Prancis Khawatir Bahaya Antisemit usai Gadis Yahudi Diperkosa

- Presiden Prancis mengatakan sekolah-sekolah terancam bahaya antisemit setelah kasus pemerkosaan gadis Yahudi 12 tahun.
- Antisemitisme meningkat sejak serangan Hamas pada Oktober 2023, dengan peningkatan tindakan anti-Semit sebesar 284 persen antara tahun 2022 dan 2023.
- Pemimpin politik Prancis dari kelompok sayap kanan dan kiri mengutuk serangan tersebut di tengah kampanye pemilihan parlemen cepat akhir bulan ini.
Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan sekolah-sekolah Prancis terancam bahaya antisemit pada Rabu (19/6/2024). Hal ini dia sampaikan setelah muncul kasus pemerkosaan terhadap gadis Yahudi berusia 12 tahun.
Serangan kekerasan seksual ini menimbulkan keterkejutan dan kekhawatiran yang meluas di tengah peningkatan tindakan antisemit. Serangan rasial semacam itu meningkat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan dimulainya kampanye pembalasan Israel di Gaza.
1. Presiden meminta sekolah mengadakan dialog rasisme

Dilansir BBC, Macron dalam pertemuan dengan para menteri pemerintahannya membicarakan pemerkosaan tersebut. Dia meminta Menteri Pendidikan Nicole Belloubet untuk memastikan selama beberapa hari ke depan sekolah mengadakan dialog mengenai topik rasisme dan kebencian terhadap Yahudi untuk mencegah ujaran kebencian dengan konsekuensi serius menyusup ke sekolah.
"Tidak ada batasan untuk horor. Pemerkosaan, antisemitisme: setiap bagian dari kejahatan ini menjijikkan," kata Belloubet.
Laporan Dewan Lembaga Yahudi di Prancis pada bulan Januari 2024 mengatakan ada peningkatan tindakan anti-Semit sebesar 284 persen antara tahun 2022 dan 2023. Dari 1.676 tindakan tersebut yang tercatat pada tahun 2023, 12,7 persen terjadi di sekolah.
2. Para terdakwa masih anak-anak

Dilansir France 24, pemerkosaan ini terjadi di Courbevoie, pinggiran barat laut Paris pada 15 Juni. Gadis itu mengatakan kepada polisi dia didekati oleh tiga anak laki-laki berusia antara 12 dan 13 tahun ketika berada di taman dekat rumahnya bersama seorang temannya dan diseret ke dalam gudang.
"Para remaja itu memukulinya dan memaksanya melakukan penetrasi anal dan vagina, sambil melontarkan ancaman pembunuhan dan pernyataan anti-Semit", kata pihak berwenang.
Temannya berhasil mengidentifikasi dua penyerang. Ketiga anak laki-laki itu ditangkap pada Senin dan sehari setelahnya dua dari mereka, yang berusia 13 tahun didakwa melakukan pemerkosaan berkelompok, penghinaan dan kekerasan anti-Semit, serta mengeluarkan ancaman pembunuhan. Keduanya saat ini ditahan.
Anak laki-laki ketiga, berusia 12 tahun, juga didakwa melakukan penghinaan dan kekerasan anti-Semit serta ancaman pembunuhan, tapi tidak dengan pemerkosaan. Dia diizinkan kembali ke rumah setelah didakwa.
Haim Korsia, kepala rabi Prancis mengatakan dia ngeri dan memperingatkan tidak seorang pun boleh dimaafkan dalam menghadapi gelombang anti-Semit yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.
3. Para pemimpin politik lainnya mengecam pemerkosaan

Para pemimpin politik lainnya dari kelompok sayap kanan dan kiri Prancis juga mengutuk serangan tersebut, yang terjadi di tengah kampanye yang memecah belah menjelang pemilihan parlemen cepat akhir bulan ini.
Jordan Bardella, pemimpin Reli Nasional yang berhaluan sayap kanan, menyerukan pertempuran melawan anti-Semit, yang melanda Prancis sejak 7 Oktober, mengacu pada serangan Hamas terhadap Israel.
Marine Le Pen, rekan Bardella, menyerang “ekstrem kiri” dan dugaan stigmatisasi terhadap orang Yahudi selama beberapa bulan terakhir melalui instrumentalisasi konflik Israel-Palestina. Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai sayap kiri France Unbowed (LFI) mengecam rasisme anti-Semit.
Wali Kota Courbevoie Jacques Kossowski, yang berhaluan kanan-tengah mengutuk serangan itu sebagai "tindakan yang tercela" dan menyerukan agar para pelakunya dikenai hukuman penuh berapa pun usia mereka.