menyetop serangan.

"Selama panggilan telepon yang dilakukan pada pukul 3:35 sore waktu setempat, kesepakatan gencatan senjata telah dicapai," kata Direktur Jenderal Operasi Militer India, Rajiv Ghai. 

Trump mengklaim bahwa Washington berperan penting dalam mengamankan gencatan senjata. Usulan ini didorong karena alasan ekonomi sebagai motivasi utama kedua negara.

“Kami akan melakukan banyak perdagangan dengan Pakistan dan India,” kata Trump, menekankan bahwa negosiasi perdagangan sedang berlangsung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us