Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PM Inggris Tersangkut Skandal Partygate, 4 Staf Utamanya Pamit

Boris Johnson di House of Commons (Twitter.com/UK House of Commons)
Boris Johnson di House of Commons (Twitter.com/UK House of Commons)

Jakarta, IDN Times - Ada empat staf atau pembantu utama Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang memutuskan untuk mengundurkan diri. Mereka adalah Munira Mirza, Jack Doyle, Dan Rosenfield serta Martin Reynolds.

Mereka merupakan orang penting yang berada di belakang PM Boris, mendukungnya selama bertahun-tahun dan memberinya nasihat setiap hari tentang langkah, serta kebijakan apa yang harus dilakukan dalam memerintah Inggris.

Kemunduran empat pembantu utama PM Boris itu adalah dampak dari skandal partygate di kantor PM Downing Street No 10. Pada 2020 dan 2021, ada belasan pesta yang dilakukan di kantor PM, padahal pemerintah telah menerapkan aturan penguncian COVID-19 yang tidak memperbolehkan acara seperti itu dilakukan.

1. Guncangan kekuasaan PM Boris Johnson

Boris Johnson (tengah) (Twitter.com/UK Prime Minister)
Boris Johnson (tengah) (Twitter.com/UK Prime Minister)

PM Boris Johnson telah diguncang dan dituduh gagal memimpin ketika dia dan stafnya mengadakan pesta di Downing Street tahun lalu, meski aturan COVID-19 tidak memperbolehkannya.

Terbongkarnya partygate, skandal pesta di Downing Street, beberapa di antaranya dilakukan menjelang pemakaman Pangeran Philip, membuat publik Inggris benar-benar marah.

Penyelidikan yang dilakukan oleh pegawai negeri senior Sue Gray menemukan fakta bahwa perilaku pesta seharusnya tidak pernah terjadi. Kini skandal itu juga telah diselidiki oleh Kepolisian Metro London.

PM Boris Johnson telah meminta maaf secara resmi kepada House of Commons, Parlemen Inggris. Dia berjanji akan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi.

Tapi setelah permintaan maaf tersebut, kini Boris mendapatkan hantaman lain. Empat staf utamanya yang dapat dibilang sangat berpengaruh memutuskan untuk mengundurkan diri.

Dilansir BBC, dari empat pembantu PM Boris tersebut, tiga di antaranya pernah terlibat dalam skandal partygate dan sedang diselidiki oleh Kepolisian Metro London.

Angela Rayner, wakil pemimpin Partai Buruh yang oposisi mengatakan, "tidak ada reorganisasi Downing Street yang dapat membersihkan kebusukan yang datang langsung dari atas (PM Inggris)."

"Mungkin inilah saatnya baginya (PM Boris) untuk melihat ke cermin dan mempertimbangkan apakah dia mungkin saja yang menjadi masalahnya," tambah Rayner, terkait empat stafnya yang resign.

2. Kekecewaan staf utama PM Boris Johnson

Usai laporan penyelidikan Sue Gray tentang partygate, Boris langsung menjanjikan reformasi dan penataan demi memperbaiki kinerja pemerintahan. Dia juga meyakinkan publik bahwa pemerintahannya masih dapat dipercaya.

Diperkirakan, Boris akan menyingkirkan banyak orang dari tim utamanya setelah laporan Sue Gray itu terbit. Tapi secara mengejutkan, seorang staf utama Munira Mirza mengundurkan diri pada 3 Februari 2022.

Munira Mirza adalah pembantu Boris sebagai kepala kebijakan, yang memberikan saran langsung kepada PM. Itu adalah jabatan elit di sekitar kepemimpinan Inggris.

Dilansir Associated Press, alasan pengunduran diri Mirza terkait dengan komentar Boris yang menghina Ketua Partai Buruh Keir Starmer.  Boris membuat klaim palsu, menuduh Starmer menghabiskan sebagian besar waktu menuntut Jimmy Savile dalam kasus pelecehan seksual dan gagal melakukannya.

Dalam surat pengunduran diri Mirza, dituliskan: "Tidak ada dasar yang adil atau masuk akal untuk pernyataan itu. Ini bukan potongan dan dorongan politik yang biasa, itu adalah referensi yang tidak pantas dan partisan untuk kasus pelecehan seksual anak yang menghebohkan."

Rishi Sunak, Menteri Keuangan dalam kabinet pemerintahan Inggris saat ini, juga tersinggung dengan ucapan Boris. Sunak yang tidak mau melontarkan kritik langsung pada Boris mengatakan tidak seharusnya hinaan itu keluar.

3. Tiga staf utama lain PM Boris Johnson mengundurkan diri

Mirza menjadi objek kritik di tengah gejolak politik yang dirasakan Boris. Sebab, Mirza merupakan salah satu pendukung setia, yang telah melayani Boris Johnson selama lebih dari satu dekade. Bahkan, sejak Boris masih sebagai Wali Kota London.

Langkah Mirza diikuti oleh Doyle, Rosenfield, serta Reynolds. Dilansir The Guardian, Downing Street mengonfirmasi kepergian tiga orang staf Boris dan mengucapkan terima kasih atas kontribusi yang telah diberikan.

Tiga staf Boris yang mundur itu, semuanya terlibat dalam skandal partygate di Downing Street dan salah satunya dalam penyelidikan polisi.

Dominic Cummings, mantan penasihat Johnson, menyebut pengunduran Mirza sebagai penanda akhir dari kekuasaan Boris. Cumming mendesak para menteri untuk menunjukkan hal serupa dengan mengundurkan diri seperti Mirza.

4. Longsornya dukungan untuk PM Boris Johnson

PM Boris Johnson (Twitter.com/UK House of Commons)
PM Boris Johnson (Twitter.com/UK House of Commons)

Skandal partygate menimbulkan kemarahan dan kekecewaan dari para loyalis Partai Konservatif. 

Beberapa anggota parlemen dari Partai Konservatif mendesak Boris untuk mengundurkan diri sejak laporan Sue Gray diterbitkan. Namun, Boris telah menegaskan bahwa dia tidak akan mundur.

Dilansir Deutsche Welle, sejauh ini upaya untuk mengajukan mosi tidak percaya guna menggulingkan jabatan Boris Johnson telah dilakukan. Ada 17 anggota parlemen Konservatif yang telah mengajukan mosi.

Dibutuhkan sebanyak 54 surat mosi tidak percaya untuk memicu suksesi pergantian kepemimpinan dalam partai dan menggusur Boris dari jabatannya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us