Prancis-Polandia Berencana Kirim Pasukan Perdamaian ke Ukraina

- Presiden Prancis dan PM Polandia membicarakan rencana pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina untuk mewujudkan perdamaian di negara tersebut.
- 40 ribu tentara penjaga perdamaian dari berbagai negara Eropa direncanakan akan dikirim ke Ukraina, dengan Ukraina sebagai agenda utama dalam perbincangan antara kedua pemimpin.
- Polandia mendesak NATO meningkatkan pengawasan di Laut Baltik untuk mencegah ancaman dari Rusia, dengan harapan Jerman dan Prancis akan mengirim armada Angkatan Laut untuk berpatroli di wilayah tersebut.
Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri (PM) Polandia Donald Tusk, pada Kamis (12/12/2024), membicarakan tentang rencana pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina. Langkah ini untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sudah menyatakan persetujuannya terkait dengan proposal Prancis untuk mengiriman tentara asing ke negaranya hingga Ukraina bergabung dengan NATO. Ia menyebut cara itu yang tepat untuk menjamin keamanan negaranya.
1. Berencana kirimkan 40 ribu pasukan ke Ukraina
Macron dan Tusk mengungkapkan rencana pengiriman sebanyak 40 ribu tentara penjaga perdamaian dari berbagai negara di Eropa ke Ukraina.
"Dialog perdamaian di Ukraina dapat dimulai pada musim dingin ini ketika Polandia menjadi memimpin presidensi Uni Eropa. Ukraina akan menjadi agenda utama dalam perbincangan antara kedua pemimpin," tutur diplomat Prancis, dikutip Reuters.
Sebelumnya, Prancis sudah membicarakan masalah ini dengan Inggris untuk mengirimkan pasukan ke Ukraina. Beberapa negara Skandinavia dan Batik juga sudah berdialog soal masalah pengiriman pasukan ke Ukraina.
Hingga saat ini belum ada proposal resmi terkait dengan pengiriman tentara. Namun, Polandia masih belum bersedia mengirimkan pasukannya secara langsung ke Ukraina.
2. Diskusikan soal penolakan perjanjian UE-Mercosur
Tak hanya mendiskusikan mengenai Ukraina, Macron dan Tusk juga akan membicarakan soal KTT UE pada 19 Desember. Kedua pemimpin juga mengungkapkan rencana penguatan hubungan bilateral Prancis-Polandia.
Dilansir RFI, kedua negara juga menyatakan penolakan terhadap perjanjian perdagangan bebas UE-Mercosur yang disetujui pekan lalu. Prancis dan Polandia merasa perjanjian itu akan berdampak pada pertanian lokal.
Sementara itu, perjanjian UE-Mercosur yang ditujukan untuk memperluas pasar dengan lebih dari 700 juta konsumen itu masih membutuhkan persetujuan dari 15 negara anggota UE atau mewakili 65 persen dari penduduk di Eropa.
3. Polandia desak NATO tingkatkan patroli di Laut Baltik
Pada hari yang sama, Menteri Pertahanan Polandia Władysław Kosiniak-Kamysz mendesak negara-negara NATO meningkatkan pengawasan di Laut Baltik. Langkah ini penting untuk mencegah segala bentuk ancaman dari Rusia.
"Negara-negara yang jauh dan tidak terdampak konflik di Ukraina, negara-negara yang tidak terlibat secara langsung seperti Polandia, seharusnya lebih banyak berkontribusi pada keamanan di Laut Baltik," ungkapnya, dilansir TVP World.
Ia menambahkan, Jerman dan Prancis harus mengirimkan armada Angkatan Laut untuk berpatroli di Laut Baltik. Ia menyebut, Eropa berada di titik untuk membuktikan kemampuannya dalam mempertahankan diri.
Kosiniak-Kamysz mengungkapkan, Presiden terpilih AS Donald Trump kemungkinan akan meningkatkan fokusnya pada China dan tidak terlalu memperhatikan masalah di Eropa.